"Dirimulah jawaban atas doa-doa ku. Maukah Engkau menjadi tempatku berpulang kala penat, melihatmu setiap hari kapan pun ku mau. Ketika membuka mata dirimu yang kulihat dan saat menutup mata dirimu pula yang kulihat. Maukah dirimu menjadi istriku, bidadari syurgaku?"
(Gilang Dirgantara)*****
"Bagaimana rasanya sekarang Syah? Apa sudah sedikit membaik?" Ujar Gilang"Alhamdulillah kak"
Setiap hari kedua insan ini bertemu, Gilang yang merawat dan menjaga Aisyah selama dua bulan penuh. Siapa sangka hatinya kini kian tumbuh benih-benih cinta yang amat mendalam, bak tanaman yang kian merekah pada tangkai yang kian menjulang tinggi.
Langit seolah berbincang pada pemilik hati yang cerah serta dihiasi warna jingga yang amat menenangkan. Bunga-bunga indah mengelilingi kedua anak manusia yang tengah menikmati perpisahan senja.
"Indah sekali ya Syah senja itu" ucap Gilang
Tidak ada jawaban dari Aisyah,ia hanya mematung dalam pandangan yang dalam menikmati keindahan senja.
"Mau berdiri?"
"Mm.. tidak kak., Aisyah duduk saja"
"Tunggu" balas Gilang
Gilang setengah berlari meninggalkan Aisyah seorang diri ditaman rumah sakit.
"Pakai ini saja (tongkat), aku tau dirimu tak akan bersentuhan dengan yang bukan mahrom"
"Terimakasih kak" ucap Aisyah
Aisyah berhasil berdiri menggunakan tongkat yang diberikan Gilang. Tak terasa air matanya jatuh tanpa permisi.
"Ada apa syah? Apa tongkat itu membuatmu sakit? Kembali duduk saja jika begitu. Maafkan aku syah"
"Aisyah merindukan abi" sambil menunduk
Gilang menatap lurus didepannya, hatinya seolah tercabik melihat air mata wanita disampingnya.
"Syah bolehkah aku berbicara padamu" pinta Gilang
"Aisyah aku ingin menghapus air matamu, mendekapmu kala dirimu lemah. Menghiburmu kala dirimu bersedih, menjagamu dengan segenap yang kubisa" ucap Gilang dengan lirih
"Maksud kakak apa?"
"Dirimu lah jawaban atas doa-doa ku. Maukah Engkau menjadi tempat ku berpulang kala penat, melihatmu setiap hari kapan pun ku mau. Ketika membuka mata dirimulah yang kulihat dan saat menutup mata dirimu pula yang kulihat. Maukah dirimu menjadi istriku, bidadariku?" Ucap Gilang dengan mantap
Aisyah merasakan dentuman keras seolah ingin segera jatuh disana, air matanya kian deras saat mendengar penuturan lelaki dihadapannya. Entah apa yang ia rasakan, jantungnya berdebar sangat cepat, nafasnya seolah tersengal dan darah yang mengalir ditubuh pun seolah ingin berhenti saat itu juga.
Belum ada jawaban yang keluar dari bibir Aisyah, ia hanya mematung. Penuturan Gilang menggema hingga sampai ke hatinya.
"Aku tidak akan memaksamu. Tapi, aku akan menunggu jawabanmu"
"Kak, Aisyah mau ke kamar" pinta Aisyah lemah
"Baik"
Perjalanan yang hening, hanya suara langkah kaki dan kursi roda yang terdengar.
"Istirahatlah syah, aku akan memanggilkanmu suster"
Gilang menutup pintu kamar Aisyah, meninggalkan ruangan itu. Dunia seakan membisu pada dirinya, ia merasa bersalah pada pengakuannya.
"Apakah ini terlalu cepat Ya Rabb?" Rintih Gilang didalam ruangannya
*****
Jangan lupa tinggalkan jejak reader's☺. Maafkan author yang jarang update. Doakan mood author baik terus, oh ya jangan lupa untuk dishare ceritanya.
Syukron😘 sampai ketemu dipart berikutnya.Ada request? Or saran? Silahkan😊
Salam rindu, author amatiran. 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Cinta di Langit Biru
SpiritualAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh readers.. Jangan bosan untuk baca disetiap partnya, dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote☆.. Kritik dan sarannya dikolom komentar yaa karena ini cerita pertama aku diakun ini hehe, hargai penu...