Keputusan

9.2K 1.2K 18
                                    

Pria dengan gengsi selangit itu adalah ayah dari gadis kecil yang kusayangi

***

Min Yoongi sedikit menggeliat dalam tidurnya. Perlahan, ia membuka kedua matanya. "Ahh, punggungku!" keluhnya sambil memegangi punggung yang terasa remuk.

Ah, tentu saja. Ia tertidur di sofa. Eh? Sofa?

Yoongi melirik sekitarnya. Oh Tuhan, ia dimana? Rumah sesempit ini jelas bukan miliknya. Lagipula, sofa murah seperti ini, ia tidak mungkin memilikinya.

Yoongi bangkit dari sofa sambil memegangi kepalanya yang terasa luar biasa pening. Ia berjalan masuk lebih dalam ke rumah itu.

"Kau sudah bangun?"

Pria Min itu sedikit terkejut melihat seorang gadis yang tengah berdiri menyiapkan sarapan di meja makan.

"Song Min Ji-ssi? Kenapa kau disini?"

Min Ji mendesah kasar. "Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, Tuan? Memang siapa pria yang malam-malam datang ke rumahku dengan keadaan mabuk?" Min Ji sedikit membanting serbet makan yang ia lipat tadi. "Pria tidak sopan," ketusnya.

Yoongi masih memproses perkataan Min Ji. "Aku? Datang kesini? Dalam keadaan mabuk? Sungguh?"

"Kau pikir aku mengarang cerita, hah?"

"Siapa tahu, siapa tahu kau yang sengaja membawaku ke rumah sup--"

"Ohoh! Berhenti di sana, Tuan Min! Dasar pria tidak tahu malu! Lebih baik aku biarkan saja kau diluar semalam!"

"Oke, baik. Maaf."

"Cih, kau mau makan atau tidak?"

Yoongi berjalan pelan mendekati meja makan. Ia terlihat kurang minat melihat makanan yang tersaji di sana.

"Kenapa? Tidak sepeti seleramu? Aku tahu kau biasa dimasakkan oleh para koki terampil. Jadi kalau tidak mau ya aku tidak akan memaksa," kata Min Ji.

Yoongi diam.

Ia lapar. Sungguh.

Sejak pulang kantor kemarin, dirinya belum memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya.

Tapi, makanan seperti itu … ia tidak yakin.

Min Ji menghela napas kasar. "Oke. Terserah kau mau makan atau tidak, yang penting aku telah bertindak sebagai tuan rumah yang baik dengan menyiapkan makanan untukmu," ujarnya lalu berjalan pergi dari tempat itu.

Yoongi mencekal tangan Min Ji, menghentikan langkah gadis itu. "Apa?" Min Ji bertanya heran.

"Kau mau kemana?"

"Membangunkan putrimu."

"Ha Ni? Dimana dia?"

Min Ji tersenyum miring. "Apa pedulimu?" ujarnya remeh.

Rahang Yoongi mengeras mendengar jawaban sinis dari gadis yang notabene adalah bawahannya. Kurang ajar sekali gadis ini.

"Lebih baik kau jawab pertanyaanku, Nona Song. Saat aku masih bertanya dengan baik," ujar Yoongi dingin.

"Begitukah? Lalu apa peduliku?" jawab Min Ji. Ia menyentak tangannya sedikit kuat, melepaskan cekalan tangan Yoongi.

Yoongi menatap tajam punggung sempit yang menjauhinya. Gadis itu sungguh!

Sedangkan Min Ji tidak ambil pusing dengan segala pemikiran Yoongi tentang dirinya. Untuk apa peduli pada isi kepala pria yang membuang anaknya.

Membuang.

Terdengar sedikit kasar.

Persetan. Baginya, Yoongi yang menyerahkan Ha Ni dengan suka rela kepadanya itu termasuk dalam definisi membuang anaknya sendiri. Pria gila!

Min Ji dengan perlahan membuka pintu kamar itu. Terlihat disana Ha Ni yang masih bergelung dalam selimutnya. Gadis kecil itu memeluk boneka beruang besar berwarna coklat muda miliknya. Sungguh menggemaskan.

Min Ji mendekati ranjang itu. Mendudukkan diri di ujung ranjang dan mulai mengelusi surai kelam Ha Ni.

"Ha Ni-ya, bangun, sayang. Sudah pagi," ujarnya lembut.

Min Ji mengelusi rambut Ha Ni dan menciumi pipi gadis kecil itu, membuat empunya pipi gembil menggeliat tidak nyaman.

"Eung," lenguhnya pelan. Ha Ni mengucek matanya sebentar dan merenggangkan ototnya. "Min Ji unni?"

Min Ji tersenyum. Ia mengangguk. "Hmm, ini aku. Apa tidurmu nyenyak, sayangku?"

Ha Ni tersenyum kecil. "Hmm," anak itu mengangguk antusias.

"Unni sudah menyiapkan sarapan untukmu, mau makan bersama?"

"Mau."

"Gadis pintar. Sekarang masuk ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigimu dulu. Unni akan menunggu diluar, oke?"

"Oke!"

Min Ji hanya menatap gemas ke arah kaki kecil yang dengan semangat turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Ia bangkit dari tempat tidur. Keluar dari kamar dan menemukan eksistensi pria Min yang tengah menyantap roti bakar dengan lahap.

"Cih, dasar gengsian," cibirnya pelan sambil memutar mata jengah.

Ia berjalan mendekat. "Jadi, Tuan Min," ujarnya tiba-tiba yang membuat Yoongi membatu. "Akhirnya kau memakan masakanku juga?" kata Min Ji dengan nada mengejek yang ketara.

Yoongi mendengus sambil tersenyum miring. Ia meletakkan kembali roti bakar itu dipiring. "Kau bilang roti ini sebagai masakan? Jangan bergurau, Nona. Dan aku hanya menghormatimu sebagai tamu yang baik."

"Oke terserah." Min Ji mendudukkan diri di kursi meja makan.

Beberapa menit kemudian, keluarlah Ha Ni dari dalam kamar. Gadis itu tersenyum senang saat menghampiri Min Ji. Belum tahu keberadaan ayahnya yang berposisi membelakanginya.

Ha Ni berdiri di samping Min Ji. "Aku sudah selesai, unni. Bau masakanmu enak, aku jadi lapar," ujar gadis kecil itu polos.

"Kalau begitu kau harus makan, iya kan? Duduklah, sayang."

Ha Ni bergerak untuk duduk di kursi sebelah Min Ji. Namun, gerakannya terhenti saat melihat sosok ayah yang membuatnya luar biasa kesal, berada tepat di hadapannya. "Appa," cicitnya lirih.

"Ha Ni-ya," panggil Yoongi lembut.

Ha Ni langsung beringsut mendekati Min Ji. Ia merapatkan diri pada gadis Song itu.

"Ha Ni-ya, jibe kaja!" (ayo pulang!)

Ha Ni menggeleng. "Shireo!" (tidak mau)

"Ha Ni-ya, ayah minta maaf. Ayah sungguh tidak bermaksud seperti yang kau pikirkan," kata Yoongi penuh penyesalan. "Ayo pulang, appa sakit tanpamu," lanjutnya dengan nada terluka yang sangat terlihat.

Ha Ni menggigit bibirnya. Ia sayang ayahnya. Tapi ia tidak mau sendiri lagi. Ia tidak tahan dengan ketidakpedulian Yoongi terhadap kehadirannya.

"Oke, geundaeyo …" (tapi)

Senyum sumringah terukir di wajah pria Min yang masih terlihat tampan di usianya yang telah kepala tiga.

"… aku mau Min Ji unni ikut." []

***
Akhirnya setelah lama tak terdengar kabarnya. Buku ini akhirnya update! Maaf, kemaren entah kenapa error mulu. Sempet kena WB sih sebenernya 😀
Terus gue juga sibuk di rl. Maaf banget, makasih bagi yang masih mau ngikutin 😊

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang