Yoongi membuka kedua matanya perlahan dan sedikit bingung dengan keadaan dirinya. Posisi tubuhnya terbaring miring dengan kepala menyentuh permukaan yang terasa dingin. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya dan samar-samar melihat benda besar berwarna putih yang terbelah mengerikan dilalap si merah yang berkobar-kobar.Yoongi menggerakkan tubuhnya, mencoba bangkit hanya untuk merasakan sengatan rasa sakit di sebelah kanan dada dan perutnya. Ia berhasil duduk dan tangannya meraba daerah yang sakit. Cairan lengket berbau besi keluar dari sana. Tanpa melihat pun ia menyadari kalau dirinya terluka.
Sebuah suara erangan mengalihkan perhatian Yoongi. Ia menajamkan penglihatan dan pendengarannya. Dengan susah payah ia memaksa tubuhnya untuk berdiri. Cahaya yang berasal dari kobaran api membantunya untuk melihat lebih jelas ke sekitarnya.
Min Yoongi, lelaki yang hampir tak pernah menyebut nama Tuhan seumur hidupnya, tanpa sadar menggumamkan nama-Nya berkali-kali tatkala ia melihat pemandangan di depan matanya. Tubuh-tubuh hangus yang bergelimpangan, sebagian besar sudah tak berbentuk. Bau daging yang terbakar berbaur dengan bau amis darah. Hembusan udara panas dan asap pekat menyengat kulitnya dan memerihkan netranya. Ia baru tersadar kalau sesuatu yang sangat mengerikan sudah terjadi. Bulu kuduknya merinding, seolah bereaksi terhadap hawa gelap sang kematian yang menyelimuti tempat itu. Lalu seakan itu belum cukup, tiba-tiba sebuah dentuman menggelegar memekakkan telinganya.
Duar!!!
Dan benda besar berwarna putih yang terbelah itu pun meledak, hancur berkeping-keping di hadapannya.
Kelopak mata Yoongi terbuka tiba-tiba. Engahan napasnya tertahan seakan ada sebongkah batu besar menindih dadanya. Tangan kanannya mengepal kaus tidurnya, tepat di bagian dada sebelah kanan. Sekujur tubuhnya menegang seperti kawat yang diregangkan. Yoongi terpaku dalam keadaan seperti itu selama hampir tiga menit.
Dengan susah payah, Yoongi memaksa tubuhnya untuk bangun dan meraih segelas air di meja samping tempat tidur, meminumnya dengan rakus. Pikirannya kembali pada mimpi itu. Mengapa mimpi itu datang lagi? Apa karena kejadian itu?
***
Hari sebelumnya...
Yoongi melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu masuk The Velvet. Ia hampir terlambat. Siang ini ia sudah menjadwalkan pertemuan dengan Seungwan sehubungan dengan hasil pemotretan tempo hari.
Resepsionis di lobi langsung mempersilahkannya untuk langsung menuju ruang kerja Seungwan. Langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan 'Son Seungwan - Senior Editor'. Ia menarik napas panjang sambil menenangkan debar di dadanya lalu mengetuk pintu itu.
"Masuk."Suara lembut Seungwan mempersilahkan.
"Oh, Yoongi-ssi. Kau sudah datang. Silahkan duduk,"sapa Seungwan ramah. Senyum manis tersungging di bibirnya, memberi kesejukan di relung hati Yoongi.
"Terima kasih,"balas Yoongi, menempatkan dirinya di hadapan Seungwan.
"Kita langsung saja ya? Aku sudah membuat storyline untuk artikel Choi Inha jadi sekarang ti ggal memilih foto-foto yang cocok untuk melengkapinya,"ucap Seungwan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...