"Ini bukan salahmu. Bukan salah siapa pun."Ucapan Seungwan terus terngiang di telinganya. Ekspresi sedih, kilauan air mata, dan senyuman getir tapi penuh keikhlasan gadis itu adalah pemandangan yang tak mungkin ia lupakan. Sulit dipercaya kalau orang yang sama kini menatapnya dengan ekspresi berbinar-binar.
"Bagaimana menurutmu, Yoongi-ssi?" tanya Seungwan menuntut jawaban. Yoongi masih bungkam karena tak menyangka gadis itu akan mengajaknya ke tempat ini.
Setengah jam yang lalu, mereka meninggalkan kafe. Seungwan berkata akan pergi ke suatu tempat dan Yoongi bersikeras mengantarnya. Hasilnya, di sinilah ia sekarang.
"Aku meminta pendapatmu."
"Tapi...kenapa aku?"
"Karena kau yang ada di sini."
Yoongi menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Mungkin yang merah."
"Hmm...yang merah ya? Baiklah. Kalau tidak salah, oppa belum punya," gumam Seungwan.
Yoongi mendengar gumaman itu dan rasa ingin tahu terbit di hatinya. Siapa yang dimaksud 'oppa' itu?
"Yoongi-ssi. Ayo."
"Oh...sudah selesai?"
"Iya. Berkatmu, aku bisa cepat memutuskan." Seungwan tersenyum penuh terima kasih.
Benarkah? Ia hanya memilih warna.
"Bagi wanita, memilih warna yang mana yang lebih bagus bisa lebih sulit daripada memilih pacar. Aku percaya kau punya 'mata' yang bagus," kata Seungwan ceria, seolah membaca pikirannya.
Untuk sesaat, Yoongi mengira Seungwan benar-benar memuji matanya karena gadis itu berkata sambil menatapnya lekat, membuat dirinya salah tingkah.
"Sebenarnya kakakku sebentar lagi ulang tahun. Yang tadi untuknya."
Ooh... untuk kakaknya. Yoongi lupa Seungwan punya kakak lelaki.
"Terima kasih sudah membantu dan mengantarku." Seungwan tersenyum lagi.
"Tak masalah. Sekarang langsung pulang?"
"Ya. Aku akan naik taksi."
"Aku akan mengantarmu," ucap Yoongi cepat.
"Jangan. Aku tidak mau merepotkanmu lagi."
Tanpa berkata apa pun, Yoongi mengambil alih kantung plastik belanjaan Seungwan dan berjalan menuju tempat parkir.
***
"Kau pulang dengan siapa?" tanya ibunya ketika Seungwan masuk.
"Dengan... teman." Seungwan sedikit bingung menjawab pertanyaan itu. Apakah Min Yoongi sudah bisa dikategorikan sebagai teman?
Sang ibu tersenyum melihat raut bingung yang tergambar di wajah putrinya.
"Teman baru ya? Eomma belum pernah melihat mobilnya."
"Ya...bisa dibilang begitu."
"Eomma, mungkin itu calon pacarnya eonni." Tiba-tiba Yerim turun dari tangga dengan senyum jahil di bibirnya.
"Apa sih Yer? Sok tahu kamu."
"Aku setuju 30% kalau dia jadi pacarmu." Yeri tak menggubris perkataan Seungwan.
"Kenapa hanya 30%?" tanya ibunya menimpali.
"Mobilnya lumayan bagus. 70% sisanya untuk wajah dan sifatnya. Aku harus melihatnya dulu." Yeri berlagak memperhitungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
FanfictionPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...