Part 16

1.7K 132 10
                                    

Please Comment and Vote ^^

backsound : If We Were Destined x Ben

E.N.J.O.Y

Rintik hujan tampak membasahi kaca jendela kamar soo-ya, sejak dia jujur soal perjanjiannya dengan tuhan yang membuat kai tak pernah bicara lagi padanya, satu-satunya tempat pelarian adalah rumah kai, ibu mertuanya yang sangat peduli padanya meskipun soo-ya hanya sebagai anak menantu di rumah itu tapi rasa sayang yang di berikan eomma kai itu cukup membuatnya merasa kalau dia ibu kandungnya.

"sayang kenapa makanan ini masih utuh?" sapaan eomma di abaikannya yang tetap kukuh memandangi aliran air di jendela

Tepukan lembut dari eomma terasa hangat di bahunya yang dingin memaksanya untuk menoleh

Menghela nafas "eomma, ini hari terakhir soo-ya disini, besok soo-ya berangkat ke London"

"apa gak bisa kamu mengabaikan janjimu itu nak, meski eomma tidak setuju dengan caramu itu" lirih eomma mulai mengusapkan tangannya membuat gesekan lembut di bahu soo-ya

Soo-ya tertunduk tak bisa menahan air mata yang jatuh, membalik badan dan merasakan hangatnya pelukan eomma. Merasakan lebih dalam lagi hangatnya dekapan mertuanya itu

"temui dulu kai, eomma mohon jangan ada perselisihan seperti ini nak. Kai memang keras kepala tapi sebenarnya dia pasti ingin sekali bertemu denganmu sayang" mengusap punggung soo-ya

Gelengan kepala terasa di sela leher eomma "kai bahkan tidak mengangkat panggilan dari soo-ya eomma" terisak

"biar eomma yang bicara padanya, kamu harus makan biar janin kamu juga sehat" pungkas eomma membuka pelukan dan menatap sendunya wajah menantunya yang lemah mengusap lembut pipi basah soo-ya dan tersenyum kecil.

"eomma"

Menahan lengan eomma yang perlahan melepaskan pegangannya

Eomma bergumam "hmm"

"apa menurut eomma perjanjian yang soo-ya buat dengan tuhan itu konyol? Apa kai akan memaafkan soo-ya?" keluhnya

"apapun yang kamu yakini eomma gak bisa melarang sayang, itu keputusanmu hanya saja eomma merasakan apa yang kai rasakan saat ini. Eomma gak mau kamu pergi nak"

"eomma akan bicara sama kai" lanjutnya melepas genggaman soo-ya

Pagi—

soo-ya telah siap dengan kopernya berjalan di lantai bandara diantar appa dan eomma kai

"apa kai—em, baiklah soo-ya akan mengabari kalian dari sana, jaga kesehatan appa eomma"

Eomma yang tampak tak bisa menahan diri menagis di pelukan appa setelah pelukan perpisahan dengan menantunya dan calon baby di perut soo-ya

"tunggu—!"

Suara terengah dengan nafas berat menghentikan langkah soo-ya, itu kai. Dia datang membuat air di pelupuk mata soo-ya akhirnya terjatuh tak sanggup lagi menahan beban

Terengah "hajjima jebal—!! Aku tak bisa hidup tanpamu soo-ya kamu tau itu"

Masih tak berani membalik badannya soo-ya semakin menjadi merekatkan kepalan tangannya, menundukan kepala berusaha kuat menahan perutnya yang merasakan hentakan hebat

"soo-ya ayo kembali, aku tak peduli dengan perjanjian bodohmu itu. Aku gak peduli jika memang kamu tidak bisa melahirkan seorang bayipun aku akan tetap mencintaimu apa adanya, ayo kembalilah ku mohon"

Kaipun tak tertahanankan lagi, pipinya basah menyekanya asal. Begitupun eomma yang tak bisa menyangkal haru melihat kedua anaknya tak lagi akur satu sama lain tak lagi harmonis.

Nuestra Linea DeamorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang