7. Impression

426 72 13
                                    

"Wan, cerita please..."rengek Seulgi untuk ke sekian kalinya sejak Seungwan kembali dari makan siang.

"Bagaimana orangnya? Si Iceman itu? Beneran sedingin wajahnya?"cecar Seulgi.

Seungwan menghela napas jengkel. Ia malas menanggapi tapi ia tahu Seulgi tak akan berhenti sampai ia buka mulut.

"Aku tak tahu Seul tapi dia memang tak banyak bicara. Kamu lihat sendiri kan pas rapat tadi?"jawab Seungwan.

"Yaa...tapi selama kalian makan siang setidaknya kamu ngobrol kan dengan dia?"

"Ck...apaan. Dia duduk diam seperti batu. Aku malah ngobrol dengan asistennya,"cibir Seungwan.

"Mwoo?! Kamu hampir satu jam dengan dia tanpa ngobrol apa pun?!"Seulgi hampir berteriak.

"Sstt...kamu berisik Seul. Memang kenyataannya begitu kok. Aku duduk semeja dengan dia tapi mendengar napasnya pun tidak. Dia cuma ngomong pas aku pamit. Itu pun karena aku tak tahan dan ngomong duluan ke dia,"papar Seungwan.

"Waah...berarti benar ya rumor itu. Dia orang yang sedingin es. Kamu bisa mengatasi dia? Tak akan menghambat project kan?"

"Yaah...kita lihat saja. Setidaknya aku bisa tanya ke asisten merangkap 'juru bicara'nya itu,"decih Seungwan.

"Semoga saja ya."

Seungwan mengangguk dan mengalihkan perhatian pada berkas di mejanya.

"Kamu tidak apa-apa kan Wan?" celetuk Seulgi tiba-tiba.

Seungwan mengangkat kepala untuk menatap Seulgi sambil mengerutkan keningnya.

"Jangan pura-pura bodoh. Aku tahu kamu terpengaruh dengan keberadaannya."

"Apaan sih? Aku biasa saja,"bantahnya.

"Kamu  tak bisa membohongiku Wan. Aku melihat reaksimu sewaktu mendengar namanya. Dan kamu bersikap dingin padanya, tidak seperti kamu  yang biasa."

"Kamu berlebihan Seul. Aku tidak merasa begitu,"bantahnya.

"Terserah kamu deh Wan. Tapi kamu tahu kan kalau aku selalu siap jadi pendengar?"kata Seulgi sambil menghela napas pasrah.

"Aku tahu. Makasih Seul,"sahutnya, berusaha menampilkan senyum cerianya.

Seungwan berusaha fokus pada pekerjaan di sepanjang sisa hari itu tetapi ia tetap terganggu dengan ingatan akan Min Yoongi. Seulgi benar bahwa ia bersikap dingin pada lelaki itu. Seungwan yang biasanya akan berusaha mengakrabkan diri pada rekan kerjanya, sedingin atau semenyebalkan apapun orang itu. Berawal dari rapat mereka tadi, Seungwan tidak antusias seperti biasa. Ia lebih banyak diam dan tampak melamun, tidak bertanya apa pun pada sang fotografer. Padahal biasanya Seungwan akan berusaha mengenal dan mengetahui cara kerja fotografer yang menjadi rekannya. Lalu makan siang tadi. Ia tak berusaha berbicara dengan Min Yoongi dan malah bersyukur akan kecerewetan Jungkook. Ia tak tahu apa tepatnya alasannya bersikap seperti itu. Hanya saja kehadiran lelaki itu membuatnya selalu teringat akan Minhyun dan kecelakaan itu. Jantungnya serasa dipukul bertubi-tubi dan hatinya serasa diremas-remas, sakit dan perih. Kesan pertama Min Yoongi di matanya juga tidak membantu. Lelaki itu terlihat begitu angkuh dengan ekspresi datarnya, tipe orang yang biasa memandang rendah  orang lain tapi mendapatkan apa pun yang ia inginkan. Sungguh, Seungwan benci tipe seperti itu.

***

Gadis itu sangat ceria. Itulah kesan yang Yoongi tangkap saat ia pertama melihat foto Son Seungwan dengan wink imutnya seminggu yang lalu. Namun kesan itu lenyap ketika ia bertemu gadis itu di kantor The Velvet beberapa jam yang lalu. Gadis itu begitu dingin dan diam.  Sejak sesi perkenalan oleh Suho, hampir tak ada suara yang berasal dari gadis itu. Ekspresi wajahnya kosong dan bahasa tubuhnya begitu kaku. Masih terpatri dalam ingatannya tatapan dingin yang ia terima sewaktu mata mereka bertemu. Begitu juga sikapnya yang langsung menarik diri menanggapi pemilihan dirinya sebagai penanggung jawab project dan ajakan makan siang Jungkook. Jangan lupa sikap tak ramahnya kala berpamitan di kafetaria.

Masalahnya adalah Yoongi merasa sikap dingin Son Seungwan itu ada hubungannya dengan dirinya. Ia merasa bahwa karakter asli gadis itu memang seperti yang ia duga pertama kali, ceria dan terbuka. Ia bisa melihatnya sekilas dari interaksi gadis itu dengan Jungkook. Walaupun pada awalnya Seungwan tampak terlalu sopan dan menjaga jarak, perlahan ia menjadi santai dan merespon candaan Jungkook. Gadis itu bahkan tersenyum! Dan senyum itu membuat Yoongi melihat adegan slow motion untuk yang kedua kalinya hari itu; yang pertama adalah ketika Seungwan masuk ke ruang rapat. Senyum itu berhasil menggetarkan hatinya dan membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Senyum itu ibarat oase di padang pasir, membuatnya lupa apa tujuannya mencari gadis itu. Namun kemudian kenyataan memukulnya jatuh ketika ia sadar senyum itu tidak ditujukan padanya. Yang diberikan gadis itu padanya bukanlah senyum indahnya melainkan senyum pahit penuh keterpaksaan.









1 April 2018

Hi...I'm back.
Aku update chapter terbaru bertepatan dengan hari pertama di bulan April dengan harapan aku bisa update lebih sering bulan ini.
Makasih untuk teman-teman yang meluangkan waktu membaca cerita ini. Maaf kalau alurnya terasa lambat karena rencananya memang cerita ini akan lumayan panjang. Jadi aku ingin menggambarkan pikiran, perasaan, dan tindakan tokohnya sebaik mungkin. So, mudah-mudahan kalian tetap ngikutin cerita ini, plus ngasih vote dan comment he..he..

Love u,
Uribluebell😘

Love to HealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang