Misi ketiga
Reynal dan kedua temannya sedang asik bercengkrama di kursi taman sekolah. Duduk di bawah rindangnya pohon kelengkeng memang surga ditengah teriknya matahari.
Pemandangan lain datang di hadapan mereka dengan jarak yang lumayan jauh.
"Siapa tuh yang sama Nabila?"
Bryan mengungkapkan rasa penasarannya."Awas kalo sampai tu cowok macarin Nabila, bakal gue permen karet rambutnya."
Ucap Vino sambil mengunyah permen karet yang warnanya sudah berubah menjadi putih kekuningan, serasa semua jigongnya sudah tercampur dalam permen karet itu. Iyuhhh banget..."Murid baru pindahan kemarin."
Suara itu muncul tiba-tiba dari arah belakang."Halah ni setan muncul lagi. Masih siang ini, waktunya para setan tidur."
Ucap Bryan kesal."Cantik-cantik gini di bilang setan. Gue panggil mereka beneran mau lo?"
Jawab cewek itu yang tak lain adalah Shiren, cewek yang terkenal indigo di sekolah ini.Reynal mengusap wajahnya sembari membuang nafas.
"Lo sehari aja nggak muncul bisa nggak sih Ren?""Enggak. Selama lo masih hidup, gue tetep bakal muncul di hadapan lo. Kan kita pacaran."
Shiren mendesalkan dirinya duduk di samping Reynal lalu melingkarkan tangannya ke lengan Reynal dan menyandarkan kepalanya di bahu Reynal. Reynal hanya bisa membuang muka.
"Lo mati aja Rey, biar ni lintah nggak nempel kita terus." Bryan berkata kesal
"Yee, siapa yang nempel kalian. Gue cuma nempel sama Reynal."
"Iya. Dasar lo lintah darat, balik sono ke rumah lo, ke peceren(got)."
Vino juga ikut kesal, lantas ia jadi merasa sempit. Kursi yang hanya cukup bertiga kini di seselin sama nenek lampir."Sibuk banget sih ngurusin gue. Orang pacar gue aja santai-santai gini."
"Hahaha pacar? Emang lo mau punya pacar kayak dia Rey?" tanya Vino.
"Ogah pake banget!!"
Kalimat itu berhasil membuat Shiren mencubit kesal lengan Reynal, hingga cowok itu kesakitan.
"Ah lo bikin gerah aja, cabut yuk." ajak Reynal.
"Yuk. Main aja sono sama makhluk gaib."
Vino mengucapkan kata itu lalu menjulurkan lidahnya dan memantati Shiren.-----
"Jadi apa nih misi ketiga kita?"
Bryan sudah tampak kehilangan idenya"Iya usul, jangan gue mulu." ucap Reynal
"Gimana kalo kita ngerjain dia? Bikin dia kesel?" usul Vino
"Apa?" tanya Bryan
"Umpetin sepatunya kek, atau tasnya, atau coret-coret aja bukunya."
"Nanti kalo marah gimana?"
"Ya justru itu, gue penasaran kalo dia marah gimana."
"Ogah ah, ntar tu cewek nangis. Gue kan udah bilang, gue anti bikin cewek nangis." ungkap Bryan.
"Ya terus apa?"
Semua terdiam. Bergelut dengan pikirannya masing-masing. Memikirkan apa yang akan menjadi misi selanjutnya mereka.
"Kita tembak gimana? Lumayan kan kalo ntar diterima." Vino usul lagi dengan sebuah senyuman.
"Mainnya jangan pake perasaan bro. Belum waktunya." kali ini Reynal berkomentar.
"Ya terus apa dong?"
Sepertinya hari ini tidak mendukung mereka untuk memikirkan tindakan selanjutnya. Entah apa yang membuat mereka menjalankan misi-misi tidak jelas hanya untuk mengungkap hal yang membuat mereka penasaran.
Seharusnya juga mereka belajar dari pengalaman beberapa bulan yang lalu. Hanya karna rasa penasarannya mereka harus mengungkap jawaban itu sampai membuat orang yang ia tuju menjadi suka dengan salah satu dari ketiganya.
Saking cintanya, anak itu memohon kepada orang tuanya untuk berbicara kepada salah satu dari ketiga cowok itu agar mau berpacaran kepada anak tersebut.
Bagaimana lagi, cinta memang tidak bisa dipaksakan. Cinta terpaksa jangan pernah diupayakan. Menyakiti salah satu pihak memang. Tapi lebih baik bercerai di awal dari pada diakhir. Karna mencintai sendirian itu nggak enak.
"Udah sore, gue udah nggak bisa mikir. Cabut yuk." ajak Reynal
"Gue setuju." ucap Bryan
"Mampir dulu ketempat biasa ya. Ngopi ngapa ngopi."
"Anjirr lu tong, korban sosmed." Reynal menjitak kepala Vino.
Mereka pergi tanpa menyadari bahwa bel pulang sekolah masih butuh waktu sepuluh menit untuk berbunyi.
_____
Ditulis : 9 maret 2018
Baru sempet ngetiknya sekarang😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Say In Heart
Jugendliteratur#12 - Sendu (6 Desember 2018) Sebuah cerita cinta dipadu oleh seorang indigo yang tak bisa henti membaca pikirannya Orang bilang aku terlalu cantik untuk jadi gadis cuek. Orang bilang aku terlalu pintar untuk jadi gadis nyebelin. Orang bilang aku te...