SENYUM YANG MENGHADAP KESINI

332 17 0
                                    

Tatapan Cindy terpaksa membuat Jek harus bergerak sebelum Cindy yang nanti bicara. Dimana harga dirinya bila Cindy yang bilang kalau ia ingin bicara dengan Jinan.

Jinan mengangkat kedua alisnya, tumben.

"Hmmmm..." Ugen berpikir sejenak.

"Nanti pulangnya kita beli martabak. Bolehin ya?" Jek berusaha membujuk Ugen dengan makanan favoritnya.

Mendengar kata martabak Ugen langsung sumeringah, di raihnya tangan Jek lalu menggerak-gerakannya.

"Jangan lama-lama. Ugen juga kangen Ka Jinan, bukan Kaka aja." Katanya.

Jek menghela nafas, kapan ia pernah bilang pada Ugen kalau ia merindukan Jinan. Kalaupun rindu ia pasti akan menyimpannya sendiri.

"Siapa yang bilang kangen elaaahh sotau bangeet ni anak buah Ojan." Jek mencubit bibi Ugen gemas, menyembunyikan rasa malunya karna baru saja Jinan tertawa. Mungkin mentertawakannya.

"Yaudah-yaudahhh, kita di dalem yaaaa.." Cindy menarik Ugen dan Ojan untuk masuk ke dalam rumahnya agar Jek dan Jinan bisa berdua sekarang.

Ugen masih terus memandang Jek sangsi, penuh kecurigaan. Entah darimana ia belajar tatapan seperti itu, sepertinya ia harus bilang pada Bunda kalau sebaiknya Ugen di sekolahkan di pesantren saja agar kembali ke jalan yang benar.

Jinan kemudian duduk di kursi yang ada di teras rumah Cindy, Jek masih berdiri di dekatnya. Menatap ke mobilnya, sebenarnya ia hanya mencari kalimat yang tepat untuk membuka pembicaraan ini.

"Kangen aku ya." Akhirnya Jinan bersuara sebentar karna Jek tak juga mulai bicara.

Jek menggerakan kepalanya pelan, mengarahkannya tepat pada Jinan.

"Engga." Jawabnya pendek.

"Kenapa?" Jinan menatapnya dengan tatapan yang lemah.

"Tiap hari masih bisa liat kamu." Jawab Jek dingin.

"Tapi ga pernah ngomong sama aku." Tatapan Jinan pada Jek makin lemah.

"Iya." Jek masih terus bersikap dingin.

"Kenapa?" Kenapa yang kedua keluar dari bibir Jinan.

"Maaf. Tapi..............................."

"Kenapa minta maaf?" Jinan langsung memotong Jek.

"Memang dari awalnya harusnya aku gak ngomong sama kamu. Kamu nangis karna aku, karna aku ngomong ke kamu. Dan apa yang aku omongin itu salah." Jawab Jek, ia melangkah mendekat pada Jinan hingga depat di hadapannya.

"Aku gak pantes ada didekat kamu, Ijal..... Dia... Ya... Intinya, aku mau lihat kamu seneng sama Ijal tanpa aku. Dan ya, aku harus menjauh dari kamu.." Lanjut Jek, ia nampak mulai santai..

"Kenapa harus ngejauh?" Kenapa yang keempat dari Jinan.

"Ya karna harusnya kamu bahagia sama Ijal, terbukti sekarang kan. Kamu bisa seneng-seneng sama dia karna aku gak ada lagi." Jawab Jek dengan cepat.

"Kamu salah Jek." Suara Jinan memberat.

"Malah sebaliknya, aku malah sedih karna kamu gak ada di sisi aku. Kamu jahat." Lanjutnya, mata Jinan terlihat begitu lemah.

"Sekarang giliran aku yang tanya kenapa? Kenapa kamu sedih? Yang kamu butuh kan Ijal?" Tanya Jek, ia melangkah lagi lebih dekat pada Jinan.

Jinan mendongakan kepalanya untuk menatap Jek yang berdiri di depannya.

"Aku malah berharap, Ijal gausah akrab lagi sama aku." Jawab Jinan pelan.

Jek terdiam, pasti ada yang Ijal perbuat hingga Jinan malah tak mengharapkannya lagi. Tapi selama ini kan mereka nampak baik-baik saja. Bahkan mampu membuat Jek cemburu. Apa yang Ijal lakukan.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang