Yoongi menatap logo berwarna merah dengan design artistik bertuliskan "The Velvet". Ini adalah kantor redaksi majalah yang memintanya untuk menjadi fotografer edisi special mereka. Di tempat ini pula, orang yang hampir dua bulan ini memenuhi pikirannya, bekerja.
Seorang resepsionis menyambut kedatangan Yoongi dan asistennya, Jungkook, dengan ramah. Mereka segera diarahkan menuju ruang rapat dan diberitahu kalau seseorang sudah menunggu. Sepanjang menuju ruang rapat ia menemukan beberapa hal menarik, mulai dari design ruangan sampai sekilas aktivitas para karyawannya.
"Hyung, kantornya bagus juga ya?"celetuk Jungkook, menyadarkan Yoongi dari pikirannya.
"Hmm..."gumam Yoongi.
"Nyaman dan elegan, kesannya feminim sekali."komentar Jungkook.
"Eh, Hyung belum pernah kerja dengan mereka kan sebelumnya?"
"Hmm..."lagi-lagi Yoongi hanya bergumam.
"Pasti karyawannya kebanyakan perempuan."celoteh Jungkook lagi.
"Wajarlah, The Velvet kan majalah perempuan."komentar Yoongi sebal tapi hanya dalam hati. Dia malas menanggapi ocehan Jungkook yang mirip anak kecil di toko mainan.
"Hyung..hyung..lihat! Barusan di ruangan itu isinya perempuan semua, cantik-cantik lagi."bisik Jungkook heboh.
Yoongi hanya mendecih dan cepat menarik Jungkook yang mundur dan sedang berusaha mengintip ke sebuah ruangan. Beginilah repotnya mempunyai asisten playboy seperti Jungkook. Tak bisa melihat makhluk yang memakai rok, matanya langsung jelalatan.
Tiba di ruangan rapat, mereka berdua disambut oleh seorang lelaki tampan berpakaian rapi tapi kasual.
"Selamat datang di The Velvet, Min Yoongi-ssi. Saya Kim Suho, Chief Editor The Velvet. Panggil saja Suho."katanya ramah sambil mengulurkan tangan.
"Min Yoongi, dan ini asisten saya, Jeon Jungkook."balas Yoongi menyambut uluran tangan Suho.
"Mari, kita masuk saja, Yoongi-ssi."Suho mempersilahkan.
Yoongi mengangguk dan mereka bertiga masuk ke ruangan rapat bernuansa putih dan pink pastel yang elegan. Ruangannya tak terlalu besar. Di tengahnya ada sebuah meja lonjong berwarna putih yang dikelilingi sepuluh kursi bercorak putih dan pink. Seorang gadis sedang meletakkan botol-botol minuman di depan masing-masing kursi.
"Silahkan duduk."kata Suho.
"Terima kasih."
Yoongi dan Jungkook duduk bersebelahan di seberang Suho.
"Joy, tolong panggil semua editor kemari. Rapatnya akan kita mulai."perintah Suho.
"Baik, Boss."gadis bernama Joy itu berlalu dari ruangan. Perhatian Suho kembali pada Yoongi.
"Yoongi-ssi, sebelumnya saya ingin mengucapkan turut prihatin atas musibah yang Anda alami. Saya tak bisa membayangkan mengalami hal mengerikan itu."
"Terima kasih tapi saya lebih suka tidak membicarakannya."ucap Yoongi dingin dan tanpa ekspresi.
"Oh..maaf Yoongi-ssi. Saya tidak bermaksud lancang. Hanya..." Suho menggantung ucapannya.
"Ah, bagaimana pun terima kasih sudah bersedia terlibat dalam proyek kami."Suho mengalihkan pembicaraan tapi matanya yang jeli diam-diam mengamati ekspresi wajah Yoongi yang memang sudah dingin menjadi semakin kaku. Sebenarnya ia tak bermaksud apa pun ketika menyinggung topik sensitif itu. Ia tak menyangka reaksi Yoongi akan sedingin itu. Rupanya lelaki di hadapannya masih sangat terpengaruh oleh peristiwa itu, sama seperti seseorang yang ia kenal. Tiba-tiba ia sedikit menantikan reaksi kedua orang itu ketika mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...