BESOK

297 16 3
                                    

Jek menyipitkan matanya saat melihat 3 motor yang berjejer rapi di depan rumahnya, semuanya ia kenali pemiliknya. Malam-malam begini apa yang mereka lakukan di rumahnya, setelah memarkirkan mobilnya ia langsung turun sambil membawa tas sekolahnya. Baru saja membuka pintu rumahnya sudah terdengar suara berisik dari Khalif berasal dari kamarnya. Ia melangkah pelan dan terhenti di depan pintu kamarnya. Khalif dan Papat sedang bermain PS, padahal hanya balap mobil dan Kian berisik sekali. Ojan dan Ijal tidur di kasurnya, suasana yang sudah lama tak ia lihat lagi. Ia melangkah masuk tanpa ada yang menyadari, melempar tasnya ke kasur tapi Ijal dan Ojan tak juga bangun. Diperhatikannnya wajah Ijal yang memar dan beberapa plester menutupi luka di wajahnya.

"Dari kapan disini? Kalo mau ribut gua udah cape besok lagi aja." Katanya.

Papat dan Khalif kaget bersamaan, suara Jek tiba-tiba muncul tanpa tanda-tanda.

"Kaka pulang kok gak Assalamualaikum sih." Kata Khalif ia menghentikan permainannya.

"Iya maaf lupa." Jawab Jek datar.

Papat berdiri dari duduknya dan mendekat ke kasur, memperhatikan wajah Jek sebentar lalu menampar-nampar Ojan dan Ijal supaya terbangun. Baru 2 sampai 3 tamparan mereka baru mau membuka matanya. Ojan langsung terbangun dan terkejut melihat Jek ada di depannya.

"Lu gapapa kan? Udah diobatin kan?" Ojan memegang wajah Jek dengan kedua tangannya yang justru membuat Jek merasakan rasa ngilu saat jari-jari Ojan menyentuh bekas lukannya.

"Gausah pegang-pegang anj*ng" Jek menyingkirkan kedua tangan Ojan dari wajahnya.

"Kemana aja lu baru dateng?" Tanya Ojan lagi.

"Bukan urusan lu." Jawab Jek dingin.

"Busett dah orang khawatir.. Gua minta maaf Jek tadi pagi nendang lu, soalnya gua malu lah kalian satu tongkrongan berantem. Ya lu berdua gobl*k juga sih ga ngerti gua." Kata Ojan lalu mendorong bahu Ijal yang baru bangun dari posisi tidurnya hingga Ijal jatuh ke kasur lagi.

"Lu gobl*k." Ijal membalas dorongan Ojan.

"Lu gamau minta maaf juga Jal?" Jek memandang Ijal sinis.

"Kok gua? Harusnya lu, lu yang mukul gua duluan." Ijal masih terlihat santai.

"Lu yang bikin gara-gara, gua biarin malah makin gatau diri." Jek mulai menaikan nada suaranya.

"Suruh siapa lu biarin? Gua gituin Jinan biar lu kepancing Jek, tapi lu aja bodoh dikasih lampu ijo malah berhenti. Gua kan udah kasih lu kesempatan. Lu malah ngejauh, lu juga salah." Balas Ijal.

"Ten....ang...Tena.....ngg ki..ta.. di...sinni..... bu...kaannn.. ma....u... ri..buut.. kan..." Kata Papat ia mengosok-gosok punggung Jek untuk menenangkannya.

"Bawa Khalif keluar Pat." Perintah Jek ia tak ingin adiknya melihat dan mendengar perdebatannya dengan Ijal.

Papat mengerti, ia langsung membujuk Khalif untuk bermain diluar. Setelah Khalif dan Papat keluar baru Ojan angkat bicara lagi.

"Gua rasa lu berdua emang salah. Salah paham aja. Ijal pengen lu maju Jek, lu malah mundur. Ya Ijal mancing lu tapi dia emang bangsat sih mancing-mancingnya kejauhan malah mainin perasaan cewe." Ucapnya.

"Lu juga ngapain sih ah bikin taruhan, jadi gua yang repot." Balas Jek.

"Ya setidaknya, lu jadi demen cewe juga Jek. Ada positifnya kan?" Ojan menahan senyumnya, karna pembicaraan masih serius.

"Bacot." Jawab Jek dingin.

"Jadi sekarang lu maunya gimana? Kalo lu masih mau mundur, gua maju. Kalo lu mau maju, gua kasih lu kesempatan sekali lagi." Ijal kini membalas tatapan sangsi Jek.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang