Chapter 8

152 8 0
                                    

Misi pertama mereka adalah memberikan cokelat ke cewek itu sampai di terima dan wajib merekam kata terima kasih secara langsung dari cewek itu.

Bel istirahat telah berbunyi dan ketiga cowok itu melangkahkan kakinya menuju kelas XI MIPA 1 sambil menggenggam cokelat silverqueen ditangannya. Sesampainya di kelas XI MIPA 1, mereka berhenti dan sesaat kemudian Vino masuk ke dalam. Kebetulan, suasana kelas itu sepi hanya menyisakan gadis itu sendirian. Ia tengah membaca sebuah novel.

"Lagi baca novel?"

Gadis itu reflek memutar matanya mengarah ke sumber suara. Ia berdecak di dalam hatinya. Ck, si corap lagi. Kemudian ia kembali membaca novelnya.

"Kok kamu cantik banget sih?"

"Udah terlalu banyak yang bilang."

"Masih nggak mau ngomong? Jangan-jangan nafas lo bau ya? Emh, pantes aja nggak mau ngomong."

Cewek itu membalasnya dengan tatapan sinis.

"Hahaha, santai dong. Yaudah nih gue kasih cokelat buat lo biar nafas lo nggak bau."

Cewek itu tak menggubrisnya, ia terlanjur kesal di bilang nafasnya bau. Padahal di dalam hatinya udah di dobrak-dobrak untuk menerima cokelat itu. Ia paling demen sama yang namanya cokelat dan kebetulan dua hari ini ia belum makan cokelat. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai, bimbang.

"Terima.enggak.terima.enggak.duhh."
Matanya melirik-lirik cokelat itu.

"Oke deh kalo lo nggak mau, cokelatnya buat mbok Iyem aja. Dia tau caranya ngehargain pemberian orang."

"Yaudah sana. Bilang aja nggak iklas di kasihin ke aku."

Gadis itu mengerucutkan bibirnya menyesali penolakannya terhadap cokelat itu. Tapi tak lama kemudian, ada cowok lain menghampirinya.

"Hai cantik. Sendirian aja nih. Nggak ke kantin?"

Geleng-geleng

"Enggak laper?"

Geleng-geleng

"Haus?"

Geleng-geleng

"Yailah, dari tadi geleng-geleng mulu. Suka cokelat nggak?"

Gadis itu sontak melihat ke arah Bryan. Cokelat?

Bryan tersenyum sambil menyodorkan cokelatnya ke gadis itu.

"Iklas nggak ya ini orang."

"Ayo terima nabila. Kesempatan datangnya cuma 1x dan ini udah datang 2x."

Nabila berargumen dengan hatinya sendiri. Kali ini matanya berusaha keras untuk tidak melirik cokelat itu.
Karna tidak ada respon sedikitpun dari gadis itu, Bryan menyimpukan bahwa gadis itu menolaknya.

"Yakin nih nggak mau? No what what! Bye!"

"Tuhkan dia nggak iklas lagi."

Bryan berjalan keluar meninggalkan gadis itu.

"Songong banget tu anak. Gue gagal."

"Tenang bro. Ini baru misi awal kita. Sekarang giliran gue."

Reynal berjalan masuk ke dalam kelas lalu duduk dihadapan gadis itu.

"Mereka ngapain sih. Dasar cowok aneh. Pasti mau ngerjain lagi."

Reynal menatap gadis itu sambil tersenyum. Nabila jadi salah tingkah sendiri. Namun matanya tak bisa menolak untuk tidak menatap ke arah cowok itu.

"Kenapa? Gue cakep kan?"

"Iya, tapi sarap."

"Udah, bilang aja gue cakep. Nanti gue kasih hadiah."

Gadis itu sedang berpura-pura membaca novelnya.

"Yakin nih nggak mau?"
Reynal menggoyang-goyangkan silverqueennya di hadapan gadis itu. Membuat Nabila menelan air ludahnya sendiri.

"Gue tau lo suka cokelat."

"Dari mana?"
Ups! Gadis itu membungkam mulutnya. Ia tak sadar telah mengucapkan kata itu.

"Lo ngomong? Ngomong apa tadi? Ulang sekali lagi, gue nggak denger."

Gadis itu sedang mengokohnya niatnya untuk tidak berbicara di hadapan Reynal. Namun Reynal menggodanya dengan cokelat itu. Keinginannya sudah tidak bisa di tahan lagi. Akhirnya Nabila menerima cokelat itu.

"Makasih."

"Lo serius nerima cokelat ini?"

Nabila menganggukkan kepalanya tanpa senyum. Dan cowok itu langsung berlari keluar kelas menemui kedua temannya. Nabila hanya bisa tersenyum melihat kepergian cowok itu.

Reynal membuka rekamannya, meninggikan volume ponselnya kemudian mengeplaynya di hadapan Vino dan Bryan.

"Dari mana?"

"Makasih."

"Ah sialan. Lo pake jurus apaan Rey?" gerutu Bryan.

"Cuma gue liatin. Gue pamerin tuh cokelat ke mukanya. Terus gue bilang aja kalo dia suka cokelat. Padahal aslinya gue nggak tau."

"Andai lo tadi ngasih kisi-kisi ke kita. Pasti cokelat gue yang di terima." ucap Bryan.

"Lo kira nggodain cewek pake kisi-kisi?" lontar Reynal.

"Cewek jaman sekarang penuh materi man." sahut Vino sambil menepuk-nepuk pundak Reynal.

Mereka telah menyelesaikan misi pertamanya. Dan sesuai janji di awal, kini Vino dan Bryan harus menepati janjinya mentraktir Reynal (mau tidak mau).

-----

Misi pertama mereka telah selesai. Kira-kira misi keduanya apa ya?

Baca terus ceritanya sampai selesai.

Jangan lupa bantu vote dan comen ya :)

Ditulis: 25 Januari 2018

Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang