SATU ALASAN

359 27 0
                                    

Jinan memperhatikan Cindy yang terus menekuk mukanya, padahal yang harinya terasa kacau adalah Jinan tapi malah Cindy yang cemberut. Cindy juga tak cerita apa penyebabnya, Cindy hanya mengajaknya main sepulang sekolah sesaat sebelum pelajaran terakhir dimulai.

"Kenapa Cin? Bete banget kayanya." Tanya Jinan saat keduanya jalan bersama keluar sekolah.

"Hmm..." Cindy hanya berdehem tanpa menjawab.

"Tuhkan biasaan dipendem mulu."

"Pen kasih tau, tapi kayanya bisa bikin lu bete juga Nan." Kata Cindy sedikit ragu.

"Emang apaan?" Jinan malah dibuat penasaran.

"Gak deh."

"Udah bete ini, dah ngomong aja." Paksa Jinan.

Cindy menatap mata Jinan sebentar, benar juga nampak sahabatnya ini malah akan semakin bete jika ia tidak menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Jadi si Ojan udah janji..........................................."

000

Papat datang ke warung C541 dengan motornya, wajahnya sedikit tegang melihat Ijal yang tengah duduk sambil menatapnya tajam, Ojan justru terlihat begitu khawatir saat Papat datang. Ia langsung berdiri dari tempat ia duduk dan mendekat ke arah Ijal.

"Mana Jek? Gamau dia ketemu ama gua?" Tanya Ijal pada Papat.

Papat menggeleng pelan,kepalanya bergerak ke belakang. Lalu Jek datang, dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana berbeda dengan teman-temannya ia malah terlihat santai dan berjalan ke masuk ke halaman warung C541.

"Lu mau ribut ama gua kan? Gua udah datang." Kata Jek saat ia sudah di dekat Ijal.

Ijal dengan cepat berdiri, lalu langsung mendorong Jek dari halaman warung itu. Jek masih belum melawan, Jek membiarkan Ijal terus mendorongnya.

"Gua juga udah lama pengen mukul lu biar sadar." Kata Jek yang tetap santai.

Ijal menarik sweater Jek dengan kasar hingga mereka tepat berhadapan.

"Berani berantem juga ya lu? Gua kira lu cuma anak bunda yang apa-apa diatur sama bunda lu."

Dengan kasar Jek langsung menyingkirkan tangan Ijal yang memegang sweaternya, tangannya langsung terangkat dan meluncur ke dagu sebelah kiri Ijal sangat kuat berhasil membuat Ijal terdorong mundur darinya.

"Gak usah bawa-bawa Bunda gua!" Jek menatap Ijal penuh amarah, lalu kakinya maju kembali mendekat pada Ijal lalu menariknya berdiri.

"Sekali lagi biar lu sadar kalo cowo kaya lu mending mati aja, gak mikir kalo mainin cewe.." Jek sudah mengangkat tangannya lagi hendak memukul Ijal lagi. Tapi Ijal sudah lebih dulu mengangkat lututnya, dan mendorong baju Jek turun sehingga lututnya beradu tepat dengan dada Jek.

Nafas Jek terasa terhenti sedetik saat lutut Ijal menghatam dadanya, begitu sakit hingga seluruh dadanya terasa melemas belum beres Jek menerima rasa sakit itu Ijal sudah menghantam punggung Jek dengan sikutnya dari atas benar-benar membuat Jek jatuh tanpa bicara lagi Ijal sudah menendang kaki Jek lagi hingga Jek masih mengumpulkan tenaga untuk berdiri lagi.

"Gua tau lu tuh iri karna ga bisa kaya gua kan?!" Ucap Ijal, matanya semakin membara.

Papat sudah tak tahan melihat Jek kesakitan hendak membantunya tapi Ojan menahannya.

"Biar mereka selesain berdua, Pat. Kalo udah makin parah baru kita pisahin." Kata Ojan meski ia terlihat begitu khawatir.

"Ij...al.... Du..lu... Ana....k Ka...ra...te... Jelas Jek.... Bak.....al.... Kalah....." Jawab Papat.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang