Pengertian

9.4K 1.2K 5
                                    

"Mau kemana, kau?" Yoongi bertanya dengan alis yang bertaut menatap Min Ji.

"Mau bekerja."

"Bekerja?"

"Iya, bekerja. Dan apa kau tidak berangkat ke kantor, Tuan Min? Walaupun kau adalah bos, bukankah kau harus tetap berangkat?" ujar Min Ji.

Yoongi menghela napas. Ia berjalan mendekati Min Ji. Melepaskan syal yang melilit leher Min Ji hanya untuk menemukan sebercak merah keunguan yang tercetak di leher itu.

Yoongi berdehem sejenak. "Tidak ada yang berangkat kerja sehari setelah pernikahannya, Nona Song. Kau bodoh atau apa?"

"A-ah, benarkah?" Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Aku hanya, sedikit terlalu semangat, mungkin?"

Yoongi hanya bisa menggeleng sambil memutar matanya. Ia bergerak menaiki ranjang, bersandar di kepala ranjang dengan sebuah notebook di tangan. Kaca mata bulat sudah bertengger manis di hidung pria itu.

Min Ji menggigit bibirnya. Sedikit merutuki diri betapa bodohnya ia. Dirinya melangkah mendekati lemari, mengambil beberapa pakaian dan masuk ke kamar mandi untuk ganti baju.

Yoongi menaikkan alis saat melihat tampilan Min Ji sekarang. Kaos putih dengan gambar teddy bear coklat, dan celana pendek yang hanya menutupi setengah paha. Oh, jangan lupa dengan rambutnya yang digelung tinggi.

'Apa dia tidak sadar dengan tanda itu?' batin Yoongi heran. Namun ia tidak peduli.

"Kalau begitu, aku akan ke tempat Ha Ni," ujar Min Ji. Nada gugup masih terdengar di sana.

"Ha Ni sekolah."

"Huh? A-ah, iya. Kau benar, bodohnya aku."

Yoongi tidak menjawab. Pria itu kembali memusatkan atensinya pada pekerjaannya di notebook.

"Min Ji-ssi,"

Min Ji sedikit kaget saat Yoongi tiba-tiba memanggil. "Iya?"

"Apa kemarin kau mengirim sketsa gaun padaku?"

"Ah, iya. Sebentar--" Min Ji naik ke ranjang dan menempatkan diri di samping Yoongi. "Ini gaun untuk hari pertama. Aku ingin berwarna biru gelap, dan …"

Min Ji pun kembali menjelaskan semua rancangannya. Tubuhnya semakin merapat hanya supaya bisa dengan mudah menjangkau notebook Yoongi.

Yoongi sesungguhnya tak sepenuhnya memusatkan perhatian pada penjelasan Min Ji. Atensinya justru memusat pada aroma vanila kuat yang dikeluarkan oleh tubuh Min Ji.

"Jadi bagaimana menurutmu?" Min Ji menoleh, membuat wajahnya lebih dekat dengan Yoongi.

Yoongi mengerjap beberapa kali. "Ah, ya? Bagaimana apanya?"

Min Ji mengerutkan kening. "Desainnya, Tuan Min."

"O-oh! Iya, bagus."

"Kau ini kenapa? Wajahmu memerah. Apa kau sakit?" ujar Min Ji. Ia menempatkan telapak tangannya di dahi Yoongi.

"T-tidak, kok." Yoongi beringsut menjauh. Ini sungguh tidak baik. "Aku akan kerjakan ini di ruang kerjaku saja."

"Kenapa harus disana? Sejak tadi kau juga mengerjakannya disini."

"Terserah aku! Kenapa kau malah mengaturku seperti itu?"

Min Ji mendengus. "Baiklah, terserah! Aku kan hanya bertanya."

"K-kalau begitu, permisi."

Min Ji cemberut kesal. Min Yoongi itu sangat menyebalkan. Dia kan hanya bertanya, apa salahnya? Dasar pria itu!

Baiklah, lalu sekarang dia mau apa? Kerja tidak bisa, semua bahan untuk gaunnya juga belum dikirim oleh perusahaan, dia harus apa sekarang?

Min Ji akhirnya memutuskan untuk turun. Mungkin sedikit membantu Bibi Kang bisa membuatnya tidak bosan.

"Bibi!"

Bibi Kang menoleh. "Ada apa, Nyonya? Anda butuh sesuatu?"

"Tidak. Kau sedang apa, Bibi?"

"Saya ingin membuat kimchi."

"benarkah? Kalau begitu bisa aku ikut membantu?"

Bibi Kang ragu sejenak. "Tidak usah, Nyonya. Ini pekerjaan saya."

"Ah, jangan begitu, Bibi. Dimana sawinya?"

"Eumm, ini sawinya."

"Oke, ayo kita buat!"

Min Ji pun mulai membersihkan beberapa buah sawi yang cukup besar itu. Setelahnya, ia mulai membalurkan bumbu pedas ke seluruh permukaan sawi bersama Bibi Kang.

"Tuan Min sangat suka kimchi sawi, Nyonya," ujar Bibi Kang.

"Sungguh? Aku baru tahu."

"Hmm, kalau Nona muda sangat suka kimchi lobak."

"Woah, ternyata mereka memang punya selera yang sangat berbeda," komentar Min Ji.

"Lalu Nyonya suka kimchi apa?"

"Apa, ya? Eumm, kupikir aku suka keduanya."

Bibi Kang tersenyum. "Karena itu, mungkin Anda memang ditakdirkan untuk menyatukan mereka."

Min Ji mengulum bibirnya. "Entahlah, Bibi. Aku merasa, Yoongi-ssi itu terlalu kaku. Dia juga kurang peka terhadap sekitarnya."

"Anda mau saya beritahu satu kebenaran?"

"Apa itu?"

"Dulunya, Tuan Min tidak sekaku itu. Maksud saya, sebelum Nyonya Seo pergi."

Min Ji mengernyit. "Nyonya Seo?"

"Hmm, dia mantan istri Tuan Min. Ibunya Nona Ha Ni."

Min Ji mengangguk mengerti. "Lalu, Bibi, apa kau tahu kenapa dia meninggalkan Yoongi?"

"Saya pun kurang tahu dengan jelas. Nyonya Seo itu orang baik sebenarnya. Dia wanita yang manis dan cantik. Tuan Min sangat mencintainya, walau pernikahan mereka hanya karena sebuah perjodohan. Nyonya Seo juga kelihatan sangat bahagia dengan pernikahannya. Mereka itu pasangan yang sangat cocok saat itu,"

Min Ji hanya bisa mendengarkan dengan seksama. Masa lalu Min Yoongi ternyata cukup membuatnya penasaran.

"Sampai saat itu setelah Nona Ha Ni lahir, Nyonya Seo jadi semakin sering keluar dari rumah tanpa ijin. Dia juga sering marah dan membantah ucapan Tuan Min. Akhirnya suatu hari, saat Tuan Min sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri. Nyonya Seo memutuskan untuk pergi dari rumah. Saat itu saya sudah mencoba menghentikannya, namun ia sama sekali tidak memperdulikan ucapan saya. Saya sungguh tidak mengenal Nyonya Seo saat itu, dia terlihat--entah kenapa menurut saya--putus asa? Wajahnya memperlihatkan kekosongan. Saya tidak mengerti apa yang terjadi."

Min Ji mengangguk mengerti. "Hmm, pasti Yoongi-ssi sangat terpukul."

"Anda benar. Setelahnya Tuan Min berubah menjadi orang yang sungguh berbeda. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja. Dirinya jadi semakin jauh dengan Nona Ha Ni."

"Ck, pria itu. Gila kerja sekali memang."

"Tapi, Nyonya, Tuan Min akan selalu mengunjungi kamar Nona Ha Ni setiap malam. Ia akan mengecek semua buku pelajarannya, lalu mencium keningnya dan kadang menghabiskan waktu semalaman di dalam kamar Nona. Ia juga sesekali menanyakan tentang kegiatan Nona Ha Ni pada saya."

"Sungguh? Aku tidak menduganya."

Bibi Kang mengangguk. "Tuan Min itu sangat sayang dan peduli pada semua orang. Namun, dirinya hanya tak mengerti bagaimana cara menyampaikan perasaan sayangnya kepada orang-orang itu."

"Itu artinya, aku harus berusaha untuk mengerti dirinya." []

***
Maaf lama update, entah kenapa wp gue nggak mau nyambung terus dari kemaren :(

Makasih udh baca 😊

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang