OS 3 (MABUK)

530 14 3
                                    

Dengan langkah gontai lelaki itu membuka pintu kamar yang sama sekali bukan kamarnya, dilepaskannya tas punggungnya dan menaruhnya di lantai. Dilepasnya jaket bomber hitam yang membungkus seragam sekolah, Ia lanjutkan membuka kancing seragamnya satu persatu lalu dilemparnya seragam sekolahnya ke arah tasnya. Hanya tersisa kaos hitam polos yang terlihat lembab karna terkubur dalam dua lapisan baju. Matanya melihat ke sekelilling, mencari benda persegi yang saat ini ia butuhkan. Ia menemukannya tergeletak di kasur, dengan cepat ia mengambil benda itu dan merebahkan dirinya di kasur empuk dengan ukurang king size dan sprei abu-abu.

Di arahkannya benda persegi itu ke AC di sudut kamar, lalu melemparkan benda itu kesembarang arah. Serasa kamarnya sendiri, pikirnya. Kamar ini identik dengan pemiliknya, baunya yang memang khas. Ia mengambil satu tarikan nafas, apakah bau ini disukai oleh perempuan yang dicintainya.

Kenapa ya, move on jadi sesusah ini. Gumamnya.

Ia menegakan tubuhnya, sadar niatnya kesini bukan untuk tidur-tiduran di kamar sahabatnya. Ia langsung turun dan mengambil tasnya. Mengeluarkan notebook seukuran satu jengkal tangannya. Baru ia menyalakan laptopnya itu pintu terbuka tanpa ketukan, satu teman dengan alis tebalnya masuk dan melempar tasnya ke sembarang arah diikuti satu temannya lagi dengan membawa satu bungkusan putih samar-samar dilihatnya tiga buah botol hijau berukuran sedang.

"Bawa apaan lu?" Tanyanya curiga.

"Bu....at.... ang...et...in badan Jal...." Jawab si pembawa bungkusan itu.

Ya dia, Ijal yang datang lebih dulu kini mengerutkan keningnya. Ia mengerti apa yang dimaksudkan temannya.

"Udah bilang belum sama Jek?" Tanyanya lagi, karna ia sendiri tidak tahu bila temannya membawa botol berisi soju kesini.

Si alis tebal alias Ojan hanya tersenyum tipis lalu duduk bersila di karpet busa sambil mengambil bungkusan tadi dan mengeluarkan botolnya.

"Selow. Nanti juga ikutan dia." Jawabnya remeh.

Ijal menggeleng lalu memperhatikan Ojan yang berusaha membuka tutup botol itu dengan kunci motornya.

"Gua gak yakin, kalo kalian gak bilang dulu dia bisa marah." Katanya lagi.

Ojan malah tertawa ringan, masih mencoba membuka tutup botol itu.

"Ngapain marah pasti dia ikutan. Mumpung besok tanggal merah nih." Jawabnya tak peduli dengan tatapan sinis Ijal.

"Kita disini buat ngerjain tugas bukan mabok. Dan ini tempat orang Jan, jangan seenaknya." Kata Ijal.

"Biasanya juga lu yang nugas, kita yang main-main. Terus kalo udah gua bawa kesini mau didiemin aja gitu nih? Sayang banget duit gua. Udah gak usah bawel, Jek pasti selaw." Ojan berhasil membuka tutup satu botol itu lalu mengambil satu botol lagi, sedangkan Papat hanya memperhatikan Ojan dengan seksama seperti anak kecil yang asik menontoni seorang pemeras susu sapi.

Ijal berdecak, otak Ojan memang selalu tidak berfungsi bila sudah bertemu dengan botol alcohol. Tak ingat waktu tak ingat tempat. Yasudahlah, dia sudah menegur juga. Ia kembali fokus ke layar laptopnya, melanjutkan apa yang harus ia kerjakan disini.

------------------------------------------------------------------------

"Jek, Aku penasaran deh."

"Apa?" Lelaki itu baru keluar dari mobilnya, mengikuti 3 perempuan di depannya memasuki minimarket seperti seorang bodyguard.

"Cowo kalo nginep bareng ngapain ya?" Tanya perempuan yang satu-satunya memiliki mata bulat disini, dia Cindy.

"Kalo cewe ngapain?" Jek membalikan pertanyaan, sedangkan dua orang lainnya masih menguping.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang