Chapter 18

124 6 0
                                    

Bukan hidup Nabila jika hari-harinya jauh dari kata kesepian. Rumah besar dan fasilitas mewah yang sudah tujuh tahun ia tempati sendirian telah menjadi saksinya sampai saat ini.

Namun sesungguhnya Nabila tidak benar-benar sendiri. Ia ditemani seorang pembantu yang hanya bekerja sampai jam lima sore. Yang membuat Nabila kebingungan mencari menu makan malam sepanjang hari.

Ia bersyukur, mempunyai seorang pembantu yang setia mengurusnya dari bayi. Yang setia sabar berbicara dengannya meski tak pernah mendapat balasan darinya.

Seorang pembantu yang ia rasa telah melahirkan dirinya dan bukan ibunya.

Seorang pembantu yang selalu ada disampingnya meski dirinya tak pernah memanggilnya.

Dia yang selalu mendengar kata hatinya memanggil saat sedang perlu.

Tempat tidur besar yang sampai sekarang menjadi suatu hal yang membuatnya merasa nyaman. Membuatnya merasa kuat kala lelah tengah menghancurkan tenaganya. Menjadi resapan air mata kala dirinya tengah menangis.

Selimut dengan bulu putih yang setia menghangatkan dirinya kala dingin tengah merenggut udara panas dari pori-porinya.

Kenyataan pahit yang mungkin sudah menjadi takdirnya. Entah apa yang sedang Tuhan rencanakan dalam hidupnya.

Tuhan memang tak pernah berjanji menciptakan langit selalu biru. Namun Tuhan juga tak pernah berjanji badai lama berlalu.

Bayang-bayang rindu yang selalu menghantuinya tak pernah tau akan berlabuh kepada siapa. Tak ada yang pantas mendapatkan rindu itu sekarang.

Dering ponsel telah menyadarkan dirinya dari lamunan. Nabila berjalan dan mencari sumber suara. Sebuah telepon panggilan tanpa nama menjadi tanda tanya dipikirannya.

Dia tak pernah sekalipun mau menjawab panggilan telepon dari seseorang. Ia masih berdiri dengan ponsel di tangannya, menunggu panggilan itu mati.

Panggikan itu telah berlangsung tiga kali. Ia masih menunggu sampai seseorang itu mengirim pesan untuknya. Benar, satu menit kemudian orang asing itu mengiriminya pesan.

"Gue lupa kalo lo nggak mau ngomong. Tapi gue pengen ketemu lo. Sekarang."

Sebuah pesan baru telah diterimanya.

"Reynal"

Dia tak pernah berfikir cowok itu akan selalu membayanginya. Memori kala cowok itu menciumnya dimobil seketika merasuki pikirannya. Perasaan yang sama muncul kembali. Ia bingung, darah apa yang sedang mengalir dalam dirinya.
Terlalu cepat.

Hanya ada dua pilihan sekarang. Temui atau tidak. Pikirannya seketika lenyap oleh dering ponsel miliknya.

"Datang ke alamat yang gue kirim. 5 menit. Di menit ke 6 lo nggak dateng. Gue yang ke rumah lo."

"Jangan pikir gue nggak tau rumah lo."

Pesan terakhir...

"Hati-hati di jalan."

5 menit? Mungkin itu yang sedang menjadi pertanyaan besar dipikirannya. Tanpa berfikir panjang, gadis itu menyambar jaket dan kunci mobilnya. Menuruni tangga dengan cepat. Memakai flatshoes cokelat di kakinya. Lalu menuju ke mobil.

Ia tak tau apa yang membuatnya menuruti permintaan cowok itu. Beberapa pesan yang ia terimanya tadi seakan telah menghipnotis dirinya.

Senyuman dan tatapan cowok tampan itu mengganggunya dalam perjalanan. Ia berulang kali melihat jam di tangannya, masih ada tiga menit. Ia semakin dalam menginjak gas mobilnya. Hingga tinggal dimenit terakhir dirinya telah sampai.

Entah apa yang membuat cowok itu ingin menemuinya di rumah makan dengan penerangan remang seperti ini.

Begitu masuk ia hanya menemukan dua meja yang di isi oleh pengunjung. Dan pandangannya kini tertuju pada meja paling pojok, karena cowok itu duduk disana.

Begitu sampai di meja itu ia terkejut, lantas cowok itu tidak sendirian. Ia bersama seorang wanita yang sungguh tak ia kenal. Puluhan tanda tanya kini telah bersarang dalam pikirannya.

"Tepat sekali. Duduk."
Lalu Nabila duduk di hadapan kedua orang itu.

"Maaf, mendadak minta ketemuan."
Ucapnya dengan tersenyum

Ingin sekali rasanya gadis itu mengundang Hendra untuk berada di situ dan membaca semua pikiran Reynal yang membuatnya kini merasa aneh.

"Kita mulai saja ya."

_____

Ditulis : 10 maret 2018
Baru sempet ngetik


Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang