Retta mulai luluh. Hatinya berhasil disentuh oleh Nic. Pria yang mengaku sudah tobat menjadi seorang playboy sejak ia tahu akan memiliki seorang anak.
Retta mulai menyerahkan sebagian ruang kosong dihatinya untuk diisi dengan cinta dan kasih sayang yang diberikan Nic. Tak sepenuhnya. Karena masih ada ragu dalam hatinya. Bukan pada Nic tapi pada kelanjutan hubungannya. Tentang restu yang belum ia dapat dari orangtuanya, dari orangtua Nic, bahkan dari Samantha sahabatnya.
Retta menyembunyikan kisahnya dengan Nic dari Samantha. Bukannya tak mau berbagi cerita bahagia, hanya saja Retta tau betul bagaimana perasaan Samantha kepada Nic. Ia tak ingin mematahkan hati Samantha. Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semua yang telah terjadi kepada Samantha.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Suara Nic mengintrupsi lamunan Retta. Ia memalingkan wajahnya, menatap Nic yang duduk bersila disampingnya. "Minum susu dulu." Nic menyerahkan segelas susu hangat pada Retta. Dengan senang hati Retta meneguk isinya hingga tandas.
Nic suka memberikan perhatian kecil pada Retta. Seperti membuatkan susu disetiap pagi dan malam hari. Serta mengusap perut Retta yang mulai membuncit adalah hobi baru Nic. Kegiatan mengusap perut itu akan berlanjut dengan bercerita. Nic suka sekali menceritakan banyak hal pada calon anaknya. Mulai dari cerita masa kecilnya hingga bagaimana keras dan galaknya Retta pada Nic. Namun kegiatan itu tak bisa dilakukan Nic setiap hari. Retta masih suka mual dan marah-marah setiap Nic mendekatinya.
Tapi hari ini sepertinya jadi hari keberuntungan bagi Nic. Tanpa ia meminta terlebih dulu Retta sudah memintanya. Nic diminta untuk meluruskan kakinya. Pahanya dijadikan bantalan oleh Retta yang ingin berbaring. Memunggungi Nic.
"Pengen dielus-elus." Pinta Retta membawa tangan Nic pada perutnya.
"Dengan senang hati sayang." Nic mulai mengusap pelan perut Retta. Bersenandung menyanyikan lagu anak-anak untuk calon anaknya.
"Nic."
"Hm."
"Nic."
"Apa?"
"Aku ngantuk."
"Tidur aja. Tinggal tutup mata apa susahnya?"
"Nggak mau." Retta mengubah posisinya, kini ia bisa melihat langsung wajah tampan Nic. "Aku pengen lihat kembang api."
"Inikan masih sore mana ada kembang api? Sekarang tidur aja dulu nanti pas tengah malam aku bangunin." Kata Nic. Sekarang bukan hanya perut Retta yang diusap tapi juga dahi Retta. Membuat Retta semakin mengantuk.
"Nic." Panggil Retta dengan mata terpejam.
"Apalagi?" Geram Nic.
"Kok marah sih?" Rajuk Retta membuka kembali matanya. Menatap Nic dengan mata berkaca. "Aku ngeselin ya?"
Ingin hati Nic mengiyakan pertanyaan Retta, tapi logika mencegahnya. Jika Nic mengiyakan bisa saja Retta malah marah padanya. Lebih baik kalau cuma marah, kalau sampai nangis Nic bisa kelimpungan sendiri menenangkan Retta.
"Enggak kok. Kamu kan cantik, baik, pemaaf. Mana mungkin ngeselin."
Cubitan justru diterima Nic usai memuji Retta. Bukan jenis cubitan manja tentunya. Karena Nic sampai mengaduh kesakitan. "Bohong ya?" Tuduh Retta.
Cup.
Nic mengecup bibir Retta. Pusing mendengar rengekan Retta, selalu salah dimata Retta membuatnya gemas. Dan ternyata sebuah kecupan mampu membuat Retta diam seribu bahasa dengan pipi merona.
"Kenapa pipimu memerah? Alergi atau mau lagi?" Goda Nic.
Sekian detik setelah sadar dari kecuapan yang diberikan Nic, Retta memeganggi pipinya yang terasa hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever We [SELESAI]
Romance(Beberapa part diprivate untuk followers) Hanya karena kesalahan satu malam, Claretta harus menanggung beban seumur hidupnya. Ia hamil. Diluar nikah. Dinegara orang. Tanpa pasangan. Lalu bagaimana dengan kuliah yang sedang ditempuh oleh Retta? Bagai...