JANGAN CEMBURU. PAMALI.

349 24 2
                                    

Sorot tajam mata Jek mengikuti gerak Ijal yang datang beriringan memasuki kelas bersama Jinan, dilihatnya Ijal yang tersenyum puas sedangkan Jinan sebaliknya. Berusaha tetap tidak peduli, meski hati kecilnya jelas-jelas bertanya apa yang terjadi. Ijal duduk disampingnya, sambil bergumam seperti orang yang sedang senang. Jek menoleh pelan untuk melihat Ijal yang tengah tersenyum sendiri.

"Ngapa lu?" Tanya Jek dengan menggerakan dagunya.

Ijal menoleh "Lu kelamaan Jek, jangan salahin gua kalo Jinan balik lagi sama gua." Kata Ijal dengan senyumnya seperti menandakan kemenangan.

Jek menghela nafas, kemudian menarik bibirnya.

"Yaudah." Jawab Jek pendek lalu kembali memainkan game yang ia jeda tadi.

Ijal malah tersenyum puas, ia akan terus mengompori Jek agar Jek mau bersaing dengannya. Ijal menoleh ke belakang ke tempat Jinan duduk, Jinan Nampak tengah bercerita pada Cindy. Ya sudah pasti, Jinan akan menceritakannya.

000

"Ngapain aja kalian? Lama banget." Cindy memiringkan kepalanya, mencoba melihat wajah Jinan dari samping.

"Gatau ahh, tu orang emang penuh tanya banget." Jinan menunjuk Ijal dengan dagunya.

"Kalian ngomongin apaan, kepo nih." Cindy mendekatkan dirinya pada Jinan dengan wajah penasarannya.

"Dia bilang, anggap aja gak ada apa-apa. Terus, dia malah jadi nyuruh peka sama Jek. Gak ngerti lagi." Kata Jinan sambil tangannya mengelus dagunya sendiri.

"Mending cari tahu dulu Jek itu kenapa, dia tiba-tiba jadi diem lagi dan akur sama Ijal tanpa bilang apa-apa kan. Pasti ada sesuatu yang bikin dia begitu." Cindy malah memandangi Jek dari tempatnya.

"Biar aja dia yang kasih tau." Nada suara Jinan menjadi dingin.

"Yaudahlah pusing juga kalo dipikirin, tugas masih antri." Jinan kemudian memandangi dua buku tulis dihadapannya.

Cindy memutar badannya ke arah Jinan dan memandanginya dengan seksama, membuat Jinan merasa aneh dengan pandangan itu.

"Kenapa?"

"Percaya gak percaya, sekarang tuh seorang Jinan kaya lagi direbutin dua cowo ya. HAHAHAHA." Tawa Cindy lumayan nyaring, membuat beberapa murid seketika menatap kearahnya termasuk Ojan tapi Cindy tak memperdulikannya.

"Tapi mereka malah kaya ganti-gantian ya, gak seru. Kayanya Jinan lagi bimbang nih ya." Lanjut Cindy dengan suara yang sedikit keras. Membuat Ijal dan Jek menoleh bersamaan.

.............

"Lu diomongin Jek." Ojan menendang kursi Jek dari belakang.

Jek menatap Ojan sinis, meletakan ponselnya ke kantung seragamnya lalu berdiri dan beranjak keluar kelas padahal kelas akan kembali dimulai sebentar lagi. Rasanya muak sekali saat keadaan kelas seperti ini. Berjalan pelan menuju toilet, menghindar memang jalan keluar terbaik baginya saat ini.

Tahan.. Mengabaikannya udah jadi langkah yang benar. Gumamnya dalam hati.

Jek mengangkat tangannya melihat jam tangannya. Masih ada waktu untuk sholat pikirnya, ia harus menenangkan pikirannya meski ia datang pada Tuhannya saat hatinya sedang kacau saja. Mungkin ia memang terlihat tenang tapi sebenarnya pikirannya justru sebaliknya, dan ia mulai lelah menyembunyikan semuanya. Biasanya Ijal yang akan mengajaknya untuk sholat, tapi kali ini hasil inisiatifnya karna tak nyaman dengan suasana kelas tadi dia sudah berdiri di depan keran musholla.

000

Esok harinya Jek menepi ke pinggir lapangan dan mencari sisi yang teduh, menyipitkan matanya karna siang ini terasa lebih panas dari biasanya. Murid-murid lain masih berada di lapangan, berbaris untuk berlatih bola Volley. Beberapa terlihat sangat antusias dan sisanya sama seperti Jek, berharap pelajaran olahraga ini cepat berakhir.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang