Chapter 6

159 11 0
                                    

The behind of Nabila

*Di kantin

Nabila telah menjadi trending topic sebagai siswi tercantik di SMA Bhakti. Hampir 80% cowok di buat klepek-klepek dengan dirinya. Banyak juga para cewek yang mengagumi Nabila. Dari ujung kaki sampai puncak kepala hampir mendekati kata perfect. Mukanya tirus sedikit cubby, kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya hitam lurus, fisik yang sangat di dambakan oleh kaum wanita.

Namun semuanya berubah setelah mengetahui sifat Nabila. Cuek, dingin, nyebelin, hidup lagi. Untung tampangnya cakep, kalo enggak udah Author jadiin bergedel yang di tumbuk-tumbuk, penyet-penyet, terus ditelurin yang pas mau dimakan tapi udah ngegelinding duluan-_-

"Ah sialan."

Gadis itu menggerutu di dalam hatinya. Ia mengobrak-abrik isi tasnya mencari bekal yang setiap hari ia bawa.

"Yah ketinggal."

Akhirnya gadis itu terpaksa makan di kantin. Ini kedua kalinya ia melangkahkan kakinya kesana. Nabila merupakan tipe cewek yang tidak suka keramaian.

Sesampainya di pintu masuk kantin, ia menghentikan langkahnya. Matanya mengitari ke seluruh penjuru kantin.

"Ya Tuhan, andai kantin kaya perpustakaan."

Ia membulatkan tekadnya untuk tetap memasuki kantin. Ia berjalan menuju bakso Mbok Iyem kemudian duduk di salah satu sisi kantin setelah mendapatkan pesanannya.

"Demi apa ini berisik banget."

"Tahan Nabila."

"Nabila...tahan."

Nabila berjuang keras untuk tak menghiraukan suara-suara keributan demi perutnya yang sudah bercacing. Tiba-tiba ia menghentikan aktifitas makannya. Perlahan, ia menurunkan sendok yang sudah terangkat hampir ke mulutnya. Ia mendengar pembicaraan seseorang...

"Gue ada tantangan nih."

"Tantangan apa?"

"Kita bakal datengin tuh cewek satu per satu, siapa yang berhasil ngebuat dia bicara bakal ditraktir sepuasnya sama yang kalah. Gimana?

"Oke."

Nabila terkejut dengan pembicaraan itu. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Pingin cepat-cepat pergi namun perutnya baru terisi dengan dua sendok bakso.

"Manusia macam apa lagi ini Tuhan yang akan mencelakai Nabila."

Nabila tampak gelisah

"Apa yang akan mereka lakukan?"

Kini Nabila tengah menyiapkan lahir batinnya agar kuat menahan godaan syetan yang berencana mengganggunya.

"Hai boleh tanya sesuatu nggak?"

"Bentar ya mulut aku masih ada baksonya."

"Oke. Gue tanya langsung aja. Nama lo siapa?"

"Ihh...orang lagi makan juga pake di tanya-tanya."

"Kok diem aja sih."

"Nggak liat apa nih mulut penuh bakso."

"Yailah. Cantik-cantik sombong!"

"Bodo ah gue laper."

Nabila hanya menjawab di dalam hatinya. Mungkin dia lupa apa fungsinya mulut. Gimana bisa manusia biasa bisa ngerti apa yang di batin orang.

"Monyet kepleset pisang. Anjirrr!!!. Asem bener. Gue baru kali ini dianggap remeh sama cewek. Anjir sangat sumpah."

"Ohh...monyet bisa kepleset juga."

Selang beberapa menit, ada yang menghampirinya lagi.

"Maaf, lo liat dompet gue nggak tadi di sini? Kayaknya ketinggalan di sini deh. Liat nggak?"

"Aku liatnya nggak di sini, tapi di pantatnya kamu."

"Gue kurang keras ya? Oke. Lo liat dompet gue nggak tadi disini?

"Kan aku udah bilang, dompetnya di saku belakang kamu."

"Yailah kurang keras ya? Gue ulangin deh. Lo liat dompet gue nggak tadi disini?

"Please, jangan keras-keras, aku udah denger dan aku nggak tuli."

"Gue coba sekali lagi. LO LIAT DOMPET GUE NGGAK TADI DI SINI?!!"

"Aa..."  Nabila segera menutup mulutnya sehingga ia tidak jadi mengeluarkan suaranya. Kini ia mengontrol jantungnya yang hampir copot. Dan cowok itu telah pergi meninggalkannya. Nabila berfikir itu sudah rencana yang terakhir dari mereka, karena sudah beberapa menit berlalu tak ada yang menghampirinya lagi. Nabila pun melepas ketegangan jantungnya dan kembali menikmati bakso. Saat sedang asik-asiknya makan tiba-tiba...

"DOOR!!!"

"Pocong lu, kuntilanak, genderuwo, tuyul, anjirr! shit! astagaastagaastaga."

Nabila memegangi dadanya yang naik turun. Nafasnya terengah-engah. Ia memejamkan matanya berusaha meredam kekagetan ini. Namun ia lega karena ia berhasil untuk tidak mengeluarkan suaranya seperti yang ia tau tentang rencana mereka.

"Ternyata enak ya ngerjain orang, pantes aku sering di kerjain."

-----

*Di cafe

Nabila melangkahkan kakinya malas menuju area parkiran mobil. Setiap harinya ia pergi ke sekolah menggunakan mobil. Seluruh temannya mengira Nabila adalah anak orang kaya. Namun selama ini belum pernah ada yang datang ke rumahnya.

Nabila cukup di lelahkan dengan kejadian-kejadian hari ini. Ia ingin cepet-cepat sampai ke rumahnya. Namun niatnya terbatalkan setelah melihay cafe favoritnya. Ia mengambil sent ke kiri dan memarkirkan mobilnya di depan cafe itu.

Segera ia mengambil meja di tangah-tengah cafe, satu-satunya meja yang tersisa. Ia mengacungkan jari telunjuknya ke arah waiter yang ada di depan seolah paham apa yang akan di pesannya. Lima menit kemudian pesanannya datang. Secangkir Black Coffee yang rasanya tak semanis kopi-kopi bergula lainnya. Black Coffee merupakan tipe kopi yang pahit dan yang hanya di sukai oleh orang-orang tertentu saja.

Nabila merasa ada sesuatu yang aneh. Dari ekor matanya terlihat ada seseorang yang sedang memerhatikan dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk melihat orang-orang tersebut.

"Astaga, kenapa ada tuyul-tuyul itu di sini."

Tujuan kesininya yang mau merubah moodnya menjadi lebih tenang malah semakin membuatnya parah. Namun ia mencoba mengendalikan dirinya. Ia bersikap cuek dengan apa yang ada di sekelilingnya. Lagi-lagi, ketiga pandangan cowok itu mengarah ke Nabila. Memperlihatkan wajah yang tak biasa seolah melihat pertunjukan sulap, sangat serius.

Merasa risih, gadis itu pun mengarahkan matanya kembali ke mereka. Menatap tajam untuk beberapa detik.

"Dasar kunti corap." alias kumpulan tiga cowok sarap.

Nabila semakin merasa malas di sini, di mata-matai tiga penampakan teraneh di muka bumi. Ia menengguk kopinya sampai habis kemudian membalikkan badannya meninggalkan cafe.




-----

Lupa update wkwk. Nge-draft terus

Jangan lupa setelah baca pejet gambar bintang dan komentar ya hihihi:v

Ditulis : 24 Januari 2018

Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang