Keluarga

9.5K 1.1K 7
                                    




Sialan!

Sialan. Sialan. Sialan.

Sungguh, Min Ji tidak bisa berhenti mengumpat sekarang. Ia melirik sebuah tanda yang tercetak jelas pada perpotongan lehernya.

Min Yoongi sialan. Brengsek, kurang ajar! Laki-laki berotak hewan. Tidak sopan!

Ia sudah mencoba menggosok tanda kemerahan itu dengan sabun, tapi tetap saja tidak mau hilang. Justru kulitnya malah menjadi panas dan memerah karena gosokan yang terlampau brutal.

"Bagaimana menghilangkan ini?" dirinya mendesah kecil.

Sebenarnya ini juga bukan sepenuhnya salah Yoongi. Ia juga salah.

"Bodoh, harusnya kutendang selangkangannya tadi," lirihnya setengah merutuk.

Ia juga sedikit kaget akan respon tubuhnya atas cumbuan Yoongi tadi. Tunggu--cumbuan?

Apa yang tadi itu sudah bisa disebut cumbuan? Oh sial!

Ia segera mengenakan kimono mandinya dan melangkah keluar dari kamar mandi. Sedikit melongokkan kepala untuk melihat keadaan kamar.

Kosong.

Sepertinya Yoongi telah keluar. Oh, itu bagus.

Ia segera memakai pakaiannya. Dirinya mengenakan kemeja polos berwarna biru muda dan juga sebuah rok span selutut berwarna krem. Rambut panjangnya ia biarkan terurai sepunggung.

Min Ji melangkah keluar dari kamarnya. Segera menuju ke meja makan dimana Ha Ni dan Yoongi berada. Terlihat disana Min Yoongi yang sedang membaca koran pagi dengan secangkir kopi di hadapannya.

Min Ji meneguk ludah samar. Ia menarik napas pelan.

"Ha Ni!" ia memutuskan untuk menyapa anak tirinya itu. Ha Ni sedang duduk berhadapan dengan Yoongi, gadis kecil itu meneguk susu putihnya.

"Oh! Ibu!" pekik Ha Ni senang.

Min Ji sedikit tersentak. Tunggu, apa tadi? Ibu? Ia tidak salah dengar, kan?

Namun sedetik kemudian Min Ji tersenyum hangat. "Selamat pagi," sapanya.

"Pagi!"

Min Ji terkekeh kecil. Ia membersihkan mulut Ha Ni yang dipenuhi oleh bekas susu. Ha Ni tersenyum jenaka.

"Anak gadisku mana boleh mempunyai kumis," ujar Min Ji menggoda.

"Itu bekas susu!"

"Iya, iya, ibu tahu."

Tanpa mereka sadari sejak tadi bibir Yoongi berkedut menahan senyum. Interaksi antara Min Ji dan putrinya sungguh membuatnya senang. Setidaknya Ha Ni sekarang lebih mudah tersenyum dan tertawa, gadis kecil itu juga lebih banyak bicara dan bertingkah menggemaskan.

"Baiklah, ibu akan pergi ke dapur dulu, kau tunggu disini ya, sayangku." Min Ji mengelus pucuk kepala Ha Ni dengan lembut. Anak kecil itu mengangguk. Min Ji pun melangkah pergi ke dapur.

"Ha Ni-ya," panggil Yoongi tiba-tiba.

Tubuh Ha Ni sejenak membatu. Rasanya Yoongi ingin menangis melihat respon anaknya itu. "I-iya, ayah."

Yoongi melipat korannya, menaruh benda itu di atas meja dan menatap lurus anaknya yang tengah menundukkan kepala di hadapannya. "Lihat ayah,"

Ha Ni perlahan menaikkan wajahnya. Menampilkan wajah polos yang sangat cantik.

"Apa kau senang sekarang?"

Ha Ni mengangguk.

"Kau senang punya Min Ji unni sebagai ibu barumu?"

Kembali, Ha Ni menganggukkan kepalanya.

Yoongi tersenyum simpul. "Bulan depan ayah punya libur satu minggu penuh, mau pergi jalan-jalan bersama?"

Sekilas, Yoongi melihat binar polos itu menyiratkan antusiasme, namun masih terdapat tatapan takut disana. Dirinya jadi gemas setengah mati. "Mau tidak?"

Ha Ni mengangguk kecil. "Mau," jawabnya lirih.

"Oke, setuju. Kita akan pergi bersama."

Sedetik kemudian, Ha Ni melengkungkan sebuah senyuman tipis. Sangat tipis sampai hampir tak terlihat. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya, tapi dirinya merasa amat senang.

"Jangan, Nyonya, biar saya saja," Bibi Kang berseru sambil mengikuti Min Ji yang membawa beberapa potong roti bakar di sebuah piring.

Min Ji beberapa kali menghindar saat Bibi Kang hendak mengambil alih piring yang dibawanya. "Sudahlah, bibi, aku bisa melakukannya." Min Ji menaruh piring itu diatas meja.

"Tapi, Nyonya," mata Bibi Kang menatap canggung ke arah Yoongi. "Anda tidak harus melakukan ini, ini pekerjaan saya."

"Ah, jangan begitu. Aku sudah biasa seperti ini. Jadi ini tidak apa-apa, oke? Lain kali aku juga akan membantumu memasak, Bibi."

"Nyonya,"

"Tidak ada penolakan. Silahkan lanjutkan pekerjaanmu, terima kasih."

"B-baiklah, saya permisi." Bibi Kang menunduk hormat dan pergi dari tempat itu.

"Oke, sekarang ayo makan!" ajak Min Ji. "Kau mau rotinya, sayang?" tanya Min Ji pada Ha Ni.

Ha Ni mengangguk. "Beri aku sepotong, ibu."

"Baik, sebentar," Min Ji sedikit bangkit dari tempat duduknya dan menyerahkan sepotong roti ke piring Ha Ni yang duduk di sebrangnya.

Untung saja meja makan ini tidak terlalu besar, jadi tangannya masih sanggup menggapai piring Ha Ni.

"Terima kasih," ujar Ha Ni.

"Sama-sama, sayang. Makan yang banyak."

"Hmm." Ha Ni mengangguk sambil menyunggingkan senyum semanis madu.

Yoongi yang melihat sarapan telah tersaji di hadapannya pun bergerak untuk mengambil roti itu. Namun sedetik sebelum ia berhasil mengambil roti, Min Ji sudah lebih dahulu menaruh sepotong roti diatas piringnya.

Yoongi sedikit mengerut heran sambil menatap Min Ji.

"Apa?"

Yoongi tidak menjawab, ia malah menatap piringnya.

"Itu untukmu, ayahnya Ha Ni. Selamat makan," ujar Min Ji.

Yoongi tersenyum kecil. Hanya satu sisi bibirnya yang terangkat naik, menyebabkan Min Ji mencap senyuman kecil Yoongi itu sebagai seringaian menyebalkan.

"Kalau tidak mau ya tidak usah!"

Yoongi segera manjauhkan piringnya yang akan diambil oleh Min Ji. "Kalau kau sudah memberi, pantang untuk diambil kembali."

Min Ji mendengus kesal. Apa sulit sekali bagi pria Min di sebelahnya ini untuk mengatakan terima kasih? Pria menyebalkan.

Namun Min Ji sudah tidak ingin memperpanjang perdebatan. Ia hanya diam dan mulai memakan makanannya.

Mereka makan dalam diam. Hening. Tapi entah kenapa Yoongi merasakan kehangatan keluarga dalam hening itu.

Sudah lama sekali tidak seperti ini. Bahkan mungkin Ha Ni belum pernah merasakan makan bersama seseorang yang dipanggil ibu.

Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Yoongi amat berterima kasih pada gadis di sebelahnya.

Semoga mereka bisa selamanya seperti ini. Semoga... []

***
Hohoho, gue apdet cepet. Masalah nya gue nggak tahu kapan ada waktu luang lagi, jadi selagi bisa kenapa nggak? Eaakk...

Makasih udah baca :)

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang