Ternyata Min Yoongi mempunyai sisi rentan. Kondisinya malam itu memberikan gambaran bahwa sesuatu yang dialaminya telah meninggalkan bekas yang lebih dalam daripada yang terlihat di permukaan. Wajah yang pucat semakin pucat dan matanya terlihat nyalang, membelalak tak berkedip memandang pendaran cahaya di langit malam. Mulut yang biasanya terkatup dan hanya mengeluarkan beberapa patah kata itu ternganga dengan suara tercekik keluar dari tenggorokannya.Seungwan hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lelaki yang begitu dingin dan kaku itu memperlihatkan ekspresi mengerikan yang bisa dijabarkan sebagai ketakutan, teror, dan trauma mendalam. Saat itu, Seungwan tak dapat berpikir terlalu jauh tentang penyebab ekspresi ketakutan itu karena sesaat kemudian Min Yoongi terhuyung sambil memegang kepalanya.
"Min Yoongi-ssi? Kau baik-baik saja?"tanya Seungwan dengan cemas. Ia menghampiri lelaki itu dan semakin terkejut dengan keadaannya yang tampak kurang baik. Lelaki itu bersandar pada mobilnya dan tampak terengah-engah.
"Yoongi-ssi! Kau sakit?"tanya Seungwan lagi dengan suara lebih keras. Dengan ragu, ia menyentuh lengan Yoongi.
Yoongi belum merespon, membuat Seungwan semakin cemas.
"Yoongi-ssi, sadarlah." Seungwan mengguncang-guncang lengan Yoongi.
Tiba-tiba Yoongi tersentak dan melangkah mundur. Selama beberapa detik, pandangannya terlihat tidak fokus.
"Kau...tidak apa-apa?"tanya Seungwan lagi.
"Ya...aku baik-baik saja," jawabnya pelan, ada nada ragu pada suaranya.
"Tapi...tadi kelihatannya kau terganggu dengan sesuatu. Kau tak merespon panggilanku" Seungwan tak percaya begitu saja.
"Sungguh. Aku baik-baik saja, Seungwan-ssi. Jangan khawatir."Suga berkata sambil menampilkan senyum menenangkan.
Seungwan tak bisa berkata apa pun lagi. Namun, pikirannya mencatat satu informasi lagi tentang Min Yoongi. Lelaki itu mungkin tak sekeras dan sedingin penampilannya.
***
Drrttt...drrttt...
Ponsel hitam itu bergetar. Yoongi mengambilnya dan memeriksa pesan yang masuk. Matanya membesar membaca siapa pengirimnya.
'Selamat pagi, Min Yoongi-ssi. Aku Son Seungwan. Maaf kalau aku mengganggumu. Mungkin kau akan menganggapku lancang menanyakan ini. Kau baik-baik saja kan?'
Yoongi membaca pesan itu sekali lagi untuk memastikan memang Seungwan-lah pengirimnya. Hatinya membuncah bahagia dan dengan cepat ia pun mulai mengetikkan pesan balasan.
'Selamat pagi, Seungwan-ssi. Aku tidak apa-apa. Terima kasih.'
Setelah pesan terkirim, Yoongi agak menyesal karena sepertinya pesannya terlalu pendek dan kaku.
Tak lama kemudian, ponselnya bergetar kembali.
'Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Maaf aku mengganggu istirahatmu.'
'Tidak apa-apa. Maaf sudah merepotkanmu waktu itu. Aku sudah bangun dari tadi. Terima kasih sudah menanyakan keadaanku.'
Yoongi mengetik balasan dan mengirimnya. Namun, sedetik kemudian mengutuk dirinya sendiri. Apa perlunya memberitahu Seungwan kalau ia sudah bangun?
'Tidak masalah. Kalau begitu, sampai jumpa Senin depan.'
'Ya. Dan terima kasih sekali lagi.'
Yoongi menatap ponselnya cukup lama setelah obrolannya dengan Seungwan berakhir. Ia membaca lagi pesan dari gadis itu berulang kali dan ada perasaan hangat yang menyelusup ke dalam hatinya. Bagi orang lain, mungkin tidak ada yang istimewa dengan obrolan itu tapi bagi Yoongi ini adalah yang pertama kalinya ada seseorang yang cukup peduli untuk menanyakan keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...