17. Siapa dia? siapa aku?

4K 195 2
                                    

Saat ku buka mataku terlihat samar-samar seorang gadis menangis menatapku sambil tersenyum. Gadis yang menggenggam tanganku erat. Aku tak tahu dia siapa, ah kepalaku sakit sekali. Aku tak mengingatnya, bahkan aku tidak tahu siapa diriku sendiri.

"Raka, sayang... Kamu udah sadar? Dok, Dokter...!!! " teriaknya.

Tidak lama kemudian seorang dokter menghampiri kami dan memeriksaku.

"Apa yang anda rasakan? Apa ada yang masih sakit? " tanya Dokter.

"Sebenarnya apa yang terjadi dokter?  Kenapa saya ada disini?  Kenapa saya tidak ingat apapun? " tanyaku.

"Sepertinya anda mengalami amnesia akibat benturan di kepala anda yang cukup parah karena kecelakaan yang telah terjadi pada anda dua minggu yang lalu. Untuk sementara, anda tidak akan mengingat segalanya tetapi tidak masalah perlahan keadaan anda akan membaik. "

"Jadi maksud Dokter, suami saya hilang ingatan? "

"Iya, tapi tidak apa-apa nanti juga akan membaik. Tetapi jangan terlalu di paksakan karena jika terlalu di paksa akan berakibat buruk bagi pasien. "

Gadis itu terus bertanya kepada Dokter sampai aku sendiri yang mendengarkan merasa bosan karena mendengar pertanyaan yang sama. Ini cewek bodoh apa idiot sih sebenernya?

*****

"Seneng deh karena kamu sudah boleh pulang. Mau di masakin apa? " tanya Andhinie.

"Apaan sih gak usah pegang-pegang, kamu yakin kalo kamu itu istriku? " ucap Raka menepis tangan Andhinie.

"Loh, kok kamu ngomong gitu? "

"Ya aneh aja sejak kapan aku suka sama cewek genit kaya kamu. Ahh pasti salah deh ini pasti ada kesalahan. "

"Yasudah terserah kamu deh suamiku. " ucap Andhinie tersenyum.

Raka merasa tak habis pikir. Dia terus mengingat-ingat sebenarnya apa ini benar atau cuma kesalahan. Ah dia merasa sangat kesal karena tidak mengingatnya. Meski sikap Raka yang sangat ketus dan dingin, Andhinie tetap tersenyum. Dia merasa sangat senang meski kini suaminya tidak mengingatnya, asalkan suaminya baik-baik saja itu sudah cukup. Dua minggu ini perasaannya campur aduk karena melihat suaminya terbaring tidak sadarkan diri.

Bahkan Raka tidak tahu jika Tasya meninggal dunia dua hari yang lalu. Ini belum saatnya Raka di beritau karena bisa saja dia malah tidak mengingatnya.

"Sepertinya aku pernah kerumah itu. " tunjuk Raka ke sebuah rumah besar yang sudah terlihat meski dari kejauhan.

"Iya, itu rumah kita. " jawab Andhinie.

"Aku tuh gak nanya sama kamu ya, aku tanya sopir. " jawab Raka.

Sesampai di rumah Raka langsung menaiki tangga, di ikuti oleh Andhinie.

"Itu kamarnya. " tunjuk Andhinie pada sebuah pintu yang terlihat seperti pintu lift.

"Nora banget sih, ko pintunya kayak gini emangnya ini perusahaan apa? " ucap Raka membuat Andhinie tersenyum geli.

"Iya yah nora, kayaknya harus di ganti deh. " ucap Andhinie sambi menempelkan ibu jarinya ke sebuah kotak sidik jari di dinding sebelah pintu.

"Pake sidik jari segala, kayak kamar orang penting. " ucap Raka sambil melangkahkan kakinya memasuki pintu kamar yang sudah terbuka.

Raka melemparkan tubuhnya ke ranjangnya yang bernuansa merah bunga-bunga.

"Apa sih ini kamar udah kayak kamar cewek aja. " ucapnya melihat sekeliling kamar.

Pandangannya berhenti pada sebuah lukisan pernikahan. Jantungnya berdegup kencang. Ternyata benar wanita di sampingnya adalah istrinya.

"Kita menikah karena di paksa kan? " tanya Raka membuat Andhinie kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kita menikah karena di paksa kan? " tanya Raka membuat Andhinie kaget.

"Emmmhh... Itu.. "

"Benar aku ingat. Kita menikah karena di paksa ayah. " ucap Raka bangkit dari tempat tidur dan duduk menyandar ke tembok.

"Hahaaa... Pantas saja, gak mungkin kalo aku yang minta nikah sama cewek kayak kamu. Gak jelas. " ucap Raka tertawa.

Andhinie tidak mau mendengarnya, rasanya seperti dejavu. Andhinie menarik selimutnya untuk segera tidur.

"Eh siapa yang suruh kamu tidur di sini. Gak boleh! " ucap Raka menarik selimut.

"Terus aku tidur dimana?  Biasanya juga disini. " ucap Andhinie menarik kembali selimbutnya.

"Sana tidur di lantai, kamu lebih cocok disana. " ucap Raka melemparkan bantal ke lantai.

"Yaampun, nanti aku masuk angin. " ucap Andhinie.

"Gak peduli. Pokoknya kamu gak boleh tidur disini. " ucap Raka membalikan badan dan memakai selimutnya.

Andhinie menurutinya. Dia menggelar kasur lantai dan mengambil selimut yang ada di lemari. Untung saja ada kasur lantai jadi dia tidak benar-benar tidur di lantai. Rasanya begini saja cukup. Sepertinya dia harus benar-benar lebih bersabar menghadapi Raka yang hilang ingatan.

Walaupun sikap Raka lebih kasar dan dingin dari sebelumnya. Raka yang dulu meskipun dingin begitu tapi dia tetap mau berbagi tempat tidur dengannya.

Ah kenapa jadi ingat saat-saat  itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ah kenapa jadi ingat saat-saat  itu. Saat awal menikah. Sikap Raka yang tiba-tiba membuat jantung Andhinie berdegup kencang sampai sulit untuk bernapas.

******

MARRIED WITH YOU  ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang