MENJAGA KEDUANYA

309 21 3
                                    

Setelah mencari beberapa saat, Jek menemukan Ijal tengah berdiri menatap laut luas yang ombaknya begitu tenang. Perlahan Jek mendekati Ijal, semakin dekat tapi Ijal tak juga menyadari kehadiran Jek disana.

"Di pantai berdua sama lelaki, lu kira keren." Suara Jek yang dingin mengagetkan Ijal yang dari tadi begitu nyaman menikmati suara ombak yang menemaninya.

"Harusnya sama Jinan ya, Jek?" Ijal balik bertanya dengan senyum tipisnya.

Jek kembali melangkah mendekat pada Ijal hingga Jek tepat di sampingnya.

"Engga, harusnya Jinan sama lu." Jawab Jek lalu duduk di pasir pantai, Ijal juga ikut duduk.

"Jek........."

"Gua minta maaf Jal." Jek langsung memotong perkataan Ijal.

"Semua gara-gara gua, gua ngacauin semuanya. Kalo gua gak ikut campur mungkin sekarang semua bakal baik-baik aja. Maaf banget, gua emang munafik." Lanjut Jek.

"Tapi........ Sekarang Jinan juga baik-baik aja, itu berkat lu juga Jek." Ijal tersenyum lalu mengarahkan pandangannya ke laut lagi.

Jek belum menjawab lagi. Ijal menarik nafas pelan.

"Sebelumnya gua mau meluruskan apa yang jadi kesalahpahaman antara kita Jek. Ini salah gua, karna gua gak cerita sama lu padahal lu temen dekat yang udah gua anggap keluarga......"

"Tujuan awal gua deketin Jinan memang untuk taruhan, kita semua sekarang udah tahu itu. Dan gua akui sekarang, memang itu salah. Wajar kalau lu kesel sama gua, tapi sebenarnya gua lupa tujuan awal gua ngedeketin dia Jek. Akhirnya, gua sadar kalo gua sebenernya jatuh cinta sama dia. Rasa penasaran gua malah menjadi rasa sayang yang membuat gua selalu senang saat ada di dekat dia." Ucap Ijal pelan.

"Dan gua sadar, betapa berharganya senyum Jinan buat gua."

"Tapi, cap playboy emang udah ada dalam diri gua. Gua juga salah, waktu itu gua bilang gua sayang sama Yuri karna dia bawel minta status. Tapi................ Gua bilang itu, saat gua udah rindu Jinan juga, gua rakus ya?"

Jek terdiam tak menjawab Ijal.......

"Yang lu lakuin gak salah Jek, lu gatau tentang perasaan gua dan lu menyadarkan Jinan. Kalo gua di posisi lu, gua bakal melakukan hal yang sama kaya lu. Dan gua ga nyangka, saat Jinan sedih karna tau alasan gua, Ojan dan Papat deketin dia hanya karna taruhan lu ada buat dia hingga hari ini. Bagi gua, lu udah bertanggung jawab atas apa yang udah lu perbuat."

Ijal menatap Jek yang terus memperhatikan kalimat demi kalimat darinya. Tangan kiri Ijal mengangkat dan menggosok-gosok punggung Jek.

"Gua berterimakasih sama lu Jek, karna lu gua masih bisa liat senyum Jinan saat ini. Gua gamau liat dia sedih karna gua, dan lu berhasil." Kata Ijal lagi.

Jek merasa matanya sedikit panas, seperti ada air yang berontak di balik kelopak matanya. Mendengar kata-kata dari Ijal membuat hatinya begitu bergetar. Ia memang benar-benar orang yang jahat, ia sudah memisahkan orang yang saling sayang hanya karna perasaannya yang bertepuk sebelah tangan. Tapi ia terus menahan air matanya, tak mungkin ia menangis di hadapan Ijal. Jek mencoba mengatur nafas untuk menenangkan dirinya.

"Gua jahat banget ya Jal, harusnya lu ga perlu ngomong baik-baik sama gua. Harusnya lu pukul gua sekarang." Kata Jek.

Ijal menggeleng.

"Kalo gua pukul lu, nanti Jinan datang lagi dan meluk lu Jek. HAHAHAHAHAHA." Ijal mencoba sedikit bercanda di tengah obrolan serius ini.

"Oiya, gua pengen bales pukulan lu tapi nanti deh jangan sekarang. Takut Jinan dateng dan bawa gua lagi." Jek membalas becandaan Ijal.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang