"Selamat pagi, Seungwan-ssi,"ucap Yoongi sambil menatap Seungwan lekat."Ah, selamat pagi juga Yoongi-ssi,"balas Seungwan. Sebuah senyum ramah terukir di bibirnya, mengirimkan sentakan mendebarkan ke jantung Yoongi.
"Good morning, noona! Seperti biasa, noona cantik sekali,"tanpa aba-aba, Jungkook muncul menyuarakan gombalan yang diam-diam diamini oleh Yoongi.
"Pagi, Jungkook-ah. Seperti biasa, mulutmu juga 'manis' sekali ya,"balas Seungwan santai. Lama-lama ia terbiasa dengan perilaku menggoda lelaki yang lebih muda itu.
Sesuai rencana, hari itu mereka melakukan sesi wawancara dan pemotretan lanjutan bersama Choi Inha di salah satu restoran milik wanita tua itu.
Kali ini, secara alami mereka bekerja lebih baik karena komunikasi antara Seungwan dan Yoongi sudah lebih cair. Sebelumnya, Jungkook seakan berperan sebagai penghubung di antara mereka.
"Yoongi-ssi, menurutmu sebaiknya kita mengambil gambar Bu Inha dulu atau para karyawan?"tiba-tiba Seungwan bertanya pelan. Yoongi yang sedang menyiapkan kamera agak terkejut dengan pertanyaan itu karena di pemotretan sebelumnya Seungwan tak pernah melakukannya.
"Semakin siang para karyawan akan sibuk. Menurutku, mereka dulu,"jawab Yoongi tenang.
"Hmm...kau benar. Wawancara singkatnya sekalian saja. Pengambilan foto aku percayakan padamu,"lanjut Seungwan sambil tersenyum manis. Ia lalu mengalihkan perhatian pada buku catatan di tangannya.
"Untuk aktifitas selama bekerja, pemotretan candid kan?"Seungwan menyeletuk lagi.
"Ya, aku berencana begitu."Yoongi terkejut untuk kedua kalinya.
"Bu Inha akan menunjukkan dapur restoran. Apa kau perlu pengaturan tertentu? Pencahayaan?"tanya Seungwan lagi. Matanya terfokus pada Yoongi sembari sesekali mengecek catatannya.
Yoongi hampir tak mempercayai telinganya. Ia merasa menjadi narasumber dadakan.
"Itu bagian Jungkook. Tenang saja,"jawabnya.
"Kalau begitu, aku ke kantor Bu Inha dulu, ada yang mau kutanyakan. Setengah jam lagi siap kan?"tanya Seungwan sambil agak memiringkan kepalanya, bibirnya agak mengerucut. Yoongi merasa itu sangat menggemaskan.
"Hmm..."
Seungwan pun berlalu dari hadapannya. Yoongi menarik napas, merasa agak kewalahan dengan perubahan drastis Seungwan. Kesan pertama yang ia tangkap sewaktu melihat foto gadis itu akurat. Karakter asli Seungwan adalah ceria, ramah, dan mudah bergaul, mungkin sedikit cerewet juga.
"Hyung, kata noona sebaiknya sesi pemotretan aktifitas para karyawan dilakukan terlebih dulu. Jadi, nanti siang tinggal pemotretan candid,"mendadak Jungkook muncul dari belakangnya.
"Hmm. Tadi dia sudah memberitahuku."
"Jinjja? Kapan? Bukan, bagaimana bisa kalian mengobrol?"tanya Jungkook terkejut.
"Kami punya mulut,"ucap Yoongi.
"Ani. Maksudku, selama ini aku berperan menjadi juru bicara kalian. Aaah...aku tahu. Kalian sudah gencatan senjata ya?"kata Jungkook.
Yoongi tak merespon. Tangannya sibuk dengan kameranya, mengatur fokus dan mencari sudut terbaik.
"Berarti kau berhasil minta maaf waktu itu? Aku benar kan? Minta maaf itu lebih cepat lebih baik,"oceh Jungkook bangga.
Yoongi menulikan telinganya dan tetap memusatkan perhatian pada kameranya.
"Pindahkan tripod-nya ke sebelah sana,"Yoongi memerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...