Chapter 10

139 10 0
                                    

"Pak." Reynal mengangkat tangannya.

"Iya?"

"Mau ijin ke belakang."

"Silahkan."

Reynal keluar dari bangkunya dan berjalan keluar kelas.

"Mau kemana kamu?"
Pak guru membuat langkah Reynal berhenti.

"Ke belakang pak."

"Kenapa malah mau keluar kelas? Belakang itu disana."

"Maksud saya ke kamar mandi pak."

"Oalah bilang dari tadi."

Para murid menertawakan mereka berdua.

Selesai dengan panggilan alamnya, Reynal berjalan kembali ke kelas. Namun saat ia sampai di pintu penghubung kamar mandi pria dan wanita langkahnya terhentu. Ia menjumpai gadis itu.

Reynal menggeserkan badannya ke kiri saat cewek itu hendak masuk dari sisi kiri. Dan menggeserkan badannya ke kanan saat cewek itu hendak masuk dari sisi kanan.

Hingga akhirnya mereka saling berhadapan.

Cewek itu menatap kesal Reynal yang hanya di balasnya dengan senyuman.

"Kenapa sih lo kalo natap orang dalem banget?"

Gadis itu memutar arah pandangannya tanpa menjawab pertanyaan Reynal.

"Kenapa sih lo nggak mau ngomong?"

Gadis itu tetap diam. Reynal mengulurkan tangannya ke arah gadis itu.

"Reynal. Cowok tertampan di sekolah ini. Nama lo siapa?"

Refleks gadis itu memandangi Reynal hingga akhirnya membalas uluran tangan Reynal.

"Nabila."

Gadis itu menjawab dengan tatapan datar sementara Reynal tengah tersenyum puas.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Yang mana?"

"Yang tadi."

"Yang mana?"

"Kenapa lo nggak suka ngomong?"

"Gatau."

"Masa nggak tau?"

"Iya."

"Rumah lo dimana?"

"Kenapa?"

"Mau ngirim guru TK."

"Buat apa?"

"Ngajarin lo ngomong."

"Kenapa?"

"Karna lo nggak tau caranya ngomong."

"Kata siapa?"

"Gue."

"Misi."

"Mau kemana?"

"Kamar mandi."

"Ngapain?"

Gadis itu kembali menatap kesal Reynal yang membuat Reynal paham. Akhirnya Reynal memberi jalan gadis itu untuk masuk.

Reynal tertawa di dalam hatinya, ia sadar sudah berapa lama ia menahan gadis itu. Pasti dia sudah nahan pipis banget. Hahaha.

-----

Gadis itu terkejut saat menjumpai Reynal masih berdiri di pintu yang sama. Moodnya seketika berubah menjadi lebih malas.

"Udah selesai?"

Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Gue cuma mau kasih pesan. Jangan natap cowok seperti cara lo natap ke orang-orang. Cukup sama gue aja."

"Kenapa?"

"Biar gue aja yang degdegan."

"Kenapa?"

"Nanti banyak yang suka sama lo."

"Kenapa emangnya?"

"Kasian."

"Kasian?"

"Karna mereka nggak akan dapet balasan dari lo."

"Balasan?"

"Iya. Lo nggak mungkin kan mau ngedeketin mereka semua?"

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Cukup satu aja yang lo deketin."

"Siapa?"

"Ya yang lo mau deketinlah."

Gadis itu kembali menganggukkan kepalanya.

"Yaudah gue balik ke kelas dulu."

Reynal pergi meninggalkan gadis itu yang kini tengah berdiri kaku di belakang pintu kamar mandi.

Merasakan darahnya mengalir dari ujung kepala ke ujung kaki. Hingga sesaat kemudian gadis itu beranjak pergi kembali ke kelasnya.

-----

Ditulis: Akhir januari

Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang