22. Obscure

430 64 18
                                    

Min Yoongi melajukan mobilnya perlahan melewati pintu gerbang yang terbuka lebar menyambut kedatangan mereka. Seungwan sedikit terkejut ketika lelaki itu membawanya ke sini. Dalam bayangannya, tempat yang dimaksud Yoongi mungkin sebuah penginapan atau hotel, bukan sebuah rumah.

"Tunggu sebentar," kata Yoongi sebelum keluar dari mobil. Seorang lelaki paruh baya terlihat keluar tergopoh-gopoh menghampiri Yoongi. Mereka tampak berbicara sebentar lalu Yoongi kembali ke mobil.

"Seungwan-ssi, ayo turun." katanya, sambil membuka pintu penumpang.

Seungwan menurut dan mengikuti Yoongi masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara.

Rumah itu besar; bergaya tradisional didominasi bahan kayu dan warna-warna gelap. Tampaknya cukup terawat meskipun dekorasi dan furniturnya agak ketinggalan jaman.

Mereka disambut seorang wanita tua dan lelaki paruh baya yang tadi berbicara dengan Yoongi.

"Ini Paman Kang dan istrinya, Bibi Ahn." Yoongi memperkenalkan mereka.

"Annyeong haseyo. Saya Seungwan. Maaf harus merepotkan Paman dan Bibi." Seungwan membungkuk hormat.

"Ah...tidak sama sekali. Tidak usah menghormat seperti itu. Kalau Nona membutuhkan sesuatu, bilang saja pada kami." Lelaki tua yang disebut Paman Kang itu balas membungkuk dengan canggung.

"Jangan memanggil nona. Seungwan saja," sergah Seungwan sambil tersenyum.

"Saya sudah menyiapkan teh hangat. Silahkan diminum," ucap perempuan tua yang dipanggil Bibi Ahn. Ia bergerak menuangkan teh ke cangkir yang sudah tersedia di meja.

"Duduklah, Seungwan-ssi. Teh madu buatan Bibi Ahn sangat enak." Yoongi duduk dan langsung mengambil cangkir yang disodorkan Bibi Ahn.

Seungwan melakukan hal yang sama dan mencoba menyesap teh itu. Rasanya memang sangat enak dan memberi efek menghangatkan tubuh dengan cepat.

"Wah, enak sekali."

"Silahkan cicipi kuenya juga. Saya ke belakang sebentar untuk menghangatkan sup. Anda berdua pasti lapar."

"Tidak perlu repot-repot Bi. Ini sudah cukup."

"Tapi aku lapar. Terakhir kita makan jam 3 sore," celetuk Yoongi.

Bibi Ahn tersenyum dan meninggalkan ruang tamu.

"Saya akan menyalakan pemanas air. Mungkin Anda ingin mandi nanti," kata Paman Kang yang disetujui oleh anggukan Yoongi.

Setelah Paman Kang pergi, ruang tamu hanya diisi dengan keheningan. Seungwan diliputi rasa penasaran. Ia merasa ada beberapa hal yang janggal. Awalnya ia mengira Paman Kang dan Bibi Ahn hanyalah kenalan biasa tapi menilai sikap yang penuh hormat kedua orang itu kepada Yoongi dan dirinya, ia tidak yakin. Meskipun tak terlalu kentara, Seungwan mengenali aura penuh otoritas dari lelaki itu.

"Seungwan-ssi, mau tambah tehnya?"

"Ya, tapi biar aku saja." Seungwan tersenyum. Tangannya meraih poci teh lalu menuangkan isinya ke cangkirnya.

"Kita mungkin baru bisa pulang besok pagi. Kau sudah memberitahu keluargamu?" celetuk Yoongi.

"Sudah. Mereka setuju kita tidak melanjutkan perjalanan. Di Seoul juga salju turun sangat lebat. Padahal ini salju pertama."

"Hmm...tidak biasanya selebat ini." Yoongi mengangguk tapi pandangannya mengedar perlahan ke seluruh penjuru ruangan, seakan mencoba mengingat satu persatu benda yang ada di sana.

"Maaf, Yoongi-ssi. Kalau boleh aku tahu, ini rumah siapa?" tanya Seungwan hati-hati.

Ada jeda sesaat sebelum lelaki itu menjawab.

Love to HealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang