3

593 54 0
                                    

"Kadang kala mimpi mampu merengkuh kesadaran logis dalam diri, rasa ingin mencapai mimpi mampu menghalalkan segala cara. Maka itu, selalu sertakan Allah dalam segala urusanmu termasuk prihal mimpi dan cinta"

****
Langit senja menambah indahnya  kota Prabumulih yang menemani perjalanan Aisyah.
Taman kota yang selalu ramai dikunjungi mulai dari kalangan anak-anak, remaja sampai dewasa.
Entah itu aktivitas olahraga, berfoto ria semua orang menghabiskan waktu sore di taman kota ini.

Mata indah aisyah terhenti saat ia melihat delapan anak remaja yang mengenakan seragam putih-abu dengan style yang kekinian.
Rambut yang mereka cat warna-warni serta sergama sekolah yang begitu ketat sehingga memperlihatkan lekuk tubuh mereka.

Teringat akan masa SMA-nya bersama-sama delapan sahabatnya yang selalu disebut "8 icon".
Sahabat lillah selalu aisyah sebut, yang memiliki karakter berbeda-beda dan mimpi yang berbeda-beda.
Hati aisyah miris melihat sekumpulan delapan remaja itu, kisah SMA mereka yang bertolak belakang dengan kisah perjalanan SMA aisyah.

Hingga tergerak hati aisyah untuk menghampiri mereka untuk menyambung tali silahtutahmi.
Aisyah pun berjalan mendekati delapan anak remaja tersebut.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatauh adik-adik" ucap aisyah

Namun, tak satupun dari mereka yang memberikan jawaban salam dari aisyah.
Mereka sibuk dengan gadjet yang digenggamnya.
Hingga Aisyah melontarkan sebuah kalimat yang berhasil membuat mereka menyadari kehadiran aisyah

"Menjawab salam itu hukumnya wajib bagi umat muslim, karena salam adalah do'a" ucap tegas aisyah

"Emang mbak siapa?" Jawab ketus dari salah satu anak remaja

"Alangkah baiknya jika kalian menjawab salam saya terlebih dahulu" pinta aisyah

"Wa'alaikumsalam" jawab delapan anak remaja

"Terimakasih, semoga kalian selalu diberi kesehatan dan keberkahan dalam hidup"

"Eh, kalo mau ceramah jangan disini"

"Udah-udah yuk gengs, cabut" kata salah satu anak remaja

Delapan anak remaja itu pun pergi meninggalkan aisyah, tapi tidak dengan remaja berkulit hitam manis yang merupakan salah satu delapan anak remaja.

"Assalamu'alaikum kak, maafin teman-teman saya ya kak" ujar nya

Mendengar tutur kata dari remaja itu, hati Aisyah merasa senang karena perkataan si remaja. Lantas dengan cepat aisyah pun langsung menjawab remaja itu

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, tidak apa-apa kakak mengerti"

"Woyy, Rena cepet sini ngapain lo diem disana" teriak salah temannya

"Eh, maaf kak saya harus nyusul teman-teman saya, sekali lagi maaf. Permisi"

Belum sempat aisyah menyakan namanya, remaja itu dengan cepat berlari meninggalkan aisyah.

"Ya Rabb, berilah mereka petunjukMu. Sungguh Engkau maha pengasih lagi maha penyayang" ucap aisyah

Aisyah melirik jam ditangannya, hari sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB . Aisyah beranjak pergi dari taman, saat ia ingin melangkah pergi tidak sengaja ia melihat Kartu Pelajar seorang siswa. Ia pun mengambil kartu pelajar yang terjatuh didekat kakinya.

"Renata Intania" ucap Aisyah saat melihat nama yang tertera dikartu pelajar SMA itu.

Aisyah memandangi foto yang ada dikartu pelajar, tidak lain tak bukan kartu pelajar milik remaja yang minta maaf kepadanya tadi.
Aisyah memasukkan kartu pelajar itu kedalam ranselnya.

Aisyah berjalan ke depan taman kota, menunggu driver grab yang ia pesan.

>>Skipp<<

***

Aisyah pun akhirnya tiba di rumah salah satu keluarganya yang ada di Kota Prabumulih.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Aisyah

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh Aish, kok lama sekali pulangnya?" Tanya bibi (adik Umi Maryam)

"Aasif jiddan umah, tadi aish ada kendala dikit dijalan" jelas aisyah

"Innalillahi, kendala apa aish? Kamu tidak apa-apa kan?" Panik umah sambil melihat kondisi tubuh aisyah

"Alhamdulillahirobbil'alaamiin umah, Aish tak apa"

"Syukurlah, yaudah aish istirahat ya nak. Umah sama abah mau ke rumah sahabat abah yang sedang sakit"

"Na'am umah, hati-hati umah"

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap umah

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab aisyah

Umah salah satu adik Umi Maryam, umi Aisyah.
Seharusnya aisyah menyebutnya bibi namun, karena bibi tidak punya anak perempuan akhirnya ia meminta aisyah untuk memanggilnya umah, dan bibi memanggil aisyah dengan panggilan aish.

Aisyah menuju ke kamarnya, ia membuka tasnya untuk mengambil tasbih berwarna cokelat pemberian alm abi. Setiap sore hari ia selalu memegang tasbih dan berdzikir. Aisyah sudah terbiasa dengan amalan ini, karena alm. Abi selalu membiasakan aisyah sejak kecil.

"Subhanallah alhamdulillah allahuakbar" bibir aisyah terus menggemakan dzikirnya.

Buliran air matanya membasahi wajah cantiknya, ia merasakan rindu dengan sosok alm abi serta merasa sangat bersyukur atas apa yang telah Allah berikan kepadanya.

"Hidup didunia hanya sementara. Tidak ada yang tahu kapan diri akan menghadap Sang Maha Pencipta. Hari ini, besok, lusa, bulan depan, tahun depan entahlah. Lantas siapkah kita untuk menghadap Sang Pencipta? Mari terus perbaiki diri dan menuju ridhaNya semata"
(AISYAH TSAQAFFIYYAH)

*Note : 1. Aasif jiddan : maaf banget

****

Jangan lupa tinggalkan jejaknya readers dengan memberikan bintangnya ☆☆☆
Jangan lupa kritik dan sarannya, in syaa allah saya menerima sarannya..
Semoga bermanfaat, syukron jazakillah khair
Sampai bertemu dipart berikutnya💕💕

Cahaya Cinta di Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang