8. Harus bagaimana?

4.8K 187 0
                                    

Seorang gadis mengikuti dari belakang. Aku tahu siapa dia. Aku sangat membencinya, benar-benar membencinya. Sampai kapanpun aku tidak mungkin bisa kembali padanya meski lautan berganti menjadi daratan sekalipun.

Tasya terus mengajaku untuk bicara meski sudah ku bilang aku bahkan jijik meski hanya mendengar suaranya. Dia tetap berusaha keras.

"Sudah ku bilang kan? Aku sudah tidak mau mendengar apapun! " ucapku meneriakinya.

"Pleaseee.. Kumohon, sebentar saja. Setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi. "Ucapnya menangis.

"Baik. Hanya lima menit. " ucapku jengkel.

Kami duduk di kursi taman depan cafe. Berkali-kali dia mengucapkan terimakasih dan aku tetap diam tak bergeming.

"Waktumu hanya lima menit dari sekarang. " ucapku lagi.

"Maaf Raka, maaf aku sudah sangat berdosa atas hubungan kita. Aku senang masih bisa melihatmu, mendengar suaramu, menatapmu, menyentuhmu, meski nanti takan bisa lagi. Aku hanya ingin kamu benar-benar memaafkanku sebelum aku pergi nanti untuk selamanya. "Ucapnya semakin menangis sambil tangannya meremas rok yang di pakainya.

"Aku tidak perduli kamu mau pergi kemanapun. Aku senang jika kamu mati sekalipun. " jawabku.

"Ya kamu benar, waktunya takan lama lagi. " ucapnya sambil tersenyum padaku sambil menangis.

Tunggu maksud takan lama lagi, maksudnya apa? Mungkinkah dia menyembunyikan sesuatu dariku selama ini?  Mungkinkah?  Ah aku tak peduli dia akan seperti apa. Aku benci dia.

"Dokter bilang aku hanya punya waktu dua bulan dari sekarang. Maaf Raka aku tidak ingin kamu terbebani masalahku. Aku lebih baik kamu membenciku karena aku wanita jalang daripada aku harus melihatmu ikut menderita karena aku. Aku benar-benar egois, tapi aku ingin tetap bersamamu meski aku sebelumnya telah mengkhianatimu. Pria yang di kamarku waktu itu adalah pria bayaran. Aku tidak pernah melakukannya serius. Kami hanya bersandiwara agar kamu marah dan pergi meninggalkanku. " jelasnya.

"Kau sungguh. " ucapku bergetar.

Aku tidak sanggup berkata apapun lagi. Karena ternyata selama ini aku salah menilainya. Aku salah menilai gadis yang ku cintai. Aku salah tidak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku masih memandangnya marah dan sedih.

'Tapi mengetahui sifatmu yang sekarang maaf aku jadi ingin menemuimu. Jadi berapa wanita yang kamu kencani? "Tanyanya tersenyum sambil mengusap air matanya sendiri.

Aku tidak menjawabnya. Aku memeluk dan menciumnya sambil menangis. Dia yang awalnya sudah mulai tersenyum kini ikut menangis kembali sambil menenangkanku. Ternyata dia mengalami sakit yang cukup keras. Bahkan sudah stadium terakhir. Harusnya dia kini di rawat intensif di rumah sakit. Katanya dia tidak mau di rawat di Singapura karena kemungkinan sembuh juga sama mustahilnya. Dia hanya ingin merasakan bahagia dengan orang-orang terdekatnya dalam sisa hidupnya ini. Aku berjanji akan membuatmu bahagia meski hanya sesaat. Aku akan melewatinya bersamamu.

*****

Hari ini aku dan Raka janji makan siang di Cafe dekat rumah. Aku senang sekali akhirnya dia mau mengajaku. Aku sudah berdandan secantik mungkin.

Tetapi setelah sampai di cafe aku tidak melihatnya. Bukankah tadi dia bilang akan pergi duluan dan memesan meja. Aku berjalan sambil menunggunya. Tetapi, aku melihatnya dengan seorang gadis di bangku taman dekat cafe. Aku melihat Raka memeluk dan mencium gadis itu. Aku belum pernah melihat Raka sebahagia itu. Dia tertawa sangat lepas saat berbicara dengan gadis itu meski sebelumnya aku melihatnya menangis seperti masalah besar menimpanya. Rupanya gadis itu dapat menenangkannya.

MARRIED WITH YOU  ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang