Chapter 22

121 7 0
                                    

Nabila terduduk tenang di bangkunya. Pandangannya serius menatap buku di meja depannya. Ia sedang fokus membaca materi-materi dari dalam buku itu karena pagi ini ia akan mengikuti ulangan harian IPA di kelasnya.

Dirinya memang terlahir menjadi anak yang pintar. Walau terkadang moodnya suka berubah dan mengganggu konsentrasinya. Ia pernah mendapat nilai ulangan terjelek hingga membuat teman-temannya tidak percaya, karena Nabila lah yang selalu mendapatkan nilai tertinggi.

Ia kadang merasa tidak sadar dengan apa yang ia lakukan hanya karena moodnya sedang down. Walaupun setelah itu ia akan menyadari apa yang telah ia lakukan.

Hendra hadir dan langsung duduk disebelah Nabila. Ia melihat Nabila lalu turun ke arah buku. Sebentar kemudian Hendra tersenyum, ia merasa beruntung duduk sebangku dengan anak pintar. Hal yang selalu Ia suka sebagai siswa dengan kemampuan seorang Indigo, karena ia tak harus belajar pun ia akan mendapatkan nilai bagus hasil membaca pikiran dari temannya. Sungguh itu hal yang curang.

Bel pagi telah berbunyi, semua siswa berhamburan menduduki bangkunya masing-masing dan mengikuti ulangan.

"Thanks ya." kata Hendra setelah ulangan usai.

Lalu Nabila menatapnya dengan penuh tanda tanya. Memang hanya Hendra dan Tuhan yang tahu kalau Hendra telah banyak menyontek dari Nabila.



-----

Di sisi lain Reynal berdiri di depan kelasnya tampak seperti orang kebingungan. Ia ingin sekali menghampiri Nabila sekedar mengecek kondisi Nabila karena Bibi sudah terlanjur berpesan kepadanya untuk menjaga Nabila. Namun Reynal bimbang antara iya atau tidak. Karena jika iya, ia berfikir untuk apa? cewek itu bukan siapa-siapanya dia dan jika teman-temannya banyak yang melihatnya bisa berapa jadinya.

Tapi jika tidak ia akan terus kepikiran pesan Bibinya.

Akhirnya Ia memutuskan untuk melawan segala kebimbangannya, ia melangkahkan kaki dengan tegas. Setelah berhasil sampai di kelas Nabila ia mendapati Nabila dan Hendra begitu akrab. Meskipun Nabila hanya menanggapinya dengan senyum dan anggukan kepala tapi terlihat jelas bahwa Nabila nyaman dengan kehadiran cowok itu.

Tiba-tiba pandangan Nabila mengarah kepada Reynal. Lantas Reynal langsung berpaling dan pergi meninggalkan kelas itu.

"Ada apa?" tanya Hendra.

Nabila menjawabnya dengan gelengan kepala. Namun tiba-tiba Hendra memegang tangan Nabila lalu memejamkan matanya. Nabila berusaha melepaskan tangan itu namun tidak bisa karena genggaman Hendra terlalu erat.

Nabila sungguh tidak mengerti apa yang sedang cowok itu lakukan. Namun sesaat kemudian Hendra membuka matanya lalu tersenyum kearah Nabila. Hendra mendekatkan wajahnya dekat dengan wajah Nabila lalu membisikkan sesuatu.

"Kamu sedang jatuh cinta ya?"

Mata Nabila terbelalak kaget mendengar kata itu. Kulitnya menjadi merinding dekat dengan anak indigo ini. Mengapa ia bisa tahu semuanya?

"Aku akan bantu kamu."

Jantung Nabila semakin berdebar, ia tak pernah merasakan masalah seperti ini. Masalah hatinya jatuh cinta. Ia memang tak pernah tahu rasanya menyukai seseorang, ini adalah kali pertamanya.

Meskipun ia tidak tahu bagaimana caranya ia akan mendapatkan cowok itu. Meskipun ia tidak tahu apakah ia bisa memilikinya atau tidak.

Ia hanya ingin menikmati rasa ini. Ia hanya ingin memelihara rasa ini.

"Nanti malam kamu ke rumahku. Ketik nomormu. " sambil mengulurkan ponsel.

"Nanti aku kirim lokasinya."

Nabila menganggukkan kepala.


_____





Ditulis: 20 Juni 2018

Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang