Happy reading good people..
***
Gilang POV'Aisyah' batinku
Aku terkejut melihat Aisyah berlari dari dalam ruangannya, ia masih menggunakan seragam pasien dengan tangan yang meneteskan darah.
Aku mengejarnya, hingga kulihat Aisyah tengah terduduk lemah dibawah pohon. Hatiku begitu hancur melihat Aisyah yang begitu rapuh, aku tidak menyangka gadis yang begitu tangguh itu kini menjadi gadis yang begitu rapuh.
"Aisyah" ucapku
"Tinggalkan Aisyah sendiri kak tinggalkan"
Suaranya begitu lemah, ingin rasanya aku memeluknya.
"Tapi kau masih lemah Aisyah, tanganmu juga berdarah"
"Aisyah tidak peduli, pergilah kak per--
"Aisyah"
Author POV
Aisyah tidak sadarkan diri, Gilang dengan cepat membawa Aisyah masuk kedalam rumah sakit lagi. Begitu perih hati Gilang melihat wanita yang ia cintai begitu lemah.
Gilang memasangkan kembali peralatan medis ke tubuh Aisyah.
Ia menatap mata Fatih begitu tajam, ia kecewa dengan sahabatnya itu.Fatih POV
'Aisyah maafkan kakak mu yang begitu egois ini' lirih Fatih
Sungguh pemandangan ini membuatku begitu perih, aku benar-benar telah membuat adik sekaligus wanita yang ku cintai sakit.
Aku menyalahkan diriku sendiri atas kejadian ini, aku membenci diriku terlebih kepada perasaan ku sendiri."Umi, maafkan aku mi"
"Umi kecewa dengan mu Fatih"
"Umi maafkan aku, sungguh aku menyesali perbuatanku ini"
Aku meringkuk dikaki wanita dihadapan ku, begitu sesak dadaku saat melihat malaikat ku ini menangis.
"Aisyah memang bukanlah adik kandungmu, tapi tidakkah kau tahu Fatih dia sudah umi anggap seperti anak kandung umi. Umi menyayanginya layaknya kamu begitupun alm. Abi mu. Aisyah tak akan bisa menjadi milikmu nak. mengertilah"
"Ya umi Fatih tahu, maafkan aku umi. Aku janji tidak akan mengecewakan mu lagi"
***
Setelah menunggu 2 jam akhirnya Aisyah pun sadar, ia merasa kepalanya begitu sakit dan dada nya begitu sesak saat ia mengingat kejadian tadi yang membuatnya terkejut.Mata indah Aisyah tengah mencari keberadaan umi, ia ingin mendengarkan penjelasan umi mengenai dirinya.
Tidak menunggu waktu lama wanita yang dicarinya datang membawakan beberapa bingkisan untuk aisyah."Umi" panggil Aisyah
"alhamdulillah, kamu sudah sadar nak" mengecup kening Aisyah
"Umi jelaskan pada Aisyah umi. Apa yang selama ini di rahasiakan dari Aisyah"
"Kamu masih belum sembuh sayang, setelah ini umi akan jelaskan semuanya"
"tidak umi, Aisyah ingin sekarang" tegas Aisyah
"Baik"
Flashback on
"Bi, umi tidak bisa hamil lagi""sabar umi, ini adalah ujian dari Allah"
"Tapi, umi ingin punya anak perempuan abi. Umi ingin Fatih punya adik hikss"
"sayang, tapi bagaimana bisa? Tak apa sayang kamu harus ikhlas mi"
"Bi, apa kita mengadopsi anak dipanti asuhan saja ya" pintanya
"Maksudmu?"
"Ya bi, Umi ingin sekali punya anak perempuan"
"hmm. baiklah kalau begitu kita ke panti asuhan teman ku"
'Panti Asuhan Az-Zahra'
"Ini bu, bayi ini dititipkan ke panti asuhan oleh seorang nenek. Bayi ini sudah tidak memiliki orang tua lagi. Kedua orang tua nya tewas saat kejadian naas yang menimpa mereka." jelas pengasuh panti asuhan
"maasyaaAllah bi, ini cantik sekali"
"Baik bu, kami akan merawat anak ini dengan baik. Kami permisi terimakasih"
Flashback Off
"Begitulah nak ceritanya, setelah umi tau bahwa umi tidak akan bisa hamil lagi, Umi memutuskan untuk mengadopsi anak di Panti Asuhan dan saat itulah umi bertemu denganmu"
Aisyah terpaku mendengar penjelasan wanita dihadapannya, air matanya terus mengalir hatinya begitu sakit.
"apakah keluarga Aisyah masih ada umi?"
"3 tahun lalu sebelum Abi mu meninggal, umi mendapat kabar bahwa nenek mu telah meninggal. Nenek itu adalah satu-satunya keluarga yang kamu miliki nak"
Aisyah langsung memeluk wanita yang telah menjadi ibunya, yang telah membesarkannya, mendidiknya dengan penuh cinta. Sungguh tiada balasan yang paling indah selain berbakti kepada ibu dan alm. ayahnya.
"umi maafkan Aisyah, terimakasih umi telah menjadi sosok ibu yang baik untuk Aisyah. Aisyah menyayangi umi"
****
2 bulan kemudianLangit begitu mendung seolah tengah menggambarkan perasaan lelaki yang kini telah siap untuk pergi ke Belanda. Ya, laki-laki itu adalah Fatih. Dua bulan sudah ia merasakan sakit yang teramat, saat dimana ia harus membunuh perasaannya. Namun, tetap saja berada dekat dengan wanita yang ia cintai membuatnya semakin tersiksa oleh perasaannya. Fatih memutuskan untuk memilih pergi melanjutkan pendidikan gelar Phd nya di Belanda. Mungkin dengan begini akan lebih mudah untuk melupakan perasaannya.
"Nak sudah siap?" tanya umi
"Ya umi, Fatih sudah siap. Do'akan Fatih umi agar Fatih bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik"
"Kak"
Hatinya begitu berdetak kencang saat mendengar panggilan lembut dari bibir Aisyah. Fatih menahan air matanya serta menahan egoisnya untuk memeluk Aisyah.
"Ya Syah, kamu harus semangat selesaikan pendidikan mu ya. Banggakan kakak dengan prestasimu. Ingat kamu bukanlah gadis kecil lagi, jadi kamu harus bisa menjaga dirimu"
"Ya kak Fatih, insyaaAllah Aisyah akan melaksanakan nya dengan baik. Kakak ingat ya harus jaga kesehatannya. Dan cepat kembali adikmu akan sangat merindukanmu"
Fatih mengelus puncak kepala Aisyah yang berbalut jilbab warna dusty indah milik Aisyah.
Fatih telah berada didalam pesawat, ia duduk dikursinya. Mata Fatih memandang keluar jendela, sungguh perasaan didalam sana masih sangat begitu perih. Tapi inilah yang harus dipilih olehnya, ia tak akan bisa mengikuti keinginannya.
'aku bisa' lirih Fatih sambil menatap foto yang ada digenggamannya.
****
Hai semuanyaa...
semoga suka yaa, jangan lupa berikan votenya😍see you, dari Author yang menyayangi kalian😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Cinta di Langit Biru
SpiritualAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh readers.. Jangan bosan untuk baca disetiap partnya, dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote☆.. Kritik dan sarannya dikolom komentar yaa karena ini cerita pertama aku diakun ini hehe, hargai penu...