Setelah Jek pergi kerumunan sudah mulai menyebar lagi, tatapan ngeri muncul dari mereka pada Ijal juga Ojan. Ijal sudah tidak bisa memperdulikannya sekarang wajahnya terasa perih semua, entah berapa pukulan yang Jek berikan dan yang paling terasa adalah pukulan Ojan.
Wali kelas Ijal, Bu Dewi memperhatikan Ijal.
"Ke UKS dulu obatin, abis itu ke ruang BK ya sama Ojan. Kamu ketua kelas, wakil ketua osis gak seharusnya kaya gini." Ucap Bu Dewi, mimik wajahnya serius dan juga bercampur khawatir karna darah yang mengalir di sekitar hidung dan bibir Ijal juga bercak di seragamnya.
"Bukan saya yang mulai, Bu!" Ijal masih memiliki tenaga untuk melawan.
"Jelasin nanti! Sekarang obatin dan bersihin dulu luka kamu. Ibu gak mau bicara sama kamu dengan keadaan kaya gini." Tegas Bu Dewi.
Ijal mengangguk, Ojan menghampirinya lalu memegang bahu Ijal.
"Udah gua peringatin, Jek itu singa tidur kalo lu bikin dia bangun nyawa lu taruhannya. Gua temenin ke UKS." Ojan berkata lebih santai meski ia nampak serius.
...................................................
"Cemen dia kabur." Ucap Ijal sambil menahan perih saat petugas UKS menempelkan kapas basah dihidungnya.
"Kalo dia ga pergi mau tulang sebelah mana Jal yang remuk?" Ojan meringis sendiri saat melihat tubuh Ijal bergetar karna menahan perihnya.
"Ya gua bikin remuk duluan lah."
"Halaaah itu aja udah berdarah duluan. Mending lu ke dokter dah, periksa itu idung geser apa kaga." Kata Ojan ia berdiri memperhatikan hidung Ijal.
"Ekhem..." Suara yang tak asing bagi Ijal dan Ojan muncul dari pintu UKS.
Jinan berdiri tepat di pintu itu, menatap Ijal khawatir. Lalu melangkah pelan mendekat pada Ijal yang duduk di sofa UKS.
Kalo Jek ada disini juga, yang bakal Jinan samperin siapa ya. Gumam Ojan.
"Jek kenapa?" Tanya Jinan pelan matanya tertuju pada Ijal, petugas UKS pun sampai menghentikan aktivitasnya.
"Aku udah kaya gini yang kamu tanyain tetep Jek?" Kata Ijal kecewa.
"Kamu kaya gini kan karna Jek."Jawab Jinan cepat.
Ojan mengangguk-ngangguk mulai mengerti kini Jinan tengah memilih dipihak mana ia harus berdiri.
"Mending kamu tanya Jek, gimana keadaan dia. Kalau kamu pengen tau juga tanya dia kenapa, pasti dia ga bakal jawab." Ijal mengambil kapas lalu meneteskan betadine tapi ia ragu saat harus mengusapkannya pada lukanya. Jinan meraih kapas itu lalu ia hendak mengusapkannya pada luka Ijal tapi Ijal menghalanginya.
"Mulai sekarang, kamu harus lebih perhatiin dia daripada aku." Ujar Ijal dengan jelas lalu ia mengambil kapas itu lagi dari Jinan dan mengusapkanya sendiri meski terasa sangat perih.
"Kena........."
"Sekarang kamu ke kelas aja." Potong Ijal.
"Aku udah izin."
"Ke kelas."
"Tapi Jal."
"Jinan. Ke kelas aja, Kamu gausah repot. Atau, kamu tenangin Jek aja telpon." Ucap Ijal dengan serius.
"Nan. Bener tuh, sebenernya Ijal pengen kamu disini.Tapi dia takut tulangnya remuk dipukul sama Jek hehe." Kata Ojan meyakinkan Jinan dengan sedikit bercanda.
"Gak gitu, anjir." Ijal menatap Ojan kesal.
Jinan sedikit tersenyum lirih, membayangkan tulang Ijal remuk di tangan Jek. Jinan tak pernah melihat Jek seberingas tadi, mata penuh amarah seperti tadi tak pernah Jek tunjukan meski Jek pernah marah padanya. Sepenting apa Jinan di mata Jek hingga ia berbuat seperti ini. Dengan sedikit gemetar ia mulai mencari kontak Jek di ponselnya, ia menatap Ojan sebentar.

KAMU SEDANG MEMBACA
JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)
Teen FictionJinan, Wager Girl. Story by. Magicbee & Teoleau Editor: Jasuke-kun & Jersk Jinan Safa Safira, Perempuan kelas 11 yang terkenal dengan sifat Juteknya. Tak ada lelaki yang berniat mendekatinya. Bahkan sudah banyak lelaki yang ia tolak begitu saja, Tap...