Chapter 17

128 8 0
                                    

Pagi ini Reynal kembali dengan rutinitasnya. Pergi ke kopsis membeli permen cokelat lalu menghadang setiap cewek yang lewat untuk dia kasih permen cokelat itu.

"Khusus kalian para cewek yang lewat depan kelas gue, gue bagiin cokelat."

"Wahhh, thanks kak. Walaupun permen lima ratusan gini nggak masalah. Karna yang ngasih si kakak cogan."
Cewek itu tersenyum manja dan mengedip-ngedipkan matanya genit ke Reynal.

"Udah selesai, kalian boleh pergi."

"Makasih kak, muach."
Seorang cewek meng-kiss bye Reynal yang dibalasnya dengan senyuman.

Bagaimana tidak di gemari para cewek, Reynal mempunyai sifat yang asik. Tidak cuek seperti kebanyakan cowok ganteng. Suka ngajakin bercanda sana sini.

Andai seluruh orang di dunia seperti Reynal, pasti nggak ada yang namanya tikungan tajam. Alias selingkuh sana sini.

_____

Reynal melempar pelan sebuah gundukan kertas di meja hadapan kedua temannya.

"Nih, misi ketiga kita."

"Apaan nih?"
Bryan mengambil selembar dari kertas itu.
"Kertas form?" tanyanya bingung.

"Iya. Gue udah nyuruh salah satu anggota osis buat ngebantu bagiin form khusus kelas XI MIPA 1."

"Terus?" tanya Bryan lagi.

"Gue suruh bilang kalo itu biodata wajib yang harus di isi untuk keperluan sekolah. Nah, dari itu kita bakal dapet biodata dari Nabila. Mulai dari alamat, nomor telpon, sampai hobinya."

"Buset, dapet ide dari mana lo Rey? Cerdas amat." komentar Vino mengagumi.

"Dari itu kita dengan mudah menjawab semua rasa penasaran kita."

"Siap grak bos." jawab Vino dan Bryan dengan mengangkat tangannya hormat.

_____

"Nih kak udah beres." ucap anggota osis sambil menyerahkan kertas form kepada Reynal.

"Oke. Thanks ya."

"Dengan senang hati kak." ucapnya tersenyum lalu pergi.

Reynal meneliti satu persatu kertas itu untuk menemukan kertas form milik Nabila.

"Bagus. Ke isi semua."

"Terus kita mau ngapain hari ini?" tanya Bryan penasaran.

"Kita kerja dengan cara kita masing-masing. Terserah. Yang pertama kali berhasil nemuin jawabannya, dia yang menang."

"Enggak harus selesai hari ini kan?" tanya Vino

"Enggak. Dan kayaknya ini misi terakhir kita. Jadi nggak ada batas waktunya."

"Oke." Vino tersenyum puas.

_____

Hari jumat memang tak bisa di bilang bukan hari yang menyenangkan. Selain jam pulang menjadi lebih awal, pelajaran juga banyak yang kosong. Mungkin itu yang banyak di jadikan alasan untuk membolos.

Hari ini Reynal sengaja mengajak si lintah, Shiren membolos. Baginya itu adalah hal terkonyol semasa hidupnya. Mungkin membolos bersama Pak Badrun lebih mending ketimbang dengan cewek itu. Namun karna ada misi ketiga yang harus ia selesaikan, mau tidak mau ia melibatkan Shiren.

Mereka berdua memasuki sebuah rumah makan yang sepertinya tidak terlalu terkenal karena hanya sedikit pengunjung yang makan.

"Tumben sayang, lo yang ngajak gue makan."

"Terpaksa."

"Kok terpaksa sih?"

"Udah ya, sekarang lo diem. Gue mau ngomong."

"Siap sayang."

"Dan gue mohon jangan panggil gue sayang."

"Kenapa sa--, eh maksudnya kenapa Rey?"

"Karna nama gue Reynal bukan sayang."

"Bagusan sa--"

Reynal telah terlebih dahulu membungkam mulut Shiren sebelum cewek itu membuat Reynal menjejalkan piring ke mulutnya.

"Gue butuh bantuan lo."

"Bantuan apa?"

"Besok gue mau ajak ketemuan Nabila disini dan lo ikut gue."

"Emang mau ngapain."

"Lo baca semua yang bakal gadis itu pikirin, lo ingat semuanya kalo perlu lo catet. Habis ketemuan selesai lo laporin semuanya ke gue."

"Itu mah gampang. Tapi buat apa?"

"Gue penasaran sama tu cewek, kenapa dia nggak pernah mau ngomong dan penasaran apa isi otaknya."

"Oke. Tapi bantuan juga harus dapet imbalan bukan?"
Shiren tersenyum ke arah Reynal yang membuat cowok itu selalu malas berurusan dengannya.

"Lo mau apa?"

Shiren mendekatkan wajahnya ke Reynal yang membuat cowok itu juga menjauhkan wajahnya. Ia tak akan sudi jika cewek ini menciumnya. Namun Shiren tetap saja mendekati wajahnya. Rambutnya berhasil menyentuh pipinya, namun yang ia dapat, ternyata cewek itu hanya mau membisikkan sesuatu.

"Lo gila?" bisikan itu berhasil membuat mata Reynal terbuka kaget.

"Kalo nggak mau juga nggapapa."

Kalau bukan karna Reynal ingin menerima semua jawaban atas rasa penasarannya kepada Nabila, mungkin cowok itu nggak akan pernah berurusan dengan cewek stres didepannya. Memenuhi permintaan sinting dari cewek itu menjadikan dirinya semakin dekat dengan ajal.

Namun ada untungnya juga mempunyai fans punya indra ke-6 seperti Shiren.

_____

Ditulis: 10 maret 2018

Baru sempet ngetik😂

Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang