Kejutan malam itu tak berhenti disana. Ketika orang tua Nic mengenalkan Retta sebagai menantunya. Setelah kembali ke kediaman mereka, Retta kembali mendapatkan kejutannya. Saking terkejutnya tanpa sadar ia berlari memasuki apartemennya. Menghampiri setiap barang yang ditata begitu rapi di atas meja. Semua yang ada di sana adalah perlengkapan bayi yang sedari kapan selalu ditanyakan Retta kapan mereka akan membelinya. Nyatanya tanpa sepengetahuan Retta Nic lebih dulu membelikan itu semua. Bahkan semua barang itu keluaran merek ternama.
"Ini semua untukku?"
"Iya. Untukmu dan baby kita. Apa kau suka?" Nic tak bisa tak tersenyum ketika melihat binar kebahagiaan terpancar dari mata Retta. "Aku mencintaimu." Bisik Nic ketika ia sudah memeluk Retta dari belakang.
"Kalau dari awal aku tau kau anak orang kaya aku pasti akan menguras habis hartamu Nic." Tawa Retta pecah ketika mengutarakan niatannya itu.
"Hei! Balas ungkapan cintaku. Kenapa kau malah membahas harta orangtuaku?" Kesal Nic tapi tak melepaskan pelukannya.
Retta menoleh kesamping kanan, tepat dimana kepala Nic bersandar dibahunya. "I love you Nicolas. Aku bersyukur bisa menemanimu dari bawah. Mendoakan kesuksesanmu, menantikan hasil kerja kerasmu. Aku bangga padamu. Terimakasih... Terimakasih telah menjadi yang terbaik untukku dan anak kita. Aku tau aku tak layak untuk semua ini, tapi bersamamu... Kau membuatku menjadi pantas Nic."
Nic menjawab semua itu dengan ciuman lembut dan hangat pada bibir Retta. Melampiaskan rasa syukurnya memiliki istri yang luar biasa lain daripada yang lainnya.
***
Pagi ketika Retta membuka mata dari lelapnya tidur yang ia rasakan bukanlah bahagia seperti biasanya. Padahal apa yang selalu membuatnya bahagia dipagi hari masih sama ia alami. Nic masih memeluknya possesif, Retta masih bisa mengagumi ketampanan suaminya itu, masih bisa merasakan tendangan dari buah hatinya yang aktif. Tapi entah mengapa semua itu terasa tidak cukup untuk membuat Retta bahagia seperti hari-hari sebelumnya. Ada rasa yang tak mampu dipahami oleh hatinya. Dan itu berhasil membuat Retta murung pagi ini.
"Kenapa gelisah?" Suara serak-serak seksi khas bangun tidur dari Nic membuat Retta menegang ditempat. Ia pikir Nic masih terlelap dalam tidurnya karena ini masih terlalu pagi untuknya bangun.
"Ini masih jam lima Nic, tidurlah kembali."
Nic semakin mengeratkan pelukannya. Membiarkan kulit mereka saling bersentuhan, menyalurkan kehangatan. "Ceritakan padaku apa yang kau pikirkan Retta."
"Apa kau merasakan apa yang aku rasakan?"
"Merasakan apa?"
"Terus kenapa kau tau kalau aku sedang gelisah?"
"Mungkin ini yang dinamakan ikatan batin. Tapi aku bukan peramal atau psikolog yang bisa menganalisa isi otakmu. Jadi ceritakan padaku apa yang membuatmu gelisah?"
Retta memutar badannya menghadap Nic. Melakukan rutinitas pagi yang selalu ia lakukan selama tidur seranjang dengan Nic, mengusap rahang kokoh Nic kemudian mendaratkan kecupan di kening dan juga bibir Nic.
"Aku takut menghadapi kelahiran anak kita." Jujur Retta setelah menyelesaikan rutinitas paginya.
"Kenapa?"
"Aku... Aku pikir aku telah menjadi anak durhaka Nic. Dan kau tau bila seorang wanita telah durhaka pada ibunya biasanya ia akan menerima karma itu ketika ia memiliki anak. Aku... Aku takut Nic. Aku telah membohongi ibuku. Mengecewakan keluargaku. Aku..." Tangis Retta pecah saat itu juga. Rasa bersalah yang bersemayam dalam hatinya kini menguak kembali kepermukaan. Padahal selama ini ia telah melupakan itu karena ada Nic yang selalu menenangkan dirinya. Tapi sekarang kenapa itu tak berhasil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever We [SELESAI]
Romance(Beberapa part diprivate untuk followers) Hanya karena kesalahan satu malam, Claretta harus menanggung beban seumur hidupnya. Ia hamil. Diluar nikah. Dinegara orang. Tanpa pasangan. Lalu bagaimana dengan kuliah yang sedang ditempuh oleh Retta? Bagai...