Masa Lalu

9.9K 1.2K 87
                                    

Mulmed : Bang Yungi udah siap tempur di kasur wkwkwkwk

***

"Kau tidak pernah datang lagi sejak pemakaman Jimin. Bagaimana kabarmu?"

Wanita itu mencoba menyentuh wajah Yoongi. Namun pria bermarga Min itu cepat-cepat menepis tangan sang wanita.

"Bukan urusanmu. Dan jangan melewati batas, kau bukan ibuku! Ayo, Min Ji!"

Dengan paksa, Yoongi manarik Min Ji keluar dari tempat itu. Yoongi marah, sangat. Min Ji bisa merasakan aura negatif menyelubungi suaminya. Itulah yang membuat Min Ji hanya diam saat Yoongi menariknya menuju taman belakang rumah itu.

Yoongi mendudukkan dirinya dan Min Ji di salah satu bangku taman yang ada di sana. Mereka hanya diam selama beberapa menit.

"Dia ibu tiriku," ujar Yoongi tiba-tiba.

"A-apa?" jawab Min Ji yang masih belum mendapatkan fokus sepenuhnya.

Yoongi menghela napas. "Wanita tadi, dia ibu tiriku."

"O-oh, tapi kau tidak pernah cerita."

"Karena memang tidak pantas diceritakan. Keluargaku sebenarnya bukanlah keluarga yang harmonis. Bahkan ibuku meninggal karena overdosis obat penenang."

Mata Min Ji membulat. "Apa? Kenapa?"

"Ayahku selingkuh dengan wanita itu." Yoongi berdecih. "Padahal mereka sudah sama-sama berkeluarga. Mantan suami wanita itu terkena serangan jantung dan meninggal saat tahu istrinya berselingkuh dengan ayahku."

Min Ji hanya bisa menutup mulutnya. Ia sangat tidak menyangka jika masa lalu Yoongi begitu menyedihkan.

"Entah iblis mana yang merasuki ayahku. Saat itu, dia dengan tanpa rasa bersalah, datang ke hadapan ibuku dengan membawa seorang janda beranak satu. Ibuku depresi. Ia tidak menyangka jika dirinya dikhianati. Lalu dia memilih bunuh diri. Tepat di depan mataku," Yoongi menunduk dalam saat menceritakan segala kisah sedih itu.

"Dan Jimin? Aku tahu sedikit tentangnya, dia teman Kim Jungkook, kan? Adiknya Taehyung, suami Eun Hye."

Yoongi mengangguk. "Dia adalah anak kandung dari wanita itu. Jimin dan istrinya meninggal setahun tahun yang lalu."

"Kenapa?"

"Aku tidak tahu pastinya. Ia adalah agen pemerintah, dan istrinya adalah seorang mafia. Mereka jatuh cinta dan akhirnya menikah. Padahal jelas, hubungan mereka itu terlarang." Yoongi mendengus. "Sepertinya ibu dan anak itu sangat menyukai hubungan terlarang."

"Yoongi,"

"Aku tidak benci Jimin, sungguh. Ia pria yang baik. Adik yang baik juga. Ia menolak menggunakan marga Min, dia bilang dirinya merasa sangat malu atas kelakuan ibunya. Dia merasa sangat tidak pantas menggunakan marga keluargaku."

"Kau tidak membencinya? Maksudku--banyak anak yang akhirnya membenci saudara tirinya karena perselingkuhan yang terjadi antara orang tua mereka."

Yoongi mendengus. "Kau terlalu banyak menonton drama, Nyonya," ujar Yoongi. "Aku ini pria yang berpikir dengan logika. Bukan hanya aku yang sakit disini, Jimin juga pasti merasakan sakit yang sama sepertiku. Aku bermasalah dengan ibunya, bukan dengan Jimin. Lalu untuk apa aku membenci orang yang sama sekali tidak punya masalah denganku? Karena bahkan Jimin juga berakhir dengan membenci ibunya sendiri. Ia tidak pernah pulang ke rumah. Sejak SMP, ia memilih tinggal di asrama sekolah, lalu saat SMA, dia tinggal di apartemen. Dia tidak pernah menjejakkan kakinya di rumah ini."

Min Ji mengangguk. "Ternyata kau orang yang baik."

"Aku tidak baik. Aku hanya realistis."

"Lalu, jika kau sungguh membenci ayahmu, kenapa dulu kau menerima--kau tahu, perjodohan dengan mantan istrimu?"

Yoongi tersenyum simpul. "Mudah saja, aku jatuh cinta pada wanita itu. Dia cinta pertamaku."

Min Ji menggigit bibir bawahnya. Ada perasaan sedikit menyesal saat ia menanyakan hal ini, membuatnya--kalau boleh jujur--sedikit cemburu.

"Ah, begitu," Min Ji mengangguk.

"Jangan salah paham dulu," sela Yoongi. "Dia memang pernah kucintai sama seperti aku mencintai ibuku. Tapi kau tahu, aku benci dikhianati. Aku telah mengubur semua perasaanku pada wanita itu."

Yoongi meraih tangan Min Ji dan menggenggamnya. "Jika ada perempuan yang sangat penting di hidupku, itu hanyalah kau dan Ha Ni. Hanya kalian. Kalian duniaku."

Min Ji tersenyum. "Kau dan Ha Ni juga sangat penting bagiku."

"Maaf jika aku mungkin sangat sering membuatmu kesal, menyakiti hatimu, mengabaikanmu. Sungguh--itu bukan maksudku, aku hanya--"

"Sstt,"

Min Ji dengan cepat menutup mulut Yoongi dengan jari telunjuknya. "Jangan seperti itu," ujarnya. "Aku akan mencoba mengerti dirimu. Aku akan mencoba memahami jalan pikiranmu. Jadi jangan tertekan dan jangan merasa bersalah."

Yoongi memeluk Min Ji erat. "Terima kasih, terima kasih karena mau mencoba mengerti diriku."

Min Ji membalas pelukan itu. Ia menepuk-nepuk punggung Yoongi. "Tentu, kita keluarga, kan? Aku ini istrimu, Tuan Min yang terhormat."

"Aku tahu,"

"Tapi, Yoongi-ssi,"

Min Ji melepas pelukan mereka.

"Oppa,"

"Apa?"

Yoongi tersenyum. "Panggil aku Oppa, aku suka panggilan itu."

Min Ji mendengus. "Oke, Yoongi Oppa."

Yoongi terkekeh senang. "Kenapa, Ibunya Ha Ni?"

"Begini, kalau menurutku, kau harus tetap memperhatikan ayahmu. Maksudku, masalah di antara kalian memang bukan hal yang mudah. Tapi itu sudah berlangsung lama. Kau juga tidak bisa mengembalikan ibumu jika tetap membenci ayahmu sendiri."

Yoongi melengos, ia mengerti arah pembicaraan ini. Namun, Min Ji dengan lembut menyentuh pipi Yoongi, membuat pria itu kembali menatapnya.

"Dengarkan aku, masalah dengan keluarga seharusnya cepat diselesaikan. Tidak ada yang baik dengan keluarga yang terpecah. Jika tidak ada yang mulai memaafkan, maka perselisihan ini tidak akan selesai. Lagipula jika kau ingin minta keadilan, sekarang sudah adil."

Yoongi mengernyit. "Maksudmu?"

"Bukankah kau kehilangan ibumu?"

Yoongi mengangguk.

"Lalu sebagai balasannya, Ibu tirimu juga kehilangan anak dan menantunya. Adil bukan? Tuhan itu selalu adil."

Yoongi terdiam. Ia memandang lurus ke arah mata hitam milik Min Ji. Lalu setelahnya, ia mengangguk pelan. "Baiklah," ujarnya sambil menghembuskan napas panjang. "Akan kucoba."

Min Ji melengkungkan senyum manisnya. "Itu baru Oppa-ku!"

Yoongi terkekeh. "Manis juga saat kau manggilku Oppa. Menggemaskan."

Min Ji melepaskan tangannya dari pipi Yoongi. Ia menunduk dan memainkan ujung pakaiannya. "Kan kau sendiri yang meminta," cicitnya.

Yoongi rasanya gemas sekali. Ingin menggigit Min Ji sekarang juga. Kenapa istrinya jadi menggemaskan begini?

"Nyonya Min,"

"Apa?"

"Ayo pulang!"

Min Ji mengernyit. "Kenapa?"

"Aku ingin memakanmu." []

***
Udh gue bilang gue gabut. Sorry for spamming, gaes ✌

Maaf kalau tidak sesuai ekspektasi 🙏

Makasih udh baca :)

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang