"Retta."
"Hm."
"Kau sudah tidur?"
Retta mencubit lengan kekar Nic yang melingkari pinggangnya. "Bocah gemblung! Kalau aku tidur mana mungkin aku menyahut Nic?!"
Nic terkekeh. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Retta.
"Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Mata Retta yang semula terpejam kini menjadi terbuka lebar. Nic menyadari perubahan gestur tubuh Retta yang menegang, menguatkan dugaan bila Retta tengah membohonginya.
"Retta?"
Retta membalik badan. Mengadu pandang dengan Nic. Ia mengedipkan mata berulang kali ketika menyadari seberapa dekat dirinya dengan Nic kali ini. Terasa lebih intim. Itu membuat Retta menjadi grogi. Jantungnya berdegup dengan kencang. Pipinya memanas sewaktu Nic melemparkan senyuman manis menggoda. "Cie... yang blushing. Terpesona?" Goda Nic menaik turunkan alisnya.
"Ge-er!" Kesal Retta menutupi wajah jahil Nic dengan telapak tangannya.
Tawa Nic pecah. Kerenyahan tawanya mengisi kesunyian kamar mereka.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Nic kembali serius ketika tawanya berhenti. "Mau jujur atau aku paksa jujur?"
Retta menghela napas sejenak kemudian menatap manik mata Nic. Mata yang membuatnya terhipnotis. Bukannya segera menjawab tanya Nic Retta justru menyusuri lekuk wajah Nic dengan jari telunjuknya.
"Retta...." Nic memejamkan mata. Memanggil nama Retta dengan suara mendesah. Tak bisa ia pungkiri bila sentuhan Retta mampu menaikkan gairahnya.
"Hm."
"Jangan cuma wajah, sentuh sampai bawah." Pinta Nic masih dengan mata terpejamnya. Ia menikmati perlakuan Retta.
"Ngarep!" Kata Retta mengapit puncak hidung Nic dengan jemarinya. Nic langsung membuka mata, mengerang kesakitan.
"Jahat!" Rajuk Nic mencebikkan bibirnya. Tanganya ia ulurkan untuk mengusap puncak hidungnya yang memerah.
Retta menyingkirkan tangan Nic. Lalu mengecup puncak hidung Nic secepat kedipan mata. Membuat Nic melongo tak percaya.
"Aku mau jujur Nic. Beberapa hari terakhir ini aku bekerja di toko bunga Mrs. Anthony." Aku Retta. Nic tak merespon karena masih terperangah dengan tindakan Retta tadi.
"NICOLAS! IJINKAN AKU BEKERJA DITOKO BUNGA MRS. ANTHONY!" Teriakan Retta menyadarkan kembali Nic. Ia langsung menutup kedua telinganya diawal teriakan Retta.
"Kau bekerja?" Nic memastikan apa yang baru ia dengar.
"Iya."
"Dimana?"
Retta memutar bola matanya jengah. Bukankah tadi dia sudah berteriak untuk memberi tahu? Apa telinga Nic tuli hingga tak mampu mendengar teriakannya tadi? Sepertinya esok hari Retta harus memeriksakan kesehatan telinga Nic.
"Kenapa kau bekerja?"
"Koe ki gobloke ra ketulungan o Nic! Marai aku emosi wae! Bejo tresno nak ra tak pegat koe!"
Nic menautkan kedua alisnya. Bila Retta sudah bicara dengan bahasa daerahnya ia hanya meringis tak mengerti.
"Bisa dijelaskan dengan bahasa inggris?"
"Aku bekerja karena aku bosan dirumah terus. Lagi pula dengan bekerja kita bisa mendapatkan pemasukan dana untuk biaya kelahiran anak kita kelak. Aku tak mungkin membebankan ini semua padamu. Aku tau kau sudah lelah dengan tugas kuliahmu jadi... biarkan aku bekerja ya?"
Harusnya kau tak perlu bekerja demi membayar biaya persalinan anak kita nanti. Aku mampu untuk membayarnya! Bahkan kalau kau ingin perawatan paling mahal pun akan ku penuhi. Aku mampu Retta! Kenapa kau malah menyusahkan dirimu sendiri seperti ini sih? Batin Nic.
"Nic? Apa kau marah?" Tanya Retta cemas. Nic sedari tadi hanya diam tak merespon pengakuannya.
"Tidak."
"Lalu?"
Kali ini Nic yang menghela napasnya. Jemarinya terulur untuk menyibakkan rambut Retta kebelakang. Kemudian ia mengusap pipi Retta dengan ibu jarinya. Usapan pelan penuh kehati-hatian.
"Besok kita menemui Mrs. Anthony, aku ingin kau mengundurkan diri."
Mata Retta yang terpejam sewaktu menikmati usapan Nic kini terbuka lebar, "kenapa?"
"Aku tak ingin menambah bebanmu. Kau sudah berjuang untuk mengandung anakku dan melahirkan anakku nantinya, mana mungkin aku tega membiarkanmu berjuang lebih keras lagi dengan mencari uang? Biarkan aku yang bekerja. Tugasmu sebagai istri itu hanya melayaniku beserta anak-anak kita kelak. Melimpahi kami dengan kasih sayangmu. Bukan malah ikut menjadi tulang punggung keluarga kita."
"Tapi Nic..."
"Tidak ada bantahan untuk itu Retta. Aku tak ingin kau bekerja titik! Semua ini ku lakukan demi kebaikanmu dan anak kita. Aku tak ingin kau kelelahan lalu sakit dan terjadi apa-apa dengan kalian. Aku mohon kali ini turuti pintaku. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu." Nic mengecup kening Retta. Menyalurkan rasa kasih sayang yang ia punya pada sang istri.
"Aku akan bekerja. Aku akan memenuhi semua kebutuhan kita nanti."
"Tapi kau kuliah."
"Aku akan bekerja part time di cafe milik Daniel."
"Apa ia mau menerima pegawai sepertimu? Kau inikan pemalas!"
"Kalau dia berani menolakku akan ku pecat dia." Kata Nic seraya memejamkan kedua bola matanya. Ia sudah mengantuk."Pecat? Kau itu cuma pegawai Nic! Mana bisa memecat bosmu?" Retta geleng kepala. Heran dengan ucapan Nic yang konyol itu.
"Intinya aku tak ingin kau bekerja! Besok aku yang akan bekerja. Sekarang tidurlah sayang, hari sudah malam." Nic kembali melingkarkan tangannya dipinggang Retta. Merapatkan matanya.
"Tapi aku belum mengantuk."
Nic membuka kembali matanya. Istrinya ini memang pecinta kegiatan pramuka. Ia selalu bermain kode dengan Nic. Lihat saja bilangnya belum mengantuk padahal matanya sudah memerah karena kantuk. Untung Nic peka dan paham kode jadi tanpa perlu berpikir keras ia sudah bisa menebak apa mau Retta. Dia langsung mengusap-usap perut buncit Retta agar wanitanya itu terlelap lebih cepat. Setelah Retta benar-benar jatuh kealam mimpi barulah Nic memejamkan matanya. Tapi sebelum itu ia memberikan kecupan sayang dulu di dahi dan perut Retta lalu ikut bergabung ke alam mimpi.
***
Happy reading...
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever We [SELESAI]
Romance(Beberapa part diprivate untuk followers) Hanya karena kesalahan satu malam, Claretta harus menanggung beban seumur hidupnya. Ia hamil. Diluar nikah. Dinegara orang. Tanpa pasangan. Lalu bagaimana dengan kuliah yang sedang ditempuh oleh Retta? Bagai...