Chapter 38

1.7K 66 9
                                    

Saya persembahkan masa masa terakhir dibangku SMA melalui cerita ini, Kinan dan Revan

Hari ini, Senin pagi telah tiba. Hari ini tiba dimana UNBK untuk anak-anak kelas 12 diseluruh Indonesia berlangsung.

Semua rasa bercampur aduk menjadi satu. Siap tidak siap, mereka harus siap melewati unbk yang akan dilaksanakan dalam hitungan jam lagi.

Pukul setengah tujuh hampir semua anak-anak SMA Angkasa telah tiba di sekolah. Setiap koridor disana yang ruangannya dipakai untuk ujian dipenuhi oleh para siswa dan siswi.

Ada dari mereka yang berusaha untuk belajar lagi namun fokusnya sudah pecah. Jadinya buku yang sudah mereka buka untuk belajar, dibiarkan terbuka begitu saja.

Sebagian ada yang kembali membuka tas untuk mengecek apakah kartu ujiannya dibawa atau tidak. Karena kartu ujian itu menjadi tiket untuk bisa mengikuti ujian.

Revan dan ketiga temannya sedang duduk dibangku depan ruang ujian mereka. Rasa gugup kembali menguasai diri mereka berempat dan itu yang sedang mereka bahas saat ini.

"Duh, deg degan benget. Gak biasanya gini". Ujar Nathan sambil menggoyangkan kedua kakinya karena gugup.

"Itulah mental anak-anak SNMPTN". Tiba-tiba Adam mencelutuk. Posisi Adam yang tidak jauh dari Nathan membuat Adam dapat mendengar ujaran Nathan tadi.

"Kenapa?". Nathan bertanya.

"Ya gak papa. Gue cuma bilang ya kaya begitulah mental anak-anak SNMPTN. Mental tempe!. SNMPTN modal masuk cuma karena bantuan doang. Coba liat anak-anak SBMPTN, perjuangannya jelas".

Tentu saja ucapan Adam sedikit membangkitkan emosi Nathan. Padahal Nathan sama sekali tidak mencari masalah. Malah, Adam yang tiba-tiba bercelutuk lebih dulu.

Tidak ingin ribut karena ini masih pagi dan sebentar lagi ujian, Nathan memilih untuk diam agar keadaan tidak berambah runyam.

"Selo aja". Kata Rifad sambil menepuk pundak Nathan untuk menenangkan laki-laki itu.

"Guys!". Revan bengun dari duduknya. "Gue ke ruangan Kinan bentar ya".

"yoi!". Jawab Kevin sambil mengacungkan jari jempolnya. "Jangan lama-lama. Bentar lagi udah mau mulai".

Revan mengangguk sesaat dan setelahnya segera melangkah menuju ruang ujian Kinan.

Sepanjang perjalanan menuju ruang ujian Kinan, laki-laki itu tidak lupa menyapa teman-temannya yang lain. Sesekali melempar senyuman kepada para siswi yang sedang memandangnya.

Ruangan Ujian Kinan sudah terlihat didepan mata. Revan juga mendapati Kinan yang sedang mengobrol bersama Bella dan Gita didepan ruang ujiannya.

"Kinan".

Gadis itu tampak menoleh begitu namanya dipanggil oleh suara yang selalu menyejukkan suasana hatinya.

"Hei Revan".

Revan tersenyum lebar begitu kinan membalas sapaan nya dengan senyuman yang manis. Senyuman yang selalu bisa membuat jantungnya berdebar tidak menentu.

Melihat kedua remaja yang sedang kasmaran itu, Bella dan Gita sama sama tersenyum lalu pura-pura batuk. Menyadarkan kedua remaja itu bahwa masih ada orang disekeliling mereka.

"Kenapa lo berdua?". Kinan bertanya.

"Gak papa". Jawab Bella sambil terus tersenyum.

Kemudian Kinan mengerti alasan kenapa Bella dan Gita bertingkah demikian. Apalagi alasannya kalau bukan karena revan dan juga dirinya.

Kinan dan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang