PENGGANGU!

351 20 3
                                    



Ijal terus mengikuti Jinan sambil memohon, seperti anak kecil yang memaksa ibunya untuk membelikan mainannya. Jinan tak memperdulikan Ijal, ia terus melangkah keluar sekolah dan Jinan juga selalu merasa menjadi pusat perhatian setiap bersama dengan Ijal hal yang paling ia tak suka adalah menjadi pusat perhatian. Tapi Ijal terus memohon pada Jinan, tak memperdulikan tatapan-tatapan bingung dari orang-orang sekitarnya.

"Ayolaahh, niat aku kan baik." Bujuk Ijal.

"Aku bisa pulang sendiri." Jawab Jinan dingin, lalu duduk di tempatnya biasa menunggu Ojek Online di bangku panjang Tahu Isi.

"Engga sendiri kan? Sama Abang ojek?" Tanya Ijal lalu ikut duduk disamping Jinan.

Jinan tak menjawab, ia memakaikan earphone di telinganya seperti biasa saat ia malas mendengar suara Ijal. Tapi kali ini Ijal langsung melepaskan earphone itu.

"Terserah kamu mau cuekin aku kaya gimana, pokoknya sekarang aku yang anter pulang!" Ijal sedikit menaikan suaranya, bukan lagi meminta tapi memaksa.

"Terserah! Abangnya tar lagi nyampe." Jawab Jinan, matanya memperhatikan sekitar berharap ojeknya datang secepatnya.

Dari seberang sekolah.

"I...ni.... Ud...ahh... Se...minggu.... Ijal..... gak.... Ada.... Nyer...rahnya..." Kata Papat duduk di bangku mobil Jek sambil memperhatikan Ijal yang terus membujuk Jinan.

"Baguslah, bentar lagi juga dapet." Jawab Jek, ia juga melihat ke arah yang sama dengan Papat.

Segitunya deh nyari pengakuan. Kata Jek dalam hati.

"Udahlah ayooo, ga sabar nyoba NBA 2k18 punya Jek." Ojan menghentikan motornya tepat di sebelah Jek.

000

"Udah dateng abangnya, bye." Kata Jinan ia langsung berdiri dan melangkah menuju Ojek online yang motor dan nomor polisinya sama dengan petunjuk di ponselnya. Tapi Ijal mendahului langkahnya dan menghampiri abang Ojek itu.

"Bang, gajadi order. Tapi ini saya bayar aja orderannya, berapa?" Kata Ijal sambil mengambil dompet di saku celananya.

"18rebu Mas, eh yang pesen Mba Jinan kan?" Abang Ojek itu memperhatikan Jinan yang berjalan cepat ke arahnya.

"Yaudah, ini sama buat bensin. Jinan saya yang anter bang." Ijal memberikan dua lembar uang hijau dan coklat pada abang ojek itu. Jinan yang baru sampai, langsung menatap Ijal kesal.

"Jal! Kamu tuh ya!" Bentak Jinan.

"Wah gapapa nih mas?"

Ijal tersenyum pada Abang Ojek itu, lalu mempersilahkan tukang Ojek itu pergi.

"Jal, kamu kenapa sih?!" Tanya Jinan kesal.

"Aku gapapa. Kamu yang kenapa?" Ijal balik bertanya dengan ekspresi santai seolah-olah ia tak melakukan apa-apa.

Jinan menarik nafas panjang dan menghembuskannya kuat hingga suara karbondioksida yang keluar dari hidungnya terdengar oleh Ijal.

"Kamu tuh kenapa selalu berbuat semaunya kamu?! Dan selalu aku yang dirugiin? Sadar gak sih?!" Bentak Jinan, dengan seluruh tenaganya.

Ijal hanya tersenyum tengil mendengar bentakan Jinan yang membuat emosi Jinan semakin naik.

"Aku ga pernah rugiin kamu, dan gak akan pernah." Jawab Ijal santai. Tangannya meraih tangan Jinan dan menariknya ke arah motornya terparkir. Jinan berusaha melepasnya, tapi Ijal menggengam tangan Jinan begitu erat.

"Dengan kamu nolak-nolak gitu, kamu makin diliatin banyak orang. Sekali aja kamu nurut sama aku, semuanya bakal bersikap biasa." Kata Ijal menghentikan langkahnya, menatap Jinan dengan sabar tanpa melepaskan genggaman tangannya.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang