7

399 47 2
                                    

"Jika benar kau mencintainya maka mintalah dengan Sang Maha Pencipta lewat doamu, tunggulah ia dalam penantianmu, tetaplah isi hatimu dengan nama Allah, cintailah ia karena Allah"

****
Aisyah dan Nazwa sampai diasramanya. Tergambar jelas dari raut Aisyah bahwa ia sangat lelah.
Satu per satu barang dari dalam ransel birunya ia keluarkan, menahan rasa kantuk yang sangat berat.

"Hei Aisyah, ade ape dengan kamu ni?" Ujar Nazwa

"Hmm.. tak apa lah, aku hanya lelah saja" kata Aisyah

"baiklah, tunggu sini aku buatkan teh hangat untukmu"

"Syukron nazwa"

"Afwan aisyah"

Nazwa melangkah ke arah dapur, dengan gesit ia memainkan tangannya meracik teh untuk aisyah.
Lantunan ayat-ayat suci al-Qur'an terdengar dari luar ruangan.
Nazwa yang heran dengan suara lantunan ayat-ayat al-Qur'an membuatnya tergerak untuk mencari tahu.
Sambil membawa teh hangat untuk Aisyah, nazwa dengan cermat mencari pemilik suara merdu itu.

"Ni aisyah teh kamu" ujar Nazwa

"Ada apa nazwa?" Ujar Aisyah yang bingung melihat nazwa

"Hmm. Tak de papelah, cepat kamu istirahat jelah, aku ade mase" Kata Nazwa dengan bahasa khasnya

"Baiklah"

Aisyah yang tidak tahan dengan rasa kantuknya akhirnya ia pun memutuskan untuk tidur beberapa menit.
Nazwa melihat Aisyah sedang tidur,ia pun memberanikan diri untuk keluar dari dalam asrama hanya untuk mencari suara merdu itu.

****skip****

Nazwa berjalan kearah taman sekitar asrama yang membatasi antara asrama putra dan asrama putri.
Ia sangat penasaran dengan pemilik suara merdu itu.
Karena tidak fokus dengan jalanan Nazwa pun terjatuh tersandung batu.

"Aduh" pekik Nazwa

Nazwa kesakitan, bagaimana tidak batu yang tersandung olehnya lumayan besar.
Saat Nazwa mencoba berdiri dari jatuhnya,namun Nazwa tidak berhasil. Rasa sakit yang ia rasakan dibagian kaki membuatnya tidak bisa berdiri.
Hingga datanglah sosok seoarang ikhwan dari arah taman dengan memegang al-qur'an kecil berwarna hijau tosca.

"Assalamu'alaikum, ada apa ukh?" Ujar si ikhwan

Nazwa yang mendengar suara ikhwan pun langsung mencoba berdiri karena ia khawatir dengan fitnah.

"Aww" pekik Nazwa

"Boleh saya bantu" ujar ikhwan

"(Menunduk)" nazwa

"Tenang saja ukh, ana tidak akan berbuat yang aneh-aneh"

Ikhwan tersebut membawa nazwa ke kursi yang ada ditaman.
Ia melihat gamis Nazwa yang kotor karena sedikit darah dan tanah.

"Nih, pakai sapu tangan ini untuk gamis anti"

"Tak usahlah akh, nanti ana bersihkan saat balik ke asrama" jelas Nazwa

"tak apalah, nih ambil" ikhwan tersebut pergi meninggalkan nazwa

"Tunggu"ujar Nazwa

Cahaya Cinta di Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang