Chapter 20

150 9 1
                                    

Reynal melangkahkan kakinya malas. Tidak ada semangat bagi dirinya untuk mengikuti pelajaran hari ini. Warung kecil di belakang parkiran sekolah telah menjadi sasarannya. Reynal tak berniat mengajak Vino dan Bryan.

"Tumben rabu-rabu kesini. Nggak takut dimarahin pak kepsek?" Tanya ibu penjaga warung itu.

"Dimarahin palingan cuma di skors."

"Kenapa mukanya kusut gitu?"

"Lagi males sekolah Buk."

"Anak jaman sekarang sekolah aja males. Jamannya ibu dulu, sekolah itu impian terbesar. Seragam lusuh di pakai. Sepatu bolong di pakai. Tas cuma dari karung goni di pakai. Jaman sekarang, udah sekolah gampang ee malah di sia-siain."

"Kok ibunya jadi curhat?" sindir Reynal yang sebenarnya tidak mendengarkan apa yang di ucapkan ibu kantin itu. Hanya sebatas telinganya mendengar.

Reynal sibuk mengisi cairan pada rokok elektroniknya. Menghisapnya, lalu menghembuskannya di udara.

"Ehh...ehhh...itu asep apaan wangi bener?"
Tanya ibu kantin yang tengah menghisap dalam-dalam asap itu.

"Awas buk, ntar kecanduan."

"Apaan sih itu bisa keluar asepnya gitu?"

"Rokok elektronik buk,  rokok canggihnya anak muda sekarang."

"Ohh gitu."

"Bikinin es jeruk satu ya Buk."

"Siap mas."

Reynal tengah asik menikmati rokoknya sambil sesekali memainkan asap itu.

"Buk, mau tanya dong."

"Tanya apa mas?"

"Dulu ibunya pernah naksir cowok?"

"Mas ini ngasih pertanyaan kok aneh-aneh."

"Lagi butuh nih Buk."

"Ya pernah lah mas. Sampai cinta mati juga pernah."

"Terus endingnya gimana Buk?"

"Endingnya ya jadi suami istri sekarang ini."

"Dulu pas ibuk suka, cowoknya juga suka nggak buk?"

"Kagak mas. Banyak yang naksir dia. Pada cantik-cantik. Ibuk mah kalah saing."

"Lah kok endingnya bisa sama Ibuk?"

"Ibuk sih nganggepnya itu mujizat mas. Gak tau tu apa yang di pikirin sama suami saya."

"Pernah nyerah buat berhenti naksir nggak Buk."

"Enggak mas. Cewek kalau udah beneran suka bakal beneran di perjuangin. Menurut Ibu, boleh berhenti kalo tau cowok itu bakalan nikah sama orang lain. Sebelum itu, masih bisa di kejar. Lha emang kenapa mas?kok nanyanya itu?"

"Gapapa Buk. Daripada bengong kan mending buat ngobrol."

"Masnya lagi naksir cewek ya?"

"Kebalik Buk."

"Ya panteslah, orang cakep gitu."

"Iyalah, buatan mama papa saya." jawab Reynal sambil tertawa

"Yaa kalo cerita dari suami saya dulu, dia bakalan cari tau cewek-cewek yang pada naksir dia. Mana yang beneran suka dari hati dan mana yang hanya sekedar buat cari sensasi."

"Wuihh, bahasanya Ibuk ngeri."

"Lebih tepatnya bahasanya suami Ibuk."

"Padahal gue hari ini rela bolos karna males ketemu dia. Yahh malah jadi curhat gue."

"Emang ceweknya naksir sampai keterlaluan?"

"Enggak sih Buk, malah pendiem banget."

"Yaudah kali mas nggak usah di ambil pusing. Bisa jadi entar endingnya sama kaya Ibuk."

"Jangan sampai lah Buk, ngomong aja enggak pernah gimana jadi istri coba. Udah ya Buk, gue tinggal cabut dulu. Uangnya gue taruh di atas tempe."

"Oke mas, hati-hati."

-----

Sementara di sekolah, Vino dan Bryan mencari tau dimana keberadaan Reynal. Tumben sekali dia tidak berangkat tanpa memberi kabar.

Vino dan Bryan berusaha menghubungi nomor ponsel Reynal tapi tidak ada balasan darinya. Setelah palajaran usai, mereka berdua langsung menuju rumah Reynal. Namun nihil, tidak ada satupun makhluk yang membukakan pintu.

Tanpa berfikir panjang, Vino dan Bryan langsung menuju tempat tongkrongan mereka, yaitu warung kopi. Namun lagi-lagi nihil. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali pulang karena hari sudah berganti petang.

_____


Akhirnya sempet nulis lagi wkwk  setelah berhasil lulus.

Ditulis : 15 Juni 2018
( Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir batin dari Autor🙏)

Habis chapter ini bakalan terselesaikan misi terakhirnya Reynal. Ia akan tau jawaban sekaligus alasan mengapa Nabila nggak pernah mau ngomong. (Tapi bukan ending ya. Konfliknya belum masuk. Pastinya bakal seru. Chapter masih panjanggggggggg)

Ikuti terus ya








Say In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang