BUKAN UNTUKKU

285 24 0
                                    

Ayah Bunda Jek sudah di duduk di ruang makan menatap Jek dengan penuh kecurigaan. Semalam Jek pulang malam sekali, seisi rumah sudah tertidur Jek bisa bernafas lega karna tak menerima omelan dari Bundanya tapi pagi ini kedua orang tuanya nampak sudah menunggu kehadiran Jek di ruang makan. Ia tahu ia dalam bahaya, tapi berusaha sebisa mungkin bersikap biasa ia menarik kursi di samping Bundanya lalu duduk dan mengambil roti yang bundanya sudah siapkan.

"Mau pura-pura aja nih?" Bunda Jek menyenggol bahu Jek dengan sikutnya.

Jek tersadar apa yang harus ia lakukan.

"Iya. Maaf Kaka pulang malem. Yah, Bun." Kata Jek pelan, ia menunduk sambil mengunyah roti.

Ayah dan Bunda Jek saling menatap, saling memberi kode.

"Hmm...." Ayah Jek berdiri lalu memukul dada Jek lumayan keras.

"Aduh! Sakit Yah." Jek meringis, semalaman badannya terasa sakit semua dan Ayahnya malah memukul akar sakitnya lagi.

"Masih gamau ngomong?" Tanya Ayahnya lagi.

Jek menatap Ayahnya bingung, apa Ayahnya sudah tahu kalau kemarin ia berkelahi dengan Ijal. Lalu ia melihat Bundanya, gerak-geriknya seperti memintanya untuk bicara.

"Iya. Kaka kemarin berantem sama Ijal." Ucap Jek sambil menundukan kepalanya.

Ugen hanya menatap Jek bingung, bertanya dalam hati Kakanya dan Ijal kan berteman mengapa mereka berkelahi.

"Terus kamu diem aja? Gamau diobatin?" Ayah Jek menepuk punggung Jek pelan.

Jek menarik nafas lega ternyata orang tuanya mengkhawatirkannya bukan untuk memarahinya.

"Udah gak sakit, nanti juga sembuh sendiri." Akhirnya Jek berani mengangkat kepalanya lagi dan menatap Ayahnya.

"Pulang sekolah ke dokter aja, periksa takutnya ada apa-apa." Kata Ayahnya lalu duduk kembali di tempat duduknya.

Jek mengangguk meski ia juga tak akan pergi ke dokter, ia merasa baik-baik saja. Tapi, wajah kedua orang tuanya masih tetap curiga padanya. Sepertinya, masih belum selesai ya?

"Kemarin ke villa Papap berdua sama Jinan?" Tanya Bunda Jek dengan tatapan penuh kecurigaan.

"Iya. Kan Kaka udah bilang."

"Berdua doang?" Bunda Jek semakin menyipitkan matanya.

"Iya. Kan abis berantem, kesel ya biar tenang Kaka kesana sama Jinan." Jek menjawab dengan lancar karna memang begitu kebenarannya.

"Ngapain aja?" Bunda Jek terus mengintrogasi Jek.

"Ya ga ngapa-ngapain lah Nda."

"Cowo sama cewe ke Villa berdua doang masa gak ngapa-ngapain." Ujar Ayah Jek tapi dengan senyum yang sama jahatnya dengan senyum Mang Ijul kemarin.

"Astagfirullah. Ga ngapa-ngapain sumpah." Jek menggeleng heran, pikiran pria dewasa memang selalu kemana-mana.

"Yah kamu payah masa gak ngapa-ngapain sama cewe!" Kata Ayah Jek dengan tawanya.

"Ayaaaahh!!" Bunda Jek menghentikan Ayah Jek lalu matanya melirik Djuergen, walaupun Ugen terlihat asik dengan i-pad mininya.

"Kasih tau Bun... Kalo bohong yang rapih." Ayah Jek tersenyum menggerakan dagunya pada Bunda Jek.

Bunda Jek langsung mengambil ponselnya di meja dan memperlihatkan sebuah foto tepat di mata Jek. Jek berusaha memperhatikan foto itu dengan teliti, lalu saat semakin jelas apa yang ia lihat ia tak bisa menahan tawanya. Ini pasti ulah Mang Ijul.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang