*WARNING*
PART INI PART KLIMAKS MAU DIBAGI DUA JADI NANGGUNG, JADI LUMAYAN PANJANG. LUANGKAN WAKTUMU YAK. HEHEHEH SILAHKAN MEMBACA.
Dua hari kemudian.....
Sudah hampir malam, tapi hujan belum berhenti dari tadi sore. Untung saja Jinan sudah tiba di rumahnya sebelum hujan deras, padahal Cindy mengajaknya main ke rumah Cindy seperti biasa nonton bareng Variety show BTS yang sudah Cindy download. Tapi karna ia tahu akan hujan, ia mengurungkan niatnya lebih enak di rumah kalau sedang hujan. Ia diam di kamarnya, mematikan semua lampu membiarkan lampu tumblr menyala berkedip-kedip lembut ditembok kamarnya sambil mendengarkan lagu mendayu. Nyaman sekali baginya. Tiba-tiba suara music dari ponselnya berhenti, terganti nada dering panggilan masuk. Sudah bisa ia tebak, siapa itu orangnya. Orang yang selalu menghubunginya setiap sore, meski hari ini agak telat sih. Loh, sejak kapan juga Jinan jadi membuat jam khusus untuk orang itu menelpon.
"Iya haloo.."
Lagi ngapain?
"Gelap-gelapan."
Di kamar?
"Di lapangan."
Aku mau ketawa tapi sayang tenaga.
"Jadi sayangnya......."
Engga. Gajadi, tenaganya gamau disayang.
"Aku yang mau disayang." Jawab Jinan iseng, sebenarnya ia hanya ingin mendengar respon Jek yang pasti tak biasa.
Yaudah, otw.
"Jek, hujan. Besok aja." Jinan sudah hapal bila Jek berkata seperti itu.
Gak takut aku mah sama hujan, takutnya sama Bunda.
"Jek..."
Jek langsung menutup telponnya, Jinan memandangi ponselnya sebentar. Benar-benar, bocah yang sulit dimengerti. Selalu saja berbuat semaunya, tak pernah mau mendengar bila Jinan melarangnya. Tapi rasanya sulit sekali untuk Jinan marah padanya, Jinan akui selalu ada saja hal yang membuat Jinan luluh ia juga sedikit tak berani memarahi Jek. Ya tahu sendiri Jek kalau marah seperti apa. Jinan tau Jek akan datang, ia menyalakan lampu kamarnya dan merapihkan diri. Selama di skorsing, Jek memang jadi sering ke rumahnya. Katanya karna tak bisa ketemu di sekolah, saat ini Jek sudah sangat blak-blakan pada Jinan. Jinan juga sudah terbiasa, bahkan mungkin nyaman juga dengan sikap Jek saat ini.
Ia keluar dari kamarnya, menuju ruang tamu sambil menunggu Jek. Kyla adiknya turun dari kamarnya sambil menggosok-gosok rambutnya dengan handuk, sepertinya habis mandi.
"Hujan-hujanan lagi kamu ya." Kata Jinan menatap adiknya yang kemudian duduk di ruang tamu juga.
"Iya hehe." Jawab Kyla.
"Makannya pulang sebelum hujan, sebentar lagi juga bersin-bersin kamu 100 kali sehari." Jinan menatap adiknya sangsi.
"Yeee jangan didoain gitu dong." Balas Kyla wajahnya merengut karna tatapan Kakaknya itu.
"Ka. Kaka Jek itu.... Udah nembak kaka?" Tanya Kyla ia memelankan suaranya.
"Belum." Jawab Jinan pendek.
"Whaaat, udah sering banget kesini. Kalian udah keliatan pacaran." Kata Kyla heran.
"Ya memang belum." Jinan terus memandangi jendela, hujan diluar memang masih sangat deras.
"Ah gemes akutuh. Nyatain perasaan tapi gak nembak, kaya drama-drama aja." Kata Kyla ia berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya.
Jinan jadi teringat alasan Jek belum menembaknya, Jadi nanti aja, kalo kamu udah sayang sama aku. Itukan jawaban Jek. Jinan masih belum bisa membaca perasaannya, mungkin ia harus meminta saran dari Cindy. Orang yang sangat mengenalnya selain dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)
Teen FictionJinan, Wager Girl. Story by. Magicbee & Teoleau Editor: Jasuke-kun & Jersk Jinan Safa Safira, Perempuan kelas 11 yang terkenal dengan sifat Juteknya. Tak ada lelaki yang berniat mendekatinya. Bahkan sudah banyak lelaki yang ia tolak begitu saja, Tap...