Di sebuah rumah besar ber-design minimalis, seorang lelaki duduk terpekur di kursi berlengan berwarna hitam. Di meja besar di hadapannya sejumlah kertas dan foto berserakan. Cukup lama ia memandangi kertas-kertas dan foto-foto itu sampai matanya kembali terpaut pada selembar foto yang menampakkan seorang gadis.
Sebenarnya tak ada yang terlalu istimewa dengan foto gadis itu. Hanya seorang gadis yang berpose lucu, tersenyum dan melakukan wink. Namun, entah mengapa sejak ia pertama kali melihatnya setengah jam yang lalu, perhatiannya selalu saja kembali pada foto itu.
Diraihnya foto itu dan ditatapnya lekat sosok gadis yang terpampang di sana.Ingatannya melayang pada berminggu-minggu waktu yang ia habiskan untuk mendapatkan sekelumit informasi tentang si gadis di dalam foto. Rasa tak tenang karena urusannya yang belum selesai dengan gadis itu mengalahkan rasa sakit yang ia derita akibat peristiwa mengerikan yang ia alami. Dengan tak sabar, ia menyuruh orang mencari informasi mengenai seorang gadis yang memiliki hubungan dengan salah seorang korban peristiwa naas itu. Bukan hal yang mudah karena korban tidak sedikit, ada sekitar seratus orang. Yoongi hanya bisa mempersempit pencariannya dengan melihat umur para korban. Lelaki itu masih muda, mungkin seumuran dengannya. Pihak yang berwenang juga tak sembarang memberikan informasi korban, tak ada foto yang dipublikasikan, hanya nama dan umur. Waktu itu orang suruhannya mengajukan tiga orang nama korban yang paling memungkinkan sampai akhirnya sebuah nama yang ia cari muncul sebagai orang terdekat salah satu dari tiga korban itu, Son Seungwan. Seungwan adalah nama yang disebutkan oleh lelaki yang terbaring berlumuran darah di antara puing-puing pesawat itu. Pada gadis itu, ia harus menyampaikan pesan terakhir lelakinya, lelaki yang di penghujung nafasnya memberikan benda yang kini ada dalam genggamannya. Calon suami gadis itu, Hwang Minhyun.
***
Drrrtttt... Drrrtttt...
Ponsel berwarna hitam di samping kanan Yoongi bergetar. Yoongi menaruh foto Seungwan dan meraih ponselnya. Di layar tertera nama "Kim Namjoon" dan ia pun menerima panggilan itu."Wae, Namjoon-ah?"
"Ya, sudah kuterima satu jam yang lalu."
"Aku sudah melihatnya sedikit. Sepertinya kita sudah menemukannya."
"Sementara informasi ini cukup. Kau tak perlu mencari lagi. Tapi siap saja kalau tiba-tiba aku hubungi."
"Eoh, gomawo."
Yoongi memutuskan panggilan dan kembali fokus pada meja di depannya. Sekarang ia beralih pada beberapa kertas berisi informasi pribadi Son Seungwan, keluarga dan pekerjaan. Orangtuanya masih lengkap, ditambah seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Ada sedikit perasaan lega menyelinap di hatinya mengetahui fakta ini. Selanjutnya ia membaca informasi mengenai pekerjaan. Mata sipitnya sedikit memicing saat membaca tempat di mana gadis itu bekerja. Ia berpikir ini kebetulan yang aneh atau memang keberuntungan sedang berada di pihaknya. Dengan penuh tekad diraihnya kembali foto Son Seungwan dengan tangan kanannya, ditatapnya lekat-lekat sementara seuntai gelang platina ia genggam erat di tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
Hayran KurguPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...