OS 2 (SAKIT)

420 16 2
                                    

Jek terbangun dari tidur yang baru terasa pulas, getar dan suara dari ponselnya mengganggu mimpi singkatnya padahal hari ini hari libur ia ingin bangun agak telat sedikit. Diambilnya ponsel itu dengan malas, matanya yang belum terbuka seutuhnya berusaha membaca siapa yang menelponnya sepagi ini.

IJAL.

Jek mendegus kesal, haruskah seorang lelaki yang menelponnya sekarang. Ia menyeret jempolnya untuk menerima panggilan itu lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

WOI BANGUN LU, JADI GAK LIAT-LIAT MOBIL! Suara Ijal memekik menendang gendang telinga Jek yang baru 4 jam diistirahatkan. Semalam ia main PS hingga tengah malam, ia juga baru bisa tidur tenang saat adzan subuh menggema di sekitar komplek rumahnya.

Jek berusaha membuka matanya dengan benar, ia baru ingat memang sudah ada janji dengan teman-temannya akan pergi ke pameran mobil di luar kota.

"Oiya ya hari ini, baru bangun aing." Ucap Jek malas, ia mengusap-ngusap wajahnya.

Astagfirullah, buruan udah pada siap ini di rumah gua.

"Tiketnya di ayah gua, semoga dia udah bangun juga." Kata Jek akhirnya ia sadar sepenuhnya dari tidurnya. Menegakan punggung dan menyingkirkan selimut dari tubuhnya.

Udah bangun kata Ojan.

"Buset. Sotau banget."

Tadi udah beli bubur. Udah buruan mandi, entar keburu macet.

"Iya-iya, pada semangat bener ye." Balas Jek malas ia turun dari tempat tidurnya dan berjalan malas menuju lemari kamarnya hendak memilih pakaian yang ia pakai hari ini.

Yaudah ditunggu ye.

.....................................

Ijal mematikan panggilannya pada Jek, Ojan dan Papat menatapnya menanti sebuah kalimat dari Ijal tentunya.

"Baru bangun." Kata Ijal, melemparkan ponselnya ke meja di ruang tamu.

Ojan dan Papat menghembuskan nafas kecewa, padahal mereka sudah sangat bersemangat. Karna sudah lama mereka tak jalan-jalan keluar kota bersama terlebih dengan melihat pameran mobil memacu mereka untuk sukses di masa depan sehingga bisa mendapatkan mobil-mobil yang mereka ingin.

"Bi....a...s...a...nya...... Oj........an yan........g nga.........ree.....tt" Ucap Papat kemudian mengambil rokok dan mulai membakarnya.

"Udah pat, pembaca pada cape baca dialog lu. Mending diem aja." Ucap Ojan sambil menahan tawanya.

Papat mengangguk pasrah, lalu mengambil hisapan pertama pada rokoknya.

"Lagian nih udah lama gak main berempat. Semangat banget gua." Ojan sungguh bergairah pagi ini.

Ijal merenung sejenak, memang sejak taruhan itu mereka jadi jarang sekali kumpul lengkap. Semuanya makin sibuk dengan urusan masing-masing, apalagi dirinya yang disibukan kegiatan osis. Ia malah merasa hubungannya dengan teman-temannya sedikit merenggang.

..........................

Jek membunyikan klakson mobilnya di depan rumah Ijal, membuat teman-temannya reflek berdiri mengecek apakah itu benar Jek. Dan benar itu Jek setelah Jek menurunkan kaca mobilnya, dengan kaca mata hitam dan rambut yang tersisir rapih.

"Ganteng bener ya." Tanpa sadar Ijal memuji Jek, wajar bila Jinan lebih memilih Jek dibanding dirinya. Jek lebih unggul dalam segala hal.

Ojan merangkul Ijal untuk keluar, karna tubuhnya yang tinggi besar dengan mudah ia merangkul teman-temannya.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang