Chapter 24

113 6 0
                                    

Nabila menarik nafas lalu menghembuskannya sebelum ia keluar dari mobil. Hari ini ia bertekad untuk mengubah kehidupannya. Ia mencoba untuk melupakan segala masalah di hidupnya. Hari ini ia berniat untuk menunjukkan sisi dirinya yang sebenarnya kepada orang-orang.

Ia rasa apa yang dikatakan Hendra semalam adalah benar. Ia tak bisa selamanya menyembunyikan kata-katanya di dalam hati. Ia harus benar-benar memperjuangkan rasa yang kini menggejolak isi hatinya. Ia mungkin tak akan peduli jika Ia yang harus memulai menyatakan cinta karena ia rasa cinta tak sekedar memandangi saja, tapi cinta harus benar-benar digapai sebelum cinta itu sendiri membuat sesak hati.

Hendra benar, dunia sudah banyak berubah. Cinta nggak melulu harus cowok yang menyatakan sedangkan cewek yang menunggu. Kadang memang itu adalah hal yang dirasa tidak adil. Nggak semua cowok berani menyatakan cinta. Karena kadang mereka takut jika rasanya akan ditolak, entah untuk yang pertama atau yang kesekian kalinya.

Nabila bersepakat dengan dirinya bahwa ia akan menerima segala resikonya. Ia sendiri yang memulai jatuh cinta ia sendiri juga yang harus berani menerima sakitnya jatuh dalam cinta. Ia siap menerima seberapa besar lukanya nanti karena ia rasa cinta memang butuh pengorbanan.

Nabila membuka pintu mobilnya lalu turun menapaki tanah parkiran sekolah. Dan dalam waktu yang sama, ia melihat Reynal menghentikan motornya dalam barisan motor siswa yang lain.

Hati Nabila berdebar hebat. Badannya seketika menjadi kaku dan matanya terus memandangi Reynal terasa sulit untuk digerakkan ke arah yang lain. Ia melihat Reynal melepaskan helm dan mendapati mata milik Reynal mengarah kepadanya.

Hatinya semakin tambah berdebar. Ia ingin melakukan sesuatu namun dia bingung karena badannya sungguh kaku untuk digerakkan.

"Nabila ingat tekadmu barusan. Ayo hampiri Reynal."

Ia sedang berargumen dengan dirinya sendiri.

"Ayo Nabila jangan takut. Sapa dia."

Di sisi lain ada Hendra yang sedang berada tak jauh dari tempat parkiran. Ia tertawa kecil mendengar perkataan Nabila melalui kemampuannya. Ia rasa Nabila sedang membuat lelucon sehingga Ia terus tertawa memandangi Nabila.

Dan kini Reynal berjalan menghampiri Nabila.

"Tuhan tolong jangan buat Nabila bisu Beneran. Dia datang Tuhan..."

"Ngapain ngeliatin mulu? Ada yang aneh dari gue?"

Nabila masih tidak bisa bicara dan bergerak. Mulutnya terasa terkunci. Ingin menggelengkan kepalanya saja ia tidak bisa.

"Hei..lo liat apaan sih?"
Reynal mengibaskan tangannya ke wajah Nabila.

"Nabila suka sama Reynal."

"Lo kenapa sih La? kesambet Ya?"

"Aku suka sama kamu Rey."

"Aneh banget sih lo. Gue tinggal ya."

Reynal membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Nabila. Namun tiba-tiba ia mendengar panggilan dari Nabila.

"Rey.."

Nabila sendiri kaget mendengar suaranya. Buru-buru ia menutup mulutnya dengan mata terbuka lebar lalu berkedip tanpa sadar sebanyak tiga kali. Lantas Reynal berhenti dan melihat ke arah Nabila.

"Barusan lo manggil gue atau gue yang salah denger?"

Namun Nabila menggelengkan kepalanya dengan cepat dan Reynal langsung melangkahkan kakinya kembali untuk pergi.

Dan kini Hendra menghampiri Nabila dengan tertawa sekencang-kencangnya. Kondisi tubuh Nabila pun kembali normal, darahnya sudah mengalir dengan baik.

"Kenapa?" tanya Nabila heran.

"Lo lucu banget sih tadi.Hahaha.. Dia nggak bakal denger lah lo bilang suka sama dia."

"Aku barusan seperti kehilangan nyawa."

"Oke, untuk percobaan yang pertama gapapa gagal, nanti lo harus coba lagi. Semangat Nabila." sambil menyubit pipi Nabila gemas.

"Hendra sakit." Nabila memegangi pipinya yang memerah.

"Sorry-sorry. Lo gemesin banget sih, haha.."

Nabila mengerucutkan bibirnya kesal.

Lalu mereka berdua berjalan menuju kelasnya dengan mendapati banyak pandangan ke arah nya. Mungkin teman-temannya berpikir mereka sedang dekat dan tak lama lagi pasti akan mempunyai hubungan spesial.



_____







Ditulis : 30 Juni 2018

Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang