"Kerja yang bagus. Terima kasih semuanya!"
Seseorang menyerukan hal itu dan Min Yoongi menarik napas lega. Ia menurunkan kamera dan mengecek hasil jepretan terakhirnya.
"Waah...sesi yang hebat. Yeoksi, fotografer terbaik selalu bisa diandalkan. Kau belum kehilangan sentuhanmu, Min Yoongi-ssi,"ucap seorang wanita sambil berjalan menghampiri. Dia adalah model yang baru saja menyelesaikan sesi pemotretan.
Yoongi hanya menanggapi pujian itu dengan seringaian tipis di bibirnya. Matanya kembali terfokus pada kamera di tangannya.
"Senang kau kembali. Kuharap ini bukan kerja sama kita yang terakhir." Sang model mendekat dengan sikap tubuh yang menggoda.
Yoongi mendecih sinis dengan seringai meremehkan.
"Tapi ini memang yang terakhir. Aku sangat beruntung."
Wajah si model menunjukkan raut kecewa tapi ia tidak menyerah.
"Kenapa? Apa poseku kurang bagus?" Wanita sebelum tiba-tiba mendekatkan tubuhnya ke arah Yoongi lalu berbisik.
"Aku bisa menunjukkan pose yang lebih menantang. Hanya untukmu." Tangan wanita itu terulur membelai dada Yoongi.
Wajah Yoongi seketika menggelap dan matanya menampakkan sorot jijik.
"Singkirkan tanganmu."
Sang model terkejut melihat raut wajah Yoongi tapi nada dingin di suaranyalah yang membuatnya refleks menarik tangannya.
"Kau bertanya kenapa ini yang terakhir? Salah satu alasannya, kau baru saja menjawabnya sendiri,"ucap Yoongi. Ia melangkah pergi dari studio itu, meninggalkan sang model yang merah padam seperti habis ditampar.
Yoongi langsung masuk ke kantornya lalu menghempaskan tubuh di kursi. Mood-nya yang sudah buruk semakin buruk gara-gara insiden dengan si model. Ini bukan yang pertama kali; model atau partner kerjanya menggoda secara halus atau pun terang-terangan. Bahkan ia terlalu sering mengalaminya. Hal ini merupakan sisi bobrok dunia yang ia geluti. Ia tahu banyak fotografer yang tak keberatan menikmati hal itu, simbiosis mutualisme, kata mereka. Namun, intinya tak lebih dari ajang mengumbar nafsu semata.
Tok...tok...
"Hyung, ada tamu untukmu." Tiba-tiba Jungkook melongokkan kepalanya di ambang pintu.
Yoongi yang sedang bersandar mengangkat sedikit kepalanya.
"Siapa?"
"Coba tebak." Jungkook menyengir jahil tapi Yoongi sedang tak ingin bermain-main.
"Ck... suruh datang lain kali." Yoongi kembali menyandarkan kepalanya.
"Tapi...ini Seungwan noona."
Yoongi langsung mengangkat kepalanya lagi, membuat Jungkook terkekeh geli.
"Aku suruh ke sini saja?"tanya Jungkook.
Yoongi berdehem lalu mengangguk.
***
Tak lama kemudian, sosok Seungwan muncul di ruangan itu. Gadis itu tampak ragu-ragu mendudukkan dirinya di sofa hitam milik Yoongi.
"Maaf aku datang tanpa memberitahumu. Apa aku mengganggu?" Seungwan membuka suara setelah Yoongi duduk di depannya.
"Tidak. Aku baru saja selesai."
"Aah...begitu rupanya." Seungwan mengangguk-anggukkan kepalanya. Keduanya terdiam, suasana canggung melingkupi mereka.
"Hm...ada yang bisa kubantu?" Akhirnya Yoongi bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...