19. Sorrow

282 64 36
                                    


"Mimpi yang mengerikan."

Seungwan menahan napas ketika mendengar ucapan Yoongi.

"Aku mengalaminya beberapa kali. Selalu sama. Dentuman keras dan cahaya yang berpendar."

Yoongi bercerita dengan suara pelan dan monoton tapi Seungwan bisa merasakan ketegangan melingkupinya.

"Asap menggumpal dan api. Bau hangus di udara."

Seungwan mendengarkan dengan saksama. Itu hampir sama dengan mimpinya.

"Mataku perih...napasku sesak. Benda itu ada di sana. Hancur berkeping-keping."

Suara Yoongi bergetar dan matanya menatap kosong, persis yang  Seungwan saksikan di malam kembang api itu. Wajah lelaki itu menjadi pias. Ya Tuhan...

Secara naluriah, Seungwan bergeser mendekat ke arah Yoongi.

"Setelah itu, tak ada suara apa pun. Hanya angin, api." Nada suara Yoongi seperti diselimuti ketakutan.

Seperti terhipnotis, tangan Seungwan terulur, menyentuh lengan jaket Yoongi dengan lembut.

"Aku sendirian." Suara Yoongi seperti tercekik.

"Aku pikir begitu. Tapi...aku salah." Suara Yoongi semakin bergetar, Seungwan semakin mendekat.

"Aku...melihat neraka." Yoongi memejamkan mata. Tangannya yang gemetar terangkat, menutupi wajahnya. Tak lama, pundak lelaki itu pun mulai bergetar.

Seungwan terpaku melihat pemandangan itu. Oh...tidak..Ya Tuhan...itu mengerikan.

Tanpa pikir panjang, Seungwan melingkarkan tangan kanannya di punggung Yoongi yang membungkuk, mengusapnya lembut beberapa kali, memberikan penghiburan. Sementara itu, pikirannya berkecamuk, membayangkan betapa menakutkannya pemandangan yang dilihat oleh lelaki itu. Mimpinya tak seberapa dibandingkan mimpi Min Yoongi. Bukan, ia yakin itu bukan sekedar mimpi. Lelaki itu menceritakan apa yang benar-benar dialaminya. Min Yoongi ada di tengah-tengah neraka itu sendiri.

"Mereka...mereka berserakan. Oh...Tuhan...mereka..."

"Ssshhhh...sudah...tak usah kau ceritakan lagi...." Seungwan semakin mengeratkan pelukannya pada punggung Yoongi. Hatinya terasa pilu dan sebuah gumpalan tak kasat mata mulai memenuhi dadanya, membuat matanya memanas dan tergenang.

Yoongi masih menenggelamkan wajahnya dan Seungwan masih mengusap lembut punggungnya. Menit demi menit berikutnya berlalu tanpa ada yang berbicara.

"Aku membuatmu mengingatnya lagi. Maaf,"bisik Seungwan lirih.

Tak ada tanggapan. Sekitar lima menit kemudian, barulah pundak Yoongi berhenti bergetar. Lelaki itu mengusap pelan wajahnya lalu menengadah, membuat Seungwan menghentikan usapannya.

"Kau mendengarkan sesuatu yang mengerikan,"ucap Yoongi terdengar parau.

"Terima kasih," tambahnya sambil menunduk, menatap tangan Seungwan yang masih bertengger di punggungnya.

Seungwan refleks menarik tangannya dan memalingkan muka dengan canggung. Rasa panas merambat di kedua pipinya.

"Apa kau kembali mengingat mimpimu?"tanya Yoongi pelan. Seungwan terpaksa menatapnya kembali.

"Sedikit. Tapi aku bisa mengatasinya." Seungwan tersenyum tipis.

"Bukan maksudku..."

"Tidak. Aku yang harusnya minta maaf. Aku dengan lancangnya memintamu menceritakan itu,"sergah Seungwan, tak ingin Yoongi merasa bersalah.

Love to HealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang