Mulai Kembali

10K 1.2K 31
                                    

Aku ingin memulai kembali semuanya denganmu. Aku ingin menemukan kembali diriku yang pernah hilang

***

Min Ji duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Ia baru saja mandi dan sekarang tubuhnya terasa sangat lelah. Salahkan Yoongi yang masih mengajaknya main di pantai walau matahari sudah hampir terbenam. Min Ji luar biasa lelah, sumpah.

Min Ji mengikat rambutnya yang sudah hampir kering. Kebiasaan, ia akan selalu mengikat rambutnya saat mau tidur. Min Ji tahu itu tidak baik untuk kesehatan rambut, namun ia merasa gerah dan risih jika rambutnya digerai saat tidur. Sungguh tidak nyaman, menurutnya.

Dan sebenarnya itu pula yang menjadikan Yoongi panas dingin setiap malam. Coba saja, setiap hari disuguhi leher putih dan jenjang istrinya, siapa yang tidak tergoda?

Jadi jangan salahkan Yoongi bila ia sering kelepasan mengendus atau bahkan menciumi leher Min Ji saat gadis itu tidur. Yoongi masih pria normal, sobat.

Min Ji menaiki ranjang, menyamankan kepalanya di atas bantal, menarik selimut, dan bersiap bercumbu dengan mimpi indah.

Namun baru dua detik Min Ji menutup mata, suara pintu yang dibuka membuat gadis itu kembali terbangun.

"Kau darimana?" Min Ji bertanya pada Yoongi yang tengah menutup kembali pintu kamar mereka.

Yoongi berjalan mendekati ranjang. "Dari kamar Ha Ni."

Pria itu pun merebahkan diri di samping Min Ji. Yoongi menarik tangan Min Ji hingga gadis itu jatuh ke pelukannya.

"Y-Yoongi-ssi," Min Ji mencicit dan hanya dibalas gumaman rendah oleh Yoongi. "L-lepaskan aku,"

"Tidak. Aku lelah," jawab Yoongi tanpa membuka matanya.

"Kalau begitu lepaskan aku, aku berat. Kau akan tambah lelah jika seperti ini,"

"Tidak."

"Yoongi-ssi,"

"Hmm."

"Kenapa kau seperti ini?"

Yoongi membuka matanya. Ia melirik Min Ji yang tengah berbaring di lengan kirinya. "Seperti apa?"

"Ya seperti ini. Maksudku--kau jadi berbeda," Min Ji menjawab ragu.

Yoongi menaikkan sebelah alisnya. "Berbeda bagaimana? Bukankah aku tetap Min Yoongi?"

"Tidak--maksudku, ya. Kau adalah Min Yoongi. Tapi Min Yoongi yang ini sangat berbeda dengan Min Yoongi yang ku temui pertama kali," Min Ji sedikit memainkan ujung piyamanya.

"Memangnya Min Yoongi yang dulu itu bagaimana?"

Min Ji menggigit bibir bawahnya sejenak. "Ya--kau tahu--dia sangat menyebalkan. Maksudku, pria gila mana yang dengan mudah menyerahkan anaknya sendiri pada orang asing?"

Min Ji medikit ragu saat melihat wajah Yoongi yang terlihat menyeramkan. "Maaf, maksudku--"

"Tidak," Yoongi menyela cepat. "Kau benar. Aku memang menyebalkan." Pria itu menatap ke arah langit-langit. "Kau pasti telah mendengar masa laluku dari Bibi Kang, kan?"

"Kau tahu?"

Yoongi mendengus. "Tentu saja,"

Min Ji meringis. Yoongi ternyata memergoki acara gosipnya dengan Bibi Kang waktu itu. Ia jadi merasa tidak enak. "Maaf, kalau aku terkesan sangat mencampuri urusan pribadimu."

"Tak apa, kau istriku. Kau berhak tahu apapun tentang diriku."

"Tapi bukankah kita hanya menikah sampai batas waktu tiga bulan? Kau ingat perjanjiannya saat itu, kan?"

Jujur, Min Ji sedikit berat hati mengatakan hal itu. Selama satu bulan lebih ia hidup bersama Yoongi, dirinya merasa nyaman. Walau Yoongi lebih banyak menunjukkan sisi cueknya, namun Min Ji tetap merasa nyaman.

Tapi ia tidak mau larut dalam perasaannya. Ia tidak tahu apa yang Yoongi rasakan. Pria itu memang berperilaku manis padanya, menciumnya, memeluknya, namun itu bukan jaminan jika Yoongi juga merasakan hal yang sama dengannya, kan?

"Min Ji-ya," Yoongi memanggil dengan suara seraknya.

"Ya?"

"Bisakah--bisakah kita batalkan perjanjiannya?"

Min Ji sedikit kaget mendengar ucapan Yoongi. "M-maksudmu?"

Yoongi menoleh, menatap lurus ke arah Min Ji. "Aku ingin kita tetap seperti ini. Jadi keluarga yang utuh."

"Aku--"

"Lagipula itu hanya perjanjian lisan, bukan? Tidak ada hitam diatas putih. Jadi selama aku tidak ingin berpisah denganmu, maka kita tidak akan berpisah. Walau kau memohon sekalipun."

Jujur, Min Ji ingin sekali menangkap maksud baik dari kalimat Yoongi itu. Tapi kenapa otaknya sudah kepalang panas dengan perkataan pria itu yang terkesan sangat memaksa?

Min Ji memukul dada Yoongi, membuat pria Min itu meringis kesakitan. "Bisa tidak, kau berbicara tanpa ada nada otoriter seperti itu?" Min Ji berujar kesal.

"Ini memang sifatku," Yoongi menjawab datar.

"Kalau begitu, ubah!"

"Tidak akan bisa. Sudah sering mencoba, tapi jatuhnya malah aku tidak nyaman."

Min Ji mendesis. "Dasar,"

"Jadi, Nyonya. Apa keputusanmu?"

"Nyonya?"

"Iya, Nyonya Min."

Kutuk Min Ji sekarang juga, karena ia merasakan pipinya memanas hanya karena tiga kata dari seorang Min Yoongi.

Ia berdehem untuk menghilangkan salah tingkahnya. "Oke, kita lihat, seberapa lama aku bisa bertahan dengan pria sepertimu."

"Aku sedang mencoba berubah, ngomong-ngomong," Yoongi berujar. "Aku hanya merasa--tidak ingin gagal lagi. Aku tidak ingin menyesal lagi nantinya karena telah melepaskanmu, sumber kebahagiaan keluarga menyedihkanku."

Min Ji hanya bisa diam terpaku saat Yoongi memandangnya sendu. "Aku ingin kau jadi yang terakhir. Terlepas kau mencintaiku atau tidak, aku ingin kau tetap bertahan di sisiku. Bersama denganku. Aku tidak ingin berurusan dengan wanita lagi. Kau tahu aku tidak terlalu menyukai wanita, kan?"

Min Ji mengangguk. "Memang kenapa?"

"Karena banyak alasan. Hampir semua alasan kesedihanku adalah karena perempuan. Karena itu, kau, satu-satunya perempuan yang tidak menjadi alasan kesedihanku. Kumohon tetap di sisiku. Pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku benar-benar memohon untuk sesuatu."

Min Ji tersenyum. "Kau tahu, ini pembicaraan terpanjang kita yang hanya didominasi olehmu, Tuan Min. Aku jadi kaget kau bisa bicara sepanjang itu," Min Ji terkekeh.

Yoongi memutar matanya malas. "Kau melenceng jauh dari topik, Nyonya."

"Aku tahu, aku tahu, maaf."

"Jadi … bagaimana keputusanmu?"

Min Ji menghela napasnya. "Bagaimana, ya, Tuan Min. Sebenarnya tidak ada alasan juga untuk meninggalkanmu dan Ha Ni. Apalagi ibuku mungkin akan terkena serangan jantung jika tahu putrinya menjanda setelah menikah hanya dalam kurun waktu tiga bulan. Jadi mau bagaimana lagi, aku harus tetap di sisimu."

Tanpa sadar Yoongi melengkungkan senyum lebar. Min Ji baru menyadari kalau Yoongi punya senyum yang manis dan menggemaskan. Seperti gula.

"Terima kasih. Jika memungkinkan, ayo jadi keluarga yang bahagia!"

Min Ji mengangguk. Yoongi mengeratkan pelukannya, mendekap Min Ji dengan tubuh hangatnya.

Bersamaan dengan itu, hati keduanya juga menghangat. Entah itu perasaan lega, bahagia, senang, atau yang lain. Nyatanya, hati beku dari seorang Min Yoongi telah mulai melunak. Pria itu mulai mengenal dirinya lagi. Ia mulai membangun seorang Min Yoongi yang baru dengan Song Min Ji sebagai arsiteknya. []

***
Kalo ada perlombaan orang paling mager, gue bakal jadi juara dua setelah Yoongi sumpah. Karena itu, maafkan segala keterlambatan. Bukan karena gue stuck sama ff itu, tapi gegara gue mager ngetik and mager publish.

Oke, salam orang mager! Makasih udh baca :)

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang