MENJADI KITA

355 20 1
                                    

"Tapi.... Jal, aku mau tanya.." Jinan sedikit melantangkan suaranya.

Ijal sedikit bergetar, Jinan begitu serius menatapnya. Menunggu apa yang akan Jinan tanyakan, dengan mengadukan jempolnya untuk menutupi tangannya yang gemetar. Jinan yang sadar kalau Ijal menunggunya langsung bertanya..

"Maksud kamu ngelakuin itu semua itu apa?" Tujuh kata singkat keluar dari mulut Jinan, membuat Ijal semakin bergetar. Baru kali ini begitu bergetar hebat di hadapan seorang perempuan, mungkin ini pertama kalinya ia benar-benar jatuh cinta bukan hanya main-main. Ijal menarik nafas dalam-dalam sambil memikirkan apa yang harus ia jawab pada Jinan.

Ijal mencoba tersenyum sebelum menjawab Jinan, menenangkan hatinya sesaat.

"Gak ada alasan lain....."

"Selain karna aku sayang sama kamu, Nan." Ijal menjawab dengan lancar, meski tubuhnya malah terasa lebih bergetar hebat setelah menjawab pertanyaan Jinan karna membayangkan ekspresi dan respon Jinan sesudah ini.

Jinan mengangkat kedua alisnya, terkejut. Matanya berusaha menatap mata Ijal, mencoba mencari kejujuran dari balik mata Ijal. Detak jantung Jinan jadi sedikit lebih cepat, tangannya mulai terasa dingin. Entah apa yang harus ia katakan lagi,tapi bukankah Ijal hanya seorang playboy sekolah yang mantannya satu lusin itu? Terfikir dibenak Jinan kalau Ijal hanya mau menjadikannya korban selanjutnya.

"Boong ah. Playboy kaya kamu ngomong sayang gampang." Jawab Jinan.

Ijal langsung menggeleng sambil tersenyum, ia sudah tahu pasti Jinan akan menyepelekannya tapi ia akan menunjukan kalau ia tak main-main.

"Harus aku buktiin kaya gimana? Kalau aku main-main, dengan sikap kamu yang kaya es batu itu aku udah nyerah ngapain juga." Ucap Ijal berkata selembut mungkin menyakinkan Jinan.

.................................

Dari balik rak buku anak, Jek berusaha mendengarkan kalimat yang Ijal ucapkan. Tak dia sangka saat menemani adiknya yang masih berumur 5 tahun melihat-lihat buku ia malah melihat Jinan dan Ijal bicara dengan serius di pojok baca toko buku ini. Hanya samar-samar yang bisa ia dengar, namun beberapa kata yang jelas di telinga Jek. Ia menggeleng heran. Tak menyangka Ijal hingga sejauh ini.

"Sadar Jal, hati cewe lagi lu pertaruhkan sekarang." Kata Jek dalam hati. Lalu ia berusaha bersenyembunyi agar Jinan dan Ijal tak melihatnya.

...............................................

Jinan hanya melempar pandangan pada Ijal, sebenarnya ia tak tahu harus menjawab apa. Rasanya memang aneh juga hingga Ijal si playboy sekolah mendekatinya tiba-tiba. Tapi semua usaha dan niat yang Ijal tunjukan juga nampaknya tidak main-main, sampai ia menanggung malu karna Jinan bentak saat itu. Bahkan Jinan juga tak pernah memberikan respon yang baik pada Ijal tapi Ijal justru terus ada di dekat Jinan dengan segala tingkahnya. Tapi bibir Jinan masih mengunci rapat, masih belum ada kata yang mampu keluar dari mulutnya.

"Ngomong dong." Pinta Ijal.

"Ngomong apa?"

"Ngomong apa gitu. Pengen denger suara kamu, aku kangen soalnya." Ucap Ijal yang diakhiri dengan wajah genitnya.

Namun usaha Ijal tetap gagal, Jinan malah terus menutup rapat mulutnya dengan senyum sinisnya.

Aku diem, biar kamu makin kangen sama aku. Jinan berucap dalam hati.

"Yaudah, terserah kalo kamu ga percaya. Aku juga tau kamu ga bakal percaya, tapi aku bakal buktiin sampai kamu percaya." Ijal langsung berdiri dari duduknya, rasanya tenggorokannya sangat kering karna pembicaraan yang begitu serius ini yang sebenarnya Ijal sudah tak tahan menahan rasa aneh yang ada di hatinya saat jujur kepada Jinan.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang