Chapter 19

142 7 0
                                    

"Kita mulai saja ya?"

Mulai? Apanya yang akan dimulai?
Perasaan Nabila semakin merasa aneh. Apa yang akan dua orang ini lakukan terhadap dirinya?

Cowok itu terlihat selalu tersenyum dan cewek di sebelahnya sedang mengamatinya dengan serius.

"Oiya. Kenalin ini temen gue. Kebetulan tadi kita ketemu disini. Terus gue ajak aja sekalian."

Shiren mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Shiren."

Raut wajah Nabila masih datar.
"Nggak perlu jawab, Reynal udah kasih tau nama lo kok." ucapnya tersenyum

Kalimat itu berhasil membuat Nabila lega, karna ia tak harus terpaksa mengeluarkan suaranya.

"Nabila kebingungan, lo ngomong apa kek." bisik Shiren kepada Reynal.

"Lo pasti bingungkan kenapa gue manggil lo ke sini tiba-tiba."

"Gue nggak bakal maksa lo ngomong."

"Gue cuma pengen ketemu lo. Gue kangen."

Shiren mungkin memaklumi kata yang diucapkan Reynal itu sebatas basa basi. Namun sepertinya Reynal salah menggunakan kalimat itu. Karna kalimat barusan berhasil membuat Nabila menjadi merasakan ada sesuatu hal yang perlahan tumbuh dalam hatinya. Ia merasa ada seseorang yang telah menanam mawar dalam hatinya.

Tatapan Reynal sungguh menghangatkan. Senyuman Reynal berhasil membuatnya lupa kalau ia sedang sendiri. Ia benar-benar berfikir tidak sedang sendirian sekarang. Ada syaraf yang tanpa sadar menarik ujung bibirnya untuk tersenyum.

Bersamaan dengan itu, Shiren tiba-tiba berteriak.
"Apa!!"

Tentu saja membuat Reynal dan Nabila kaget.

"Rey, kita harus pulang sekarang."
Ajak Shiren terburu-buru.

Nabila tentu saja bingung apa yang membuat Nabila bertingkah seperti itu. Namun Reynal pasti paham apa yang membuat Shiren berteriak. Dia pasti telah menemukan sesuatu yang tidak beres dari pikiran Nabila.

"Ayo Rey kita pulang sekarang."

"Maaf La, gue harus pulang sekarang."
Shiren menarik lengan Reynal untuk segera pergi dari gadis itu.

"Lo juga harus pulang sekarang La."

"Hati-hati di jalan."

Kejadian itu semakin membingungkan Nabila. Ia masih terduduk kaku di kursinya. Pikirannya sungguh tak bisa berhenti bertanya-tanya. Ia hanya takut ini adalah rencana seseorang. Rencana yang mungkin bisa dikatakan buruk baginya.

Namun ia tak mau mengambil pusing kejadian ini. Karna yang saat ini ia rasakan adalah perasaan apa yang kini tumbuh dalam hatinya. Ia tak berhak mengatakan suka kepada cowok itu. Karna ia merasa tak berhak untuk disukai oleh orang lain.

Kini Nabila memilih untuk kembali ke rumahnya.

_____

Sesampainya di dalam mobil, Reynal segera menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Maksud lo apa ngajak gue tiba-tiba pulang? Masih ada banyak hal yang mesti gue dapetin dari cewek itu. Gue tau ngajak ketemuan dia nggak mudah. Dan ketika gue berhasil lo malah ngancurin itu semua."

"Gue nggak peduli gue udah ngancurin semua rencana lo. Yang gue peduliin sekarang adalah perasaan gue. Lo tau sendirikan berapa lama gue merjuangin lo? Berarti lo juga seharusnya tau seberapa cinta gue ke elo."

"Gue juga udah bilang berapa kali, gue nggak suka sama lo. Dan nggak akan pernah suka. Lo itu saudara gue sendiri, nggak pantes buat saling suka."

"Mau saudara, mau temen, mau musuh lo gue nggak perduli. Gue suka sama elo Rey." Shiren tidak bisa lagi menahan tangisnya.

"Nggak usah nangis bego! Apa kata orang kalo tau kita disini."
"Sekarang lo cerita sama gue apa yang ada dipikirin Nabila."

"Gue nggak mau cerita."

"Lo harus cerita."

"Gak mau."

"Please Ren lo cerita sama gue."

"Gue nggak mau Rey, udah berapa kali gue bilang?"

Cowok itu memilih untuk meredamkan emosinya. Ia mengusap lembut air mata Shiren yang kini tengah membasahi pipinya. Lalu memegang kedua bahu Shiren.

"Gue takut cerita ini ke elo."

"Apa yang lo takutin?"

"Gue takut, apa yang gue punya tiba-tiba hilang."

"Maksud lo apaan?"

Cewek itu mengumpulkan semua tenaganya. Menghirup udara lalu menghembuskannya. Akhirnya ia mau mengatakan ini.

"Cewek itu suka sama lo Rey."

"Udah tau kan?"

"Terus apa yang akan lo lakuin setelah gue bilang ini ke elo? Apa Rey?"

"Dan ini adalah hal yang paling gue takutin dari lo."

Reynal tak percaya apa yang dikatakan Shiren. Cewek yang dimaksud suka padanya tentu saja Nabila. Reynal bingung apalagi yang mesti ia katakan sekarang. Seolah nefasnya berhenti berhembus. Dan jantungnya berhenti bekerja.

"Itu yang gue takutin. Suatu saat lo suka sama dia."

"Gue nggak tau. Tapi untuk saat ini gue nggak suka."

"Lo bodoh Rey? Ha? Gue ini indigo. Gue bisa baca dengan jelas masa depan lo sama cewek itu. Ini yang gue nggak suka. Seakan gue pengen berhenti jadi cewek indigo. Seakan saat ini juga gue mulai benci membaca masa depan orang lain."

Reynal merasa terbungkam. Ucapan cewek disampingnya ini berhasil menancap dalam hatinya.

Kini yang bisa Reynal lakukan adalah membawa cewek indigo ini pulang kerumahnya.

Reynal tidak bisa menilai. Caranya mengajak ketemuan Nabila dan melibatkan Shiren di dalamnya apakah benar atau salah.


_____

Ditulis : 10 Maret 2018
Merinding nulis partnya😂


Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang