Chapter 9

152 9 0
                                    

Misi kedua

Hari ini Vino dan Bryan berkumpul di rumah Reynal. Biasa, para cowok kurang kerjaan kesehariannya hanya gabut.

Mereka duduk di satu sofa panjang. Vino bermain mobile legend dari ponselnya, Bryan menyandarkan tubuhnya di pinggiran sofa sambil memeluk bantal. Sedangkan Reynal menyenderkan kepalanya di punggung sofa sedang memikirkan sesuatu.

"Kok gue ngerasa aneh ya?" Reynal membuka suara dan memecahkan keheningan.

"Lo kan emang aneh dari dulu." ucap Vino tanpa menoleh.

"Kalian ngerasa aneh nggak sih?"

"Banget " jawab Bryan

"Sebutin aneh lo." Reynal tampak kepo.

"Gue ngantuk, bukannya tidur malah maen ke rumah lo. Gue aneh kan?"
Bryan berbicara dengan nada mengantuk.

"Maksud gue sebutin kenapa lo ngerasa aneh, bukan kenapa lo yang aneh. Ah bego semua temen gue."

"Gue juga dong?" Vino merasa tersindir.

"Bilang kek dari tadi." Bryan menanggapi Reynal

"Udah cepetan jawab."

"Enggak. Gue nggak ngerasa aneh."

"Lo vin?" tanya Reynal

Vino menurunkan ponselnya kemudian melihat kearah Reynal dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Emang lo ngerasa aneh apa?" tanya Bryan

"Nggak tau. Gue ngerasa aneh aja sama cewek itu."

"Lo suka?"
Tanya Vino dan Bryan bersamaan.

"Enggak."

"Sebenernya gue juga ngerasa aneh sih sama tu cewek." Vino membuat yang lain memandang serius kepadanya.

"Aneh gimana?" tanya Bryan

"Kok bisa ya, dia cantik banget gitu "

"Ah itu mah keanehan yang mainstream buat dia."

"Gue sih ngerasa aneh sama cara dia ngeliatin ke orang-orang." jelas Reynal

"Gue sedikit setuju dengan itu." ucap Bryan

"Dia itu kaya seolah-olah nggak sadar cara dia natap ke orang itu salah." kali ini Reynal seperti curhat.

"Undang-undang nomer berapa yang mengatur cara natap?" Bryan menanggapinya bego.

"Yan, please deh. Lo sembuhin bego lo 30% ajaa." ucap Vino

"Gue lagi ngomong serius bego." Reynal menimpali Bryan dengan bantal.

"Iye, iye. Maapin dedek Bryan. Cepet curhat lagi."

"Males."

"Yailah gitu aja ngambek."
Bryan memang pintar membuat orang kesal.

"Yaudah, gue aja yang curhat. Tentang cewek itu ya? Dia cantik...cantiknya banget, bangetnya sekali, sekalinya banyak, banyaknya sekali, sekalinya cantik, cantiknya parah, parahnya banget, bangetnya......hehe."
Vino menggentikan bicaranya ketika melihat Bryan dan Reynal menatap seolah ingin menerkamnya dan siap melemparinya dengan bantal.

"Kenapa ya gue degdegan pas dia ngeliatin gue dalem banget." mood Reynal sudah balik lagi.

"Di liat dari pengalaman gue sih, itu tanda-tanda tumbuhnya benih cinta. Cieee...jangan-jangan lo suka ya sama tu cewek?" goda Bryan.

"Enggak."

"Sekarang sih enggak, tunggu besok."

"Kalo lo emang suka, berarti lo jadi saingan gue." ucapan Vino mengagetkan Reynal dan Bryan.

"Jadi lo suka sama tu cewek?" tanya Reynal.

"Kayaknya."

"Wah parah lo vin, baru liat sekilas dua hari aja udah suka." ucap Bryan.

"Yang baru liat sekali langsung suka aja banyak." timpal Vino.

"Bodo amat! Besok kita jalanin misi kedua kita." ucao Reynal mengalihkan pembicaraan.

"Mau ngapain?" tanya Vino.

"Bujuk tu cewek buat di anterin pulang."

"Tapikan dia selalu naik mobil."

"Gampang, besok kita bikin bannya kempes."

"Oke."

_____

"Ayo buruan, keburu yang punya dateng."

Mereka berjalan mengendap-endap dari satu mobil ke mobil lain hingga akhirnya sampai di mobil milik gadis itu. Vino memastikan tidak ada orang yang datang. Sementara Reynal dan Bryan mengempeskan ban mobil gadis itu. Setelah bannya bener-bener kempes, mereka langsung bersembunyi di balik tembok yang tak jauh dari tempat parkiran. Tak lama, mereka melihat gadis itu berjalan ke arah mobilnya.

Sebelumnya, gadis itu tak tau dengan keadaan ban mobilnya. Ia masuk ke dalam mobil lalu menyetaternya, barulah ia merasa ada yang tak beres dengan mobilnya.

Gadis itu keluar dan mengecek kondisi ban mobilnya.
"Yah, bannya bocor."

Kemudian gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku rok abu-abunya dan menelephon seseorang, ia memanggil tukan tambal ban online.

Sementara di tempat berdirinya Rrynal, Vino, dan Bryan tampak wajah-wajah cemas. Mereka ragu jika usahanya tak berhasil. Sudah setengah jam berlalu gadis itu tak pergi dari mobilnya. Dan akhirnya ada dua orang pria datang membawa sebuah kotak hitam. Gadis itu melambaikan tangannya, kemudian kedua orang itu menghampirinya lalu mengecek kondisi ban mobilnya.

"Ini nggak bocor mbak, hanya kempes aja. Mungkin karna tutup anginnya tidak ada."

"Ohh."

Gadis itu mengeluarkan dompetnya dan membayar sejumlah uang. Setelah itu ia pergi meninggalkan area parkir sekolah.

"Yah." ucap Vino, Bryan,dan Reynal bersamaan sambil menepuk jidatnya.

"Mungkin Tuhan berkata lain." ucap Bryan.

Mereka pergi dari parkiran dan membawa misi keduanya yang gagal.


-----

Area vote dan comment.

Ditulis: akhir bulan januari










Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang