Suasana canggung yang timbul akibat percakapan sebelumnya teralihkan ketika pintu ruang rapat terbuka dan beberapa orang masuk, lima perempuan dan dua laki-laki. Yoongi memusatkan perhatiannya pada orang-orang itu, tanpa sadar mengepalkan tangan yang ada di dalam saku jaketnya, menggenggam benda dingin dan keras yang selalu ia bawa ke mana pun.
Dan di sanalah gadis itu, Son Seungwan, melenggang masuk ke ruangan dengan anggun. Gaun selutut warna marun bercorak bunga putih memeluk tubuhnya yang ramping dan mungil. Warna gaun itu tampak kontras dengan kulitnya yang putih dan menonjolkan leher jenjangnya. Yoongi secara tak sadar mengubah sedikit posisi tubuhnya tapi matanya tak lepas dari sosok gadis itu. Sekarang ia seolah melihat gadis itu dalam gerakan lambat. Rambutnya yang dibiarkan keluar dari gelungan seperti melambai ke arahnya. Bibirnya yang berwarna pink alami seperti bergumam memanggilnya. Ia mengalihkan pandangan dengan gugup tatkala mata mereka bersitatap. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Diraihnya botol minuman di depannya, membuka dan meneguk isinya beberapa kali.
"Yoongi-ssi, perkenalkan ini para editor dan staff The Velvet."
Suho menyebut nama dan posisi mereka satu persatu tapi perhatian Yoongi hanya terpaku pada satu orang yaitu Son Seungwan, walaupun ia menjaga agar tak terlalu kentara dengan memasang ekspresi datar andalannya.
***
Seungwan berusaha memusatkan perhatiannya pada rapat yang sedang berlangsung tetapi kehadiran lelaki berkulit putih pucat dengan ekspresi dingin itu membuat hatinya tak tenang. Sejak mendengar nama lelaki itu dari Seulgi, Seungwan merasa gelisah dan kacau. Nama lelaki itu tak asing buatnya karena setiap stasiun televisi menyebutkan nama itu setiap hari selama hampir satu bulan. Ia adalah salah seorang yang beruntung bisa lolos dari maut pada kecelakaan pesawat yang membuatnya kehilangan Minhyun. Jantungnya berdenyut nyeri mengingat lelaki itu. Bertemu dengan Min Yoongi membuat jantungnya bukan hanya berdenyut nyeri tapi juga terasa hampa. Melihat lelaki yang sama-sama mengalami tragedi seperti Minhyun tapi mempunyai nasib yang berbeda. Lelaki itu bisa duduk di sana, bernapas, berbicara. Sedangkan Minhyun-nya terbaring di tanah yang dingin. Seungwan tidak menyalahkan lelaki itu karena setiap orang membawa nasibnya sendiri-sendiri tapi ia tak tahan untuk merasa iri. Iri pada orang yang mencintai Min Yoongi karena tak perlu merasakan sakitnya kehilangan seperti dirinya. Ia juga kesal dan jijik pada dirinya sendiri karena sempat berharap seandainya Minhyun-nya yang selamat, bukan lelaki itu.
Seungwan melirik Min Yoongi dengan sudut matanya dan terkejut karena ia merasa lelaki itu juga mencuri pandang ke arahnya tapi dengan segera mengarahkan pandangannya kepada Suho yang sedang berbicara.
"Jadi, konsep utama edisi special kali ini adalah Inspiring Women. Kita akan menyajikan kisah para perempuan nonselebriti yang sukses di bidang mereka masing-masing. Kita akan mengupas pengalaman hidup dan sekilas keseharian mereka. Yoongi-ssi, saya yakin Anda tak asing dengan tipe pemotretan seperti ini kan? Orang-orang ini bukanlah model profesional tapi justru itulah yang kami ingin tonjolkan, sisi jujur, sederhana, dan familiar bagi pembaca."
Yoongi menanggapi Suho dengan anggukkan.
"Tak masalah. Konsepnya bagus. Realistis."komentarnya.
"Inilah salah satu alasan saya meminta Yoongi-ssi terlibat dalam proyek ini. Anda adalah fotografer yang paling paham dengan konsep yang kami inginkan, tidak melulu glamor dan sophisticated."papar Suho.
"Fotografi pada dasarnya adalah menangkap momen-momen kehidupan dengan lensa kamera."ucap Yoongi.
"Saya sangat setuju. Kalau begitu mohon bantuannya."Suho menundukkan sedikit kepalanya.
"Oh iya. Posisi penanggung jawab edisi special ini saya berikan pada Son Seungwan."cetus Suho.
"Sa..saya, Boss?"Seungwan tergagap sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, saya percayakan pada kamu."kata Suho.
Seungwan melihat ke arah Yoongi yang ternyata sedang menatapnya. Ia menatap Suho seakan meminta tolong.
"Semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik."katanya sembari menyunggingkan senyum kecil. Seungwan pun hanya bisa pasrah dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...